Menikah tidak hanya membutuhkan persiapan metal, tetapi kondisi fisik juga perlu mendapat perhatian. Selain menjaga kebugaran menjelang hari-H, ternyata ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan oleh para calon suami dan istri. Apa saja pemeriksaan yang dimaksud? Apa fungsi pemeriksaan kesehatan reproduksi pra-nikah? Kapan waktu yang tepat dalam pemeriksaan keseharan reproduksi? Apa saja jenis pemeriksaan yang dilakukan serta biaya yang dibutuhkan? Dari segi psikologi, apakah manfaat pemeriksan kesehatan reproduksi pra-nikah?
Berdasarkan definisi Departemen Kesehatan, kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat menyeluruh, serta fungsi reproduksi yang normal. Jadi seseorang dengan reproduksi yg sehat, bukan hanya kondisi bebas penyakit, tetapi juga kehidupan seksual yang menyenangkan. Jika dilihat dari persiapan pernikahan, maka pemeriksaan kesehatan reproduksi (kespro) hanya sebagian dari yang dibutuhkan untuk mempersiapkan suatu pernikahan yang “sehat”.
Pernikahan bukan hanya mempersatukuan dua hati yang memiliki perasaan dan tujuan hidup yang sama, namun umumnya juga bertujuan untuk menghasilkan keturunan sebagai pewaris pasangan. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum pernikahan lebih ditujukan untuk persiapan menghasilkan keturunan yang sehat sejahtera. Selain itu pemeriksaan kespro juga berfungsi untuk menciptakan hubungan pernikahan yang aman, artinya bebas dari infeksi yang mungkin dibawa oleh salah satu atau kedua pasangan, dan menjaga kerhamonisan rumah tangga yang akan dibina kelak.
Dalam tinjauan medis, aspek-aspek yang perlu diperhatikan terkait kesehatan reproduksi, antara lain:
- Genetik (kondisi bawaan). Apakah calon pasutri memiliki potensi genetik penyakit tertentu misalkan diabetes melitus, thalasemia minor/mayor, hemofilia, asma, risiko keganasan dalam keluarga?
- Resiko penyakit seksual menular. Misal faktor pekerjaan, pola hubungan seksual, dll.
- Kondisi medis saat ini. Sakit yang dialami, obat-obatan yang dikonsumsi, obesitas, dll.
- Status imunologis. Riwayat imunisasi.
- Usia pasutri. Kesiapan memiliki keturunan.
- Kebiasaan. Rokok, alkohol, dll.
Mengapa pemeriksaan kesehatan sebelum pernikahan perlu?
Beberapa alasan perlunya pemeriksaan kespro sebelum pernikahan adalah:
- Untuk mengurangi kemungkinan kelaianan bawaan seperti thalasemia, diabetes mellitus type 1.
- Mengurangi atau mencegah penyakit yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual misalnya HIV, hepatitis B, STDs.
- Mengurangi atau mencegah penyakit yang bisa ditularkan atau mempengaruhi janin yg dapat menyebabkan, keguguran, kecacatan, retardasi mental, atau kematian janin.
- Mengatasi keresahan jika ada kemungkinan muncul penyakit bawaan tertentu, khususnya yang menikah dengan keluarga dekat.
- Mengurangi beban psikologis dan finansial keluarga melalui penanganan dan konseling yang tepat.
Kapan waktu yang tepat dalam pemeriksaan keseharan reproduksi? Apa saja jenis pemeriksaan yang dilakukan?
Pemeriksaan kesehatan reproduksi sebaiknya dilakukan sebelum melaksanakan pernikahan. Setidaknya dalam satu bulan sebelum pernikahan, pemeriksaan telah selesai dilakukan. Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan menjelang persiapan pernikahan adalah:
- Riwayat kesehatan dan keluarga calon pasutri, terutama yang diketahui memiliki penyakit bawaan tertentu (penyakit genetik).
