Keaktifan anak seringkali disalahartikan. Anak yang tidak bisa diam, sulit diatur, “nakal”, suka “membuat onar”, selalu bergerak tidak bisa diam tanpa mengenal lelah, serta keaktifan lainnya yang luar biasa melebihi keaktifan anak-anak lainnya. Biasanya tanpa sadar orang tua atau orang lain langsung menganggap dan melabeli anaknya sebagai hiperaktif. Semudah itukah melabeli anak hiperaktif? Atau mungkin hanya psikomotorik yang berlebihan? Bagaimana mengetahui dan mengenal perilaku anak yang hiperaktif?
Sebelum melabeli seorang anak hiperaktif atau tidak, pahamilah terlebih dahulu perbedaan dari aktif dengan hiperaktif. Anak aktif adalah anak yang memiliki kelebihan energi dan memiliki aktivitas gerak lebih tinggi dibandingkan anak-anak lainnya. Otaknya normal tanpa gangguan. Berikut Ciri-ciri anak aktif:
1. Fokus: Ketika melakukan suatu aktivitas misalnya merangkai puzzle anak bisa berkonsentrasi dan menyelesaikannya dengan baik secara tenang.
2. Beristirahat ketika lelah: Anak berhenti melakukan aktivitas ketika merasa lelah dan segera beristirahat.
3. Penurut dan mau berbagi: Mematuhi apa yang dikatakan orang tua misalnya untuk menjaga mainannya, bukan merusaknya.
4. Memiliki kesabaran dan tidak suka usil mengganggu orang lain.
5. Bisa bermain dengan tenang dan jika berbicara suaranya tidak keras.
Anak yang masih bisa mendengarkan instruksi masih bisa dikategorikan anak aktif. Namun, jika dalam penangan anak aktif yang usil maka cukup alihkan keaktifan usilnya dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
Anak yang memiliki gangguan tingkah laku yang disebabkan oleh perkembangan otak yang tidak normal dinamakan anak hiperaktif. Hiperaktif dikenal juga dengan sebutan “Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD). Berikut ciri-ciri anak hiperaktif:
1. Tidak fokus dan tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan atau permainannya.
Anak tidak bisa konsentrasi dan cepat merasa bosan dalam bermain, misalnya saat bermain lego belum selesai merangkainya anak sudah berpindah pada permainan lainnya.
2. Tidak mengenal lelah dan suka melakukan gerakan tanpa tujuan yang jelas.
Selalu saja ada hal yang membuatnya bergerak, misalnya berlompat dari atas kursi ke kursi lainnya, menggoyangkan kaki di bawah meja, berguling dan memanjat di tempat yang bukan selayaknya, mengangkat kedua tangan ke atas dan berlari keliling rumah dan mengepakan “sayap” seperti burung atau pesawat. Mengetuk meja dengan peralatan makan saat di meja makan dan jarang mengantuk atau sedikit tidur.
3. Suka menentang, memberontak, tidak mau berbagi dan suka merusak.
Anak tidak bisa dilarang. Ketika diberitahu untuk tidak merusak mainannya, anak tidak mematuhi nasihat orang tua dan cenderung merusak mainannya. Cepat emosi ketika keinginannya tidak dapat dipenuhi.
4. Tidak memiliki kesabaran dan suka usil menggangu orang lain.
5. Suka menyerobot barisan, tidak mau menunggu giliran, mengajak teman berbicara saat jam pelajaran di kelas berlangsung, mendorong atau memukul teman tanpa sebab.
6. Tidak dapat tenang walaupun sebentar saja, misalnya saat dibacakan dongeng menjelang tidur pun tangannya terus bergerak atau sambil berguling dan melompat di atas tempat tidur.
7. Anak banyak berbicara dengan suara keras dan cenderung berteriak. Suka menyela pembicaraan orang lain.
8. Agresif, susah bergaul dan suka mencari perhatian orang lain.
Bagaimana mengidentifikasi anak hiperaktif? Dalam penentuan anak hiperaktif hanya bisa dideteksi dengan observasi selama 6 bulan. Bisa dimulai sejak bayi, kemudian pada usia 2 – 3 tahun apakah terdapat gangguan bicara. Dalam 6 bulan observasi itu jika gejala yang menetap dalam kurun waktu 6 bulan terlihat bisa didiagnosis ADHD. Berikut tahapan dari yang rendah hingga ke tingkat parah:
ADD (dari 8 point diatas jika point 1 sampai 3 ada)➡ADHD (jika ke 8 point ada)➡AUTISM (ke 8 point ditambah antisosial dan impulsif).
Semua ciri AAD dan ADHD itu ada di AUTISM dan ditambah dengan gejala antisosial dan impulsif, walaupun impulsif juga sudah mulai muncul di ADHD.
Apa saja faktor penyebab terbentuknya anak hiperaktif? Lingkungan. Lingkungan yang mendukung anak ini untuk bersikap seperti itu membuat presentasi terbentuknya anak hiperaktif semakin besar. Namun, lingkungan tidak selalu menjadi alasan. Kondisi gangguan di kepala misal cedera otak, pernah terbentur atau terjatuh yang menyebabkan cedera parah bisa menjadi faktor penyebab lainnya yang mengakibatkan anak hiperaktif. Kemudian anak hiperaktif bisa terbentuk sejak di dalam kandungan. Hal ini disebabkan jika bunda mengalami depresi, stress, banyak minum obat, makanan yang dikonsumsi tidak sehat atau cedera fisik ketika hamil yang kemudian mengganggu kondisi otak janin.
