Manajemen Pengasuhan Single Parent Terhadap Kesuksesan Anak

single-mum1

Pengasuhan hampir selalu melibatkan peran ibu dan ayah yang saling melengkapi. Namun realitanya tak semua anak mendapat sentuhan sempurna dari kedua pihak ibu dan ayah. Perceraian atau kematian salah satu pasangan membuat ayah atau ibu mau tak mau membesarkan anaknya seorang diri (single parent). Oleh karena itu, tugas pengasuhan tentu menjadi lebih berat. Namun, bukan tidak mungkin kesuksesan setiap anak dapat diraih dengan pendidikan yang diperoleh dari seorang ibu atau ayah.

Agustina Djakfar, seorang ibu yang memiliki 5 (lima) buah hati, berhasil membuktikan bahwa menjadi seorang single parent bukan halangan untuk mendidik anak-anaknya menuju gerbang kesuksesan. Tante Agustin, begitu ia akrab disapa, menyampaikan serta mengingatkan kepada calon ibu dan ayah atau yang telah menjadi ibu atau ayah akan landasan yang selama ini beliau jaga dalam mendidik anak-anaknya.

“Didiklah anak-anakmu agar siap menghadapi zamannya, karena mereka kelak akan hidup di zaman yang berbeda denganmu” –Ali Bin Abi Thalib Radhiallahuanhu–

 

Dari Abu Hurairoh, ia berkata, Rasulallah saw bersabda, “Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani, dan Majusi, sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan sempurna, apakah padanya terdapat telinga yang terpotong atau kecacatan lainnya?. Kemudian Abu Hurairoh membaca, Jika engkau mau hendaklah baca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus”

Dengan berpegang pada dua dasar tersebut, kewajiban orang tua ialah membekali diri dengan ilmu yang dibutuhkan untuk menjalankan perannya, baik ketika menjadi seorang ayah atau ibu. Segala sesuatunya harus dimulai dengan memiliki ilmunya, bahkan sejak sang buah hati masih di dalam kandungan. Orang tua yang berilmu akan menuntun anak-anaknya untuk menghadapi masalahnya dengan ilmu pula. Berbekallah dengan ilmu yang cukup dan sesuai, dengan demikian akan mempermudah kita, sebagai orang tua, mengasuh anak-anak hingga dewasa meskipun dalam keadaan sendiri atau single parent.

KPK( Kehangatan, Perhatian, dan Komunikasi )
Ikatan antara sang ibu dan buah hati terjalin sejak dalam masa kandungan hingga anak-anak bertumbuh kembang, dengan berbekal ilmu, akan membangun tiga hal yang menurut Tante Agustin sangat penting untuk pendidikan anak. Tiga hal pokok tersebut adalah Kehangatan, Perhatian, dan Komunikasi (KPK). Lalu, ketika takdir menghampiri beliau untuk menjadi single parent, modal ini lah yang kurang lebih sangat membantunya.

Bagaimana pun juga, seorang anak akan memiliki karakter seperti apa yang orang tua berikan atau ajarkan. Mereka cenderung meniru orang tua baik dalam karakter maupun sikap. Misalnya, ketika orang tua mendidik dengan kata-kata lembut dan positif, nilai-nilai positif tersebut bias melekat pada sang anak. Hal tersebut hanya bisa kita lakukan apabila ada ilmu yang cukup untuk dimiliki seorang ibu yang positif. Jika tidak ada ilmu, tentu akan percuma. Ilmu yang diterapkan dalam jangka waktu selama interaksi dengan anak sejak dalam kandungan akan sangat melekat erat.

Fitrah

Setiap anak dilahirkan adalah fitrah atau suci. Anak juga dilahirkan dengan kemampuan berpotensi sama dengan anak-anak lainnya. Tante Agustin menambahkan bahwa setiap anak sesungguhnya disiapkan untuk menjadi baik. Misalnya memiliki sikap kepemimpinan yang jujur,peduli, rendah hati, dan lain sebagainya. Kalau kemudian dia menjadi nakal atau punya sifat buruk, maka semuanya adalah karena pola asuh orang tuanya yang mungkin belum membekali dirinya dengan ilmu ketika menerima amanah tersebut.