- Pemeriksaan darah sesuai dengan yg dibutuhkan (berdasarkan riwayat kesehatan)
- Rujukan ke spesialis jika dibutuhkan
- Riwayat vaksinasi terutama MMR (mumps, measle, rubella) dan hepatitis B
- Skrining penyakit genetik
- Pemeriksaa thalasemia
- Pemeriksaan kelainan hb atau kelainan darah lainnya
- Pemeriksaan golongan darah/resus
- Skrining penyakit metabolik
- Gula darah untuk skrining Diabetes mellitus
- Kolestrol untuk skrining hiperkolestrolemia
- Tyroid untuk skirining hiper atau hypotiroid
- Skrining penyakit infeksi
- HIV (yg berisiko tinggi)
- STD (yg berisiko tinggi)
- Hepatitis B (disarankan)
- Skrining penyakit keganasan
- Pap smear pd wanita yg sudah menikah
- USG payudara
- Skrining penyakit jiwa (depresi, anxietas/cemas, gangguan emosional, prilaku)
- Skrining infertilitas (lebih disarankan setelah 5 tahun menikah)
Pemeriksaan kespro dapat dilakukan di Rumah Sakit oleh dokter umum, atau dokter SpOG, atau ke klinik fertilitas, atau dapat juga melakukan pemeriksaan langsung ke laboratorium. Akan tetapi pemeriksaan kespro ini tidak memiliki patokan yang baku, karena harus disesuaikan dengan kondisi atau riwayat medis dari calon pasangan suami istri.
Selain melakukan rangkaian pemeriksaan secara medis, ada beberapa langkah pencegahan sebagai bentuk antisipasi terhadap gangguan kesehatan reproduksi yang dapat dilakukan untuk persiapan pernikahan. Pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya:
- Mengonsumsi asam folat
Asam folat dapat dikonsumsi dengan dosis 400mcg sebulan sebelum menikah hingga hamil trimester pertama. Asam folat dapat dibeli tanpa resep dokter, ada beberap ahli yang menyatakan bahwa selama konsumsi makanan seseorang baik, maka tidak perlu menkonsumsi asam folat sebagai suplemen. Tetapi ada pula ahli yg menyarankan untuk konsumsi asam folat tambahan jika seseorang memang merencanakan kehamilan.
- Melakukan imunisasi pra-nikah
Beberapa imunisasi yang dapat dilakukan sebelum menikah adalah imunisasi Hepatitis B (3 dosis), MMR (1 dosis), Varicella (2 dosis), dan TT (1 dosis).
- Melakukan imunisasi kanker
Imunisasi pencegahan kanker yang dimaksud adalah imunisasi HPV (3 dosis). Imunisasi HPV sebaiknya dilakukan sebelum aktif secara seksual, karena belum ada paparan sehingga hasil antibodi yang dihasilkan lebih besar. Adapun Jarak imunisasi HPV diselesaikan minimal dalam 6 bulan. Rata-rata regimennya (0-2-6) atau hari ini – 2 bulan berikutnya – 4 bulan berikutnya. Dampak yang terjadi karena imunisasi HPV yang dilakukan pada pasangan yang belum menikah mungkin hanya risiko efek samping yang ditimbulkan, misalkan demam atau bengkak ditempat suntikan. Imunisasi dapat pula dilakukan setelah menikah, akan tetapi efektivitasnya mungkin tidak sebesar jika diberikan sebelum menikah.
Selain melakukan imunisasi untuk pencegahan, salah satu hal yang seringkali mungkin diabaikan adalah menjaga berat badan sebagai persiapan untuk kesehatan reproduksi, khususnya wanita. Berat badan yang terlalu kurus atau terlalu gemuk dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi khususnya yang berhubungan dengan hormonal. Ada baiknya pasutri mempersiapkan berat badan ideal secara bertahap bukan drastis, demi kesehatan tubuh. Meski badan masih gemuk atau belum cukup gemuk saat hari H, jika dilakukan secara bertahap efeknya jauh lebih baik daripada perubahan yg drastis.
Berapa biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi?