Masa keaktifan yang muncul pada anak aktif dan hiperaktif berbeda. Anak aktif memiliki masa keaktifannya ketika memasuki masa eksplorasi dan tanpa sadar yang menghentikan masa itu adalah orang tuanya. Hiperaktif tidak memiliki masa artinya sebelum usia 8 tahun sudah ada gejala yang muncul, kemudian anak usia 17 atau 35 tahun gejala tersebut dapat muncul dan menjadi problem lain. Jika sudah memiliki ciri-ciri hiperaktif dan tidak ditangani dengan cepat, maka akan sangat bahaya yaitu akan muncul perilaku buruk dari anak-anak. Terapi dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk penanganannya. anak yang hiperaktif harus diterapi agar berkurang altovotasnya, bertambah perhatian dan konsentrasinya, biasanya menggunakan okupasi terapi. Perbanyak aktivitas fisik, jangan terlalu banyak belajar di dalam kelas, ruang kelas bebas tidak harus pakai kursi dan meja, misal menggunakan tikar. Kurangin target pembelajaran, bedakan dengan kurikulum yang seharusnya, lebih banyak praktek dibanding teori. Misal olahraga bulu tangkis, berenang atau basket, terutama berenang Ini juga bisa jadi tambahan terapi. Tapi ingat semua berproses tidak bisa langsung terlihat hasilnya.
Anak hiperaktif menyukai bergerak sehingga sering terlihat mereka loncat-loncat sambil berteriak keras. Hal ini sering membuat orang lain risih melihatnya. Bagaimana tindakan yang tepat untuk mengontrol anak hiperaktif ? Pahami cara komunikasi yang tepat dengan anak hiperaktif. Pegang rahangnya sambil menatap matanya ketika ingin memberikan instruksi. Kemudian gunakan kalimat efektif yang membuat mereka mudah paham. Berikan stimulasi yang menarik, pendekatan personal, tatap mata berikan perhatian dan cinta. Anak hiperaktif kadang melakukan tindakan yang kurang baik, bagaimana cara memberikan punishment? Punishment prinsipnya adalah pertama, memberikan yang tidak disukai anak dan mengambil yang disukai anak. Tiap anak punishment nya berbeda tentang apa yang disukai dan tidak. Bagi anak-anak hiperaktif apa kira-kira yang disukai? Yaitu “bergerak” karena itu hukumannya adalah menghentikan gerakan. Prinsipnya hukuman yang kedua adalah dilarang menghukum secara fisik. Ketiga, jangan menghukum sambil marah atau emosi dari orangtuanya.
Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Beberapa hal berikut dapat dijadikan pedoman dalam menangani masalah anak hiperaktif.
1. PERIKSALAH KEPADA AHLI (Psikolog/Psikiater). Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif.
2. TERIMA KONDISI DAN PAHAMILAH. Sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis.
3. LATIH FOKUS DAN KONSENTRASINYA. Jangan tekan dia, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas.
4. TELATENLAH. Jika dia telah “betah” untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf.
5. BANGKITKAN kepercayaan dirinya. Misal memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
6. KENALI arah minatnya. Jika anak bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, ke mana sebenarnya tujuan dari keaktifan dia. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara dini.
7. BIASAKAN dia bicara. Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya.
8. PERHATIKAN ASUPANNYA. Upaya Menyeimbangkan Karbohidrat dan Protein. Memberikan makanan berprotein tinggi seperti kacang-kacangan, telur (jika tidak alergi), dan daging merupakan pilihan terbaik bagi anak ADHD. Memberikan karbohidrat kompleks yang bersumber dari sayuran dan buah-buahan seperti apel, pir, kiwi, jeruk, dll merupakan pilihan yang bijak. Cobalah memberikan buah-buahan tersebut kepada anak-anak di malam hari. Karbohidrat kompleks menginduksi tidur sehingga membantu anak mendapatkan istirahat yang cukup. Jangan pernah memberikan terlalu banyak karbohidrat sederhana seperti permen, gula, tepung, dan kentang karena akan menyebabkan kenaikan kadar gula tubuh. Konsumsi gula dipercaya memperburuk kondisi ADHD dan bisa memicu masalah kekurangan gizi.
Tingkah dan keaktifan setiap anak unik dan berbeda, namun sebagai orang tua atau orang lain jangan mudah melabeli anak sebagai hiperaktif hanya karena ia memiliki keaktifan yg luar biasa. Kenali, Cek dan ricek terlebih dahulu gejalanya. Tidak ada intensi anak– anak dengan kendala hiperaktif untuk menyusahkan orangtuanya. Cobalah berpikir pada posisi si anak yang penuh upaya dan sama – sama berjuang untuk mengendalikan segala keinginannya muncul seperti lompatan – lompatan petasan. Bantu anak – anak yang memang perlu diperlakukan khusus. Karena tidak selama-lamanya anak itu bersama kita atau sebaliknya. Nikmati saat-saat penuh perjuangan ini
(05 September 2015, Diskusi FC#4)
Pemantik : Ani Khairani (Psikolog dan Dosen) (Owner Biro Konsultan Psikologi Pendidikan UNIK.EDU+)
Moderator : Zuhay R Zaffan FIM 15
Notulis : Harima Rahmah FIM 17