Tentu, bukan tidak mungkin seorang anak akan terpengaruh terhadap tingkah polah yang ada di lingkungannya. Manusia merupakan makhluk social, tentu akan berhubungan dengan manusia lainnya. Bagaimana bila ada pengaruh negatif dari lingkungan anak? Perlindungan orang tua terhadap kontaminasi luar haruslah dimulai sejak dalam kandungan. Misalnya dengan menjaga emosi, mengontrol gizi kandungan, dan ilmu yang dibaca oleh sang ibu.

Kemudian ketika anak mulai mempelajari sikap dan perilaku di sekitarnya, kita sebagai orang tua harus menunjukkan bagaimana perilaku yang baik. Dengan perlahan, mereka akan menjadikan orang tuanya sebagai role model. Segala yang kita lakukan akan dijadikan acuan oleh anak. Oleh karena itu pastikan sikap yang kita lakukan dan yang mereka tiru adalah perilaku yang baik. Dengan demikian mereka akan cukup terlindungi dari pengaruh negatif lingkungannya.

Lakukanlah tindakan “pembersihan” apabila ternyata pengaruh negatif itu tetap terbawa. Misalnya anak kita berkata-kata kasar di rumah sesudah pulang sekolah, lalu kita berikan penjelasan terkait apa yang mereka lakukan. Larang ia untuk mengulanginya lagi dan berikan penjelasan dengan lembut.
Orang Tua, Idola Anak

Anak umumnya menjadikan orang tua mereka sebagai idola dan akan ditiru ketika hendak melakukan sesuatu. Namun, bagaimana untuk seorang single parent?Apakah harus berusaha menggantikan peran yang lainnya? Agustina Djakfar menjelaskan bahwa ia tidak pernah mencoba mengganti peran ayah anak-anaknya. Ia tetap menjalankan sebagai seorang ibu bagi mereka, menjadi teman diskusi untuk berbagai topik sejak kecil, dan tidak lupa menguatkan peran ayah dengan menceritakan sosok atau karakter baik sang ayah dan menetralisir pandangan miring mereka. Jadi, ada kalanya mereka bangga akan sosok ibunya, sesekali mereka bangga akan sosok ayahnya.

Bagaimanapun juga, kekosongan salah satu sosok orang tua dalam keluarga, mesti diisi atau dilengkapi oleh yang lainnya. Bukan bermaksud menggantikan, tetapi mengkomunikasikan tentang pribadi ayah atau ibu agar terbentuk karakter orang tua di benak anak sebagai idola mereka.

Pun ketika seorang ibu terpaksa mengurus anak seorang diri karena suami bekerja jauh dari rumah, komunikasi ini sangat penting dibentuk. Anak akan tetap merasa dekat dengan ayah dan ibunya. Sang ayah tetap harus mengisi perannya dengan memberikan perhatian yang dikomunikasikan ke anak, misalnya sun atau peluk jauh anaknya. Perhatian kecil juga bias diberikan ayahnya dengan menanyakan kegiatan anak di sekolah, pelajaran yang didapatnya, atau aktifitas keseharian anak. Jangan coba ingin tahu aktifitas anak-anaknya melalui istrinya saja. Tanyakan langsung kepada mereka. Hal itu akan membuat ikatan ayah dan anak tetap erat dan hangat.

Kebutuhan Batin Anak

Perhatian dan komunikasi di jaman sekarang, tidak terbatas pada jarak. Jika memang terpaksa harus pergi jauh, orang tua tetap dapat memberikan perhatian kepada anaknya. Tidak lupa ketika kembali berjumpa dengan anak, berikan pelukan dan perhatian itu secara langsung. Kebutuhan anak akan perhatian orang tua mereka tidak akan pernah bias digantikan dengan hal lainnya. Misalnya orang tua memberikan mainan, atau uang jajan yang banyak.

Posisikan anak sebagai sosok yang mengerti setiap hal yang terjadi dan komunikasikan dengan Bahasa yang sesuai umur anak. Misalnya ketika mengkomunikasikan kepergian ayahnya untuk bekerja di tempat yang jauh, jelaskan dengan bahasa yang sederhana. Cukup bilang bahwa ayah pergi kerja jauh agar bias membelikan anaknya mobil atau hal-hal sederhana lain yang mereka mengerti.