Selain membutuhkan biaya yang cukup besar, terutama skrining kelainan genetik, dalam pemeriksaan kespro juga terdapat konsekuensi ketika diketahui hasil pemeriksaan, yang akan berdampak pada hubungan calon pasutri atau pengambilan keputusan untuk memiliki keturunan atau tidak. Adapun kisaran biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan kespro adalah:
- Pemeriksaan skrining thalasemia sekitar 150.000 – 300.000 (tergantung laboratorium)
- Pemeriksaan apus darah tepi sekitar 50.000 – 100.000
- Pemeriksaan golongan darah/rhesus kurang lebih 50.000 (biasanya dibawah itu)
- Pemeriksaan gula darah 20.000 – 40.000 tergantung metode
- Pemeriksaan kolestrol 30.000 – 60.000 tergantung metode
- Skrining HIV sekitar 1,5 juta (terkadang ada program gratis dr PMI atau Depkes)
- Skrining STD (paket) 1 – 2 juta
- Skrining Hepatitis B 100.000 – 200.000
- USG payudara 250.000 – 500.000
Biaya yang diperlukan untuk pencegahan, yaitu:
- Asam folat, generik sekitar 10.000/strip
- Imunisasi Hepatitis B kurang lebih 80.000/dosis diluar jasa medis
- Imunisasi MMR 125.000 diluar jasa medis
- Imunisasi Varicella 400.000 – 450.000 diluar jasmed
- Imunisasi TT gratis di Puskesmas
- Imunisasi HPV 500.000 – 800.000/dosis tergantung brand diluar jasa medis
Rangkaian pemeriksaan kespro tentu saja tidak perlu dilakukan semuanya, hanya untuk yang berisiko saja. Itupun bersifat saran jika memang siap secara fisik, psikologis, dan finansial. Namun jika memang diketahui ada yang memiliki penyakit genetik yang berat, misalkan ada riwayat thalasemia mayor di kedua belah pihak sebaiknya diperiksakan apakah calon pasutri keduanya memiliki gen thalasemia minor, yang jika bertemu maka risiko memiliki anak dengan thalasemia mayor 50%. Atau calon pasutri terinfeksi penyakit STD (sexually transmitted disease), sebaiknya diperiksakan sebelum terlanjur, karena akan menginfeksi bukan hanya pasangannya, tetapi mungkin calon keturunannya.
Permasalahan kesehatan reproduksi
Kejujuran sangat dibutuhkan dari calon pasangan suami istri. Jika sebelum menikah seorang laki-laki pernah melakukan hubungan intim dengan perempuan yang terkena kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi HPV maka dia akan menularkan virus HPV kepada isterinya. Akan tetapi belum tentu infeksi HPV akan menjadi kanker serviks, tetapi bisa menjadi inveksi lain misalkan condiloma akuminatum (jengger ayam), walaupun kemungkinan besar menjadi kanker serviks ada. Kanker serviks bukan semata-mata disebabkan oleh virus HPV, oleh karena itu wanita dianjurkan rutin melakukan pemeriksaan papsmear 2-3 tahun sekali. Perempuan yang terinfeksi virus HPV seringkali tidak memiliki gejala tertentu. Kecuali jika penyakit sudah memasuki tahap lanjut. Misalkan ada nyeri saat berhubungan, ada perdarahan, keluar keputihan yang tidak biasa. Sedangkan untuk laki-laki yang gejala yang paling mudah dikenali adalah adanya kutil didaerah kemaluan, atau sering disebut jengger ayam.
Sebelum memutuskan melakukan pemeriksaan kespro, ada beberapa tanda khusus yang mengindikasikan bahwa terjadi gangguan pada sistem reproduksi. Seperti pada perempuan terdapat gangguan haid seperti siklus haid, jumlah haid, ada perdarahan memanjang, perdarahan diluar siklus, tidak haid dalam waktu sekian bulan, nyeri saat haid, PMS yang sangat menggangu aktivitas, gangguan pertumbuhan payudara, ada cairan keluar dari puting, bentuk payudara yang tidak normal atau terdapat benjolan pertumbuhan pubis dan rambut pubis, adanya keputihan yang tidak normal. Tanda pada pria diantaranya ukuran gland/buah zakar yang tidak biasa, ada nyeri, ada bengkak, keluar cairan, gangguan berkemih.
Perbedaan golongan darah pasutri terkadang menimbulkan masalah dalam rumah tangga. Wanita asing (rh -) yang menikah dengan pria asia (rh +) memiliki faktor risiko untuk terjadinya kematian janin atau bayi lahir mati, akibat sel-sel darah yang dihancurkan oleh tubuh bayi karena dianggap musuh. Sehingga untuk memperkecil risiko tersebut dilakukan hal-hal lanjutan berikut:
- Skrining
Pada tiap kehamilan harus dilakukan pemeriksaan golongan darah berikut Faktor Rhesus dan skrining antibodi dilakukan pada kunjungan pertama dengan tes COMB indirect
- RhoGAM :
Bila ibu Rhesus negatif terpapar dengan darah janin Rhesus [+], maka ibu harus diberi RhoGAM ; RhoGam adalah RhIgG (iGG akan menempel pada antigen Rhesus) dan mencegah terjadinya respon imunologi ibu.
- Penatalaksanaan Ibu Rhesus [-] yang tidak tersensitisasi (pasien Rhesus [-] dengan skrining antibodi [-])
Skrining antibodi dikerjakan pada kehamilan 0 – 24 – 28 minggu. Bila negatif, berikan 300 µg RhIgG untuk mencegah terbentuknya antibodi dalam tubuh ibu. Saat persalinan, tentukan status Rhesus neonatus, bila Rhesus (+), berikan RhIgG pasca persalinan. RhoGAM diberikan pada ibu Rhesus [-] yang terpapar dengan darah janin Pada kehamilan yang mengalami sensitisasi pertama kali, komplikasi terhadap janin rendah.
Jika seorang ayah menderita asma dan ibu menderita diabeter melitus, bagaimana kemungkinan penyakit bisa menurun pada anaknya? Penyakit asma umumnya diturunkan, tetapi mungkin belum tentu berupa asma, akan tetapi bisa kondisi atopi/alergi lain misalkan rhinitis alergi (bersin/hidung berair jika terkena zat-zat tertentu), konjungtivitis alergi (mata merah, berair, gatal jika terpapar zat tertentu), atau dermatitis atopi/eksim. Bisa menurun salah satu, kombinasi, atau bahkan keempatnya, tapi bisa juga tidak diturunkan. Diabetes mellitus yang dikhawatirkan dalam mempersiapkan keturunan adalah yang tipe 1, dimana dari kecil sudah membutuhkan insulin. Badan cenderung kurus. Diabetes tipe 2 umumnya muncul saat dewasa, bisa berupa faktor keturunan (risiko lebih besar), juga gaya hidup (pola makan yang salah dan aktivitas sedenter) dan obesitas. Skrg ini diabetes tipe 2 muncul bukan krn semata2 faktor genetik, akan tetapi lbh kepada gaya hidup. Bahkan anak2 kecil dgn obesitas pun rentan terkena diabetes melitus tipe 2.
Apakah penyakit hepatitis B tidak dapat disembuhkan secara total? Penyakit Hepatitis B memiliki beberapa tingkatan. Penyembuhan Hepatitis B tergantung pada tingkatannya. Tahap awal skrining hepatitis B adalah pemeriksaan HbsAg. Jika seseorang positif HBsAg maka dia terinfeksi virus hepatitis, dan terinfeksi belum tentu sakit. Agar tahu status infeksinya apakah aktif atau tidak bisa dilihat dari HBeAg. Jika aktif (sakit) maka akan diberi terapi dgn antivirus atau interveron. Jika dia tdk aktif (carier) maka diobservasi berkala. Untuk anak yang dilahirkan dari ibu dengan HBsAg positif maka akan diberi imunoglobulin segera setelah lahir serta vaksin hepatitis B. Jika seseorang sudah memiliki HBsAg positif maka tidak bisa diimunisasi lagi.
Apakah manfaat pemeriksan kesehatan reproduksi pra-nikah dari segi psikologi?