Stay Hungry

Kehangatan, Perhatian, dan Komunikasi dari orang tua kepada anak mestilah dilakukan dengan penuh keikhlasan dari hati. Hal itu dilakukan dengan tetap menimba ilmu untuk membekali diri sebagai orang tua. Tidak ada kata cukup untuk mencari ilmu apalagi ilmu yang digunakan untuk mengasuh anak sendiri. Tetap cari ilmu dengan mengikuti pelatihan parenting, membaca buku, dan berdiskusi dengan orang tua lain agar membuka cakrawala lebih untuk menguatkan karakter kita sebagai orang tua.

Orang yang berilmu akan semakin rendah hati. Tidak pernah malu untuk belajar dari mana pun sumbernya. Tidak sombong dengan ilmu yang dimiliki, serta tidak sungkan berkata “tidak bisa”. Karena diri terus haus akan ilmu yang baru. Kita juga akan menjadi orang yang mampu menghargai setiap kritik dan saran dari orang lain.

Jangan Berharap Jadi Single Parent

Pertikaian dalam rumah tangga mungkin adalah hal yang biasa terjadi. Namun, jangan sampai hal itu membuat perceraian dan akhirnya terbentuklah pola pengasuhan dengan single parent. Sesungguhnya, tidak ada yang diuntungkan ketika keputusan bercerai dan menjadi single parent kecuali egoisme orang tua, ayah dan ibu, itu sendiri. Sedangkan anak adalah pihak yang sangat dirugikan secara psikologis. Suami istri harus mencari penyebab semua masalah yang terjadi dan bersama-sama mengatasinya dengan melibatkan pihak ketiga yang bisa membantu menyelesaikan masalah mereka. Keduanya harus meluruskan niat hidup bersama,mengakui dengan jujur banyak hal-hal apa saja yang belum dilakukan dan berusaha bersama-sama melakukannya dengan komitmen. Dan yang peling penting, menghilangkan ego masing-masing.

Jika kita memang berilmu dan berpikir matang, tidak pernah kita akan terbersit untuk menjadi seorang single parent. Menjadi singleparent harus menjadi pilihan akhir setelah segala upaya perdamaian telah dilakukan maksimal. Namun, jika kondisi tersebut harus terjadi, maka ilmu-ilmu yang kita pelajari sebelumnya akan sangat berguna. Menerapkan tiga konsep utama, Kehangatan, Perhatian, dan Komunikasi, dalam setiap prosesnya. Hal ini mau tak mau harus dilakukan dengan ikhlas seorang diri. Hasil yang luar biasa pasti akan muncul di kemudian hari. Agustin biasa menguatkan dirinya dengan memandang anak sebagai sebuah bentuk amanah dan titipan Allah kepadanya.

 

(30 Januari 2016, Diskusi FC#4)

Pemantik            :

Agustina Djakfar,54 th.
Domisili                :Pangkalpinang

Anak ke 7 dari 7 bersaudara

Alumnus Fakultas Hukum Parahyangan Bandung

Menikah selama 19 tahun, mempunyai anak 5 orang yaitu:

  1. Laila Qhistina (jaksa),menikah,punya dua orang anak
  2. Shally Pristine sedang S2 di London,Inggris
  3. Shabriwa Shalat,S1,pekerja di perusahaan IT di Penang,Malaysia
  4. Chaikal Amrullah S1 Geodesi ITB
  5. Isla Madina kelas 3 SMA.

Hobbi    : membaca dan memasak.

Kegiatan yang pernah diikuti :

  • Peserta terbaik Pelatihan PET (Parent Effective Training) yaitu metode didik efektif dan revolusioner tahun 1997
  • Ketua posyandu selama 5 tahun dan menjadi posyandu terbaik se-Kabupaten Bandung tahun 1992
  • Mengikuti berbagai seminar dan pelatihan tentang pendidikan keluarga dan anak di berbagai tempat sejak thn 1992 -2010
  • Ketua lembaga RIKSA yaitu suatu kegiatan yang berusaha mengembalikan hak anak pada fitrahnya khususnya anak jalanan.

Moderator          : Shendy Alberta Lamandau FIM 15

Notulis                 : M. Arif Rahman Hakim FIM 16

 

 

 

 

Tinggalkan komentar