Ada beberapa kasus pasangan suami istri, terutama yang berkaitan dengan anak yang berujung pada marital conflict. Saling menyalahkan, menyesal, dan sebagainya, yang sebenarnya bisa dihindari jika sebelumnya mereka melakukan pemeriksaan pra-nikah. Kasus-kasus seperti anak yang terlahir deaf (tuna rungu) karena infeksi Torch dan Rubella saat kehamilan, kemudian kasus istri sulit hamil karena kondisi pasutri yang mungkin kurang sehat secara medis, dapat memicu masalah rumah tangga di kemudian hari. Uniknya, pemeriksaan pra-nikah ini lebih banyak dipahami secara medis. Sebetulnya secara mental, kesehatan jiwa (keswa) calon pasangan suami istri juga perlu pemeriksaan terlebih dahulu.
Pemeriksaan kesehatan jiwa dapat dilakukan dengan tes kepribadian dan kecenderungan potensi gangguan jiwa, seperti MMPI, tes grafis, dan wawancara. Adapun fungsi pemeriksaan keswa adalah untuk memahami kondisi kesehatan jiwa dan kepribadian secara umum, memahami kondisi psikologis calon pasangan, dan riwayat kesehatan jiwanya. Problem psikis yang dapat menjadi potensi konflik antara lain manajemen stres yg buruk, pribadi yang obsesif, riwayat depresi, riwayat psikotik dan skizofrenia baik pada individu maupun keluarga besar, riwayat kekerasan dalam rumah tangga, ekspresi emosi dan impulsivitas. Deteksi dini terhadap problem psikis pun dapat dilakukan, misal calon pasangan mudah berubah mood tanpa sebab atau tanpa bisa mengendalikan, ekspresi emosi yg berlebihan atau ada unsur impulsif ke arah agresi.
Obsesif adalah pikiran yang secara terus-menerus muncul tanpa terkendali dan memaksa indvidu harus menuruti, jika mengabaikan akan muncul rasa cemas yg luar biasa sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Contoh obsesif adalah orang yang perfeksionis. Jika parah dapat berkembang menjadi gangguan obsesi kompulsif, dimana pikiran obsesif mengendalikan perilaku-perilaku ritual aneh pada indvidu untuk mengurangi cemasnya.
Skizofrenia adalah gangguan psikotik (split antara pikiran, emosi, dan perilaku) pada individu yang dikenali degan gejala hendaya (berkekurangan) pd fungsi-fungsi kehidupannya, halusinasi dan waham. Secara awam sering menyebut “sakit gila”. Skizofrenia berbahaya karena penderita tidak dapat membedakan realita dengan halusinasi dan wahamnya.
Sedangkan impulsif adalah ketidakmampuan mengendalikan dorongan berperilaku seperti mudah agresi, mencuri, judi, hiperseks, main game online makan, bahkan belanja. Intinya tidak bisa dikendalikan sehingga mengganggu kehidupan normalnya. Adapun Neurosis biasanya terkait pada gejala cemas berlebih. Berbahaya jika sudah sampai mengganggu aktifitas keseharian, seperti takut keluar rumah, takut bergaul dll, atau diiringi dengan gejala putus asa atau keinginan bunuh diri.
Orang yang sembuh dari gangguan jiwa khususnya psikotik dan skizofrenia tidak berarti tidak akan terjangkit lagi. Problemnya kerentanannya terhadap stres sudah terpicu tekanan lingkungan. Kemampuan problem solving dan manajemen stres-nya sudah pernah runtuh, ibarat tentara yang sudah pernah kalah dalam mempertahankan bentengnya. Kesembuhannya terjadi karena menghindari penyebab stress dan mengkonsumsi obat-obatan antipsikotik yang menekan gejala positif (halusinasi dan delusi). Jika orang tersebut hendak menikah, maka calon pasangannya harus mengetahui dengan jelas riwayat gangguan jiwa yang pernah dialaminya, dan juga konsekuensi-konsekuensi mendukung dia agar terhindar dari stres berat, memperhatikan lebih, dan membantu dalam mengelola stres-nya. Tidak ada jaminan bahwa orang yang sudah sembuh akan sembuh selamanya.
Pemeriksaan kespro atau keswa bukan utk menyalahkan atau menjudge seseorang tetapi sebagai bentuk antisipasi dan meminimalisir masalah yang mungkin muncul dalam pernikahan. Calon suami dan istri keduanya perlu melakukan pemeriksaan, terutama jika ada riwayat medis dan psikologis yg menonjol. Jadi yg dicari adalah potensi masalah agar bisa dicarikan ‘win-win solution’nya.
Potensi KDRT bisa muncul jika seseorang mempunyai riwayat kekerasan di keluarganya baik sebagai korban, saksi, atau malah pelaku. Ekspresi emosi yg meledak-ledak atau malah hilang sama sekali (tampak tidak bisa marah atau menyampaikan ide) sering terkait dengan perilaku agresi di kemudian hari. Perilakunya yang berubah kasar baik verbal atau non verbal ketika ada masalah menimpa atau tertekan, bisa menjadi deteksi dini. Riwayat keluarga dan budaya terkait agresi juga dapat menjadi poin perhatian.
Kasus: Seorang anak terlahir tuna rungu karena ibunya terinfeksi rubella. Hal ini mengakibatkan kakak-kakaknya (usia sekolah atas dan sekolah menengah) sering merasa malu untuk membawa adiknya bermain dan akhirnya kemampuan sosialisasi adiknya tersebut berkurang. Adakah saran supaya si adik ini tidak terganggu perkembangan sosialnya?
Jika anak diketahui sedini mungkin mengalami gangguan pendengaran sebaiknya segera diterapi, sehingga proses adaptasinya lebih mudah. Keluarga anak tersebut dapat kita ajak berdiskusi bahwa meski terlahir tuna rungu anak tersebut juga mempunyai hak yang sama untuk hidup dan berkarya bahkan banyak yang bisa berprestasi. Sejak dini diberi pengertian kepada saudara-saudaranya untuk men-support adiknya. Jika ternyata saudara-saudaranya kurang memberikan dukungan, maka penting peran orang tua untuk selalu memberi support. Untuk menunjang perkembangan sosial, orang tua berperan aktif mendukung anak berhubungan dgn teman-teman sebayanya (misal di sekolah, di lingkungan tempat tinggal), mengajari anak dengan kemampuan-kemampuan sosial misalkan mengajari bagaimana bersikap terhadap orang yang lebih tua, bersikap kepada teman sebaya, bagaimana menyapa, dll.
Simpulan
Sepasang insan yang menikah bukan berarti mereka hanya berdua selamanya, namun ada pula konsekuens yang harus ditanggung. Sebaiknya pernikahan dipersiapkan secara matang baik secara fisik, psikologis, dan finansial. Tidak semua pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan, hanya untuk orang-orang dengan faktor resiko saja. Pemeriksaan dilakukan agar jika ditemukan masalah dapat diatasi lebih dini baik secara medis, psikologis, dan finansial. Pencegahan sebisa mungkin dilakukan untuk mendapatkan kualitas pernikahan dan keturunan yang sehat sejahtera.
Idealnya jika kita sudah mencintai calon pasangan, kita dapat menerima pasangan kita apa adanya. Tetapi, alangkah baiknya jika kita bisa memuluskan perjalanan pernikahan dan menyiapkan generasi penerus yg sehat lahir dan batin. Pada dasarnya pemeriksaan pra-nikah bukan ajang menghakimi seseorang. Semua insan berhak untuk menikah. Namun dengan pemeriksaan pra-nikah baik medis dan kesehatan jiwa, kita akan dapat memetakan potensi masalah di kemudian hari, melakukan perencanaan yang lebih matang dan penyesuaian yang sifatnya win-win solution. Memang tidak ada pernikahan yang sempurna. Karena pada dasarnya, pernikahan dibangun antara dua insan yang mau bersama-sama menjadi insan pembelajar dan menjadi lebih baik dengan menghadapi bersama-sama setiap masalah yang muncul, dimana kebahagiaan menanti sebagai bonusnya.
(Diskusi FC#4, 17 Januari 2015)
Pemantik:
- Farian, M.Si. (Dokter Keluarga, Owner Rumah Labeeba (Praktek Umum dan Imunisasi))
- Kartika Sari Dewi, S.Psi., M.Psi (Dosen Psikologi Undip, Psikologi Klinis Dewasa dan Keluarga)
Moderator: Dokter Fina FIM 13
Notula: Gema Sukmawati FIM 12