Mengobati Kecanduan Pornografi Pada Anak

stop_pornografi

Meruaknya media dan gadget digital masa kini bisa diibaratkan seperti pisau bermata dua: di satu sisi memudahkan akses ilmu pengetahuan dan informasi, namun di sisi lain juga menyuguhkan “pengetahuan berbahaya” seperti pornografi yang harus diproteksi dari anak-anak kita. Psikolog Anak, Ibu Elly Risman,menyatakan bahwa dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh pornografi ini bahkan jauh lebih berbahaya daripada narkoba.Dilansir dari situs eramuslim.com yang merangkum seminar Bunda Elly di IPB Bogor, dinyatakan bahwa otak anak yang rusak akibat pornografi diibaratkan seperti sebuah mobil yang bagian depannya mengalami kerusakan parah akibat tabrakan.

Pre Frontal Cortex (PFC) atau bagian otak depan anak adalah bagian otak yang menjadi rusak jika telah kecanduan pornografi. Padahal, fungsi dari PFC pada otak adalah untuk merencanakan, mengendalikan emosi, mengambil keputusan, dan berpikir kritis dan lainnya. Fungsi PFC ini terus berkembang dan akan matang pada usia 25 tahun, maka bayangkanlah jika dalam tahap perkembangannya fungsi ini telah rusak bahkan sebelum mencapai kematangan.Karena itu, untuk menanggulangi dan mencegah kerusakan pornografi pada diri anak, Fim Club 4 Pendidikan Parenting Forum Indonesia Muda menggelar sebuah diskusi online pada 26 Maret 2016 dengan pembicara Ibu Dra. Perwitasari, seorang psikolog lulusan Universitas Indonesia yang saat ini aktif berkegiatan sebagai psikolog, trainer, konselor di Yayasan Kita dan Buah Hati dan RSIA KMC.

Bu Perwitasari atau biasa dipanggil dengan Bu Wiwit memaparkan bahwa, saat ini yang membuat pornografi menjadi semakin berbahaya dengan kehadiran internet adalah karena internet mengandung unsur 4A.dengan kecanggihan internet mengandung unsur 4 A, yaitu :

  1. Accesible; Mudah diakses dimanapun kapanpun
  2. Affordable; Terjangkau. Bahkan tanpa biaya.
  3. Anonim; Rahasia. Tanpa diketahui org lain.
  4. Aggressive; Bersifat menyerang, mengejar konsumennya. Karena saat ini pornografi disebarkan tidak lagi melalui situs namun bahkan ke medsos pribadi, yang terkadang memunculkan gambar-gambar “berbahaya” di home kita, yang kita sendiri sebetulnya tidak menghendaki.Pornografi ini pada anak akibatnya bisa lebih parah daripada orang dewasa, karena anak-anak sebetulnya belum cukup berkembang PFCnya. Sehingga, mereka cenderung menyerap dan meniru begitu saja apapun yang dilihat.

Hal lain yg membuat anak atau seseorang mudah kecanduan pornografi adalah kondisi BLAST (boring, lonely, angry, stress dan tired).  Kondisi BLASTakan menuntut otak untuk melakukan sesuatu yang menstimulasi keluarnya dopamin pada otak. Jikaberada di dalam kondisi ini kita melihat pornografi, maka otak kita akan mengeluarkan dopamin. Sehingga timbullah rasa ketagihan, dan keinginan untuk mengulanginya kembali.

Lalu, bagaimana mencegahnya? Internet yang aman dan sehat jelas sangat diperlukan. Maka, orang tua sejak awal harus memastikan bahwa internet yang digunakan anak berada di dalam control orangtua dan memiliki filter untuk mencegah anak-anak mengakses konten porno. Tetapi, seiring dengan bertambah usia, tentu kontrol eksternal ini perlu juga didampingi dengan kontrol internal, yakni dengan memberikan edukasi tentang bahaya pornografi bagi perkembangan mereka. Anak perlu tahu apa bahayanya, dan apa yang harus dilakukan bila tidak sengaja melihatnya. Sejak awal anak-anak diajarkan dan ditanamkan untuk tidak mengizinkan dirinya melihat hal-hal yang tidak baik dan menjaga pandangannya.

Kita juga perlu menciptakan hubungan yang hangat dengan anak agar mereka tidak berada di dalam kondisi BLAST. Ajarkan juga bagaimana sejak awal mereka bisa mengatasi BLAST itu, dengan berbagai alternatif kegiatan yang positif, kreatif dan produktif. Kegiatan olahraga juga diperlukan agar anak dapat menyalurkan energinya. Bagi anak laki2, saat baligh nanti olah raga ini diperlukan untuk mengeluarkan sperma, dengancara sehat dan alamiah tanpa perlu melakukan hal-hal negatif (seperti masturbasi dll). Tanamkan juga keimanan sehingga anak menghayati adanya pengawasan dari Yang Maha Mengetahui, dan keyakinan bahwa semua yang ia lakukan harus dipertanggungjawabkan di hadapanNya.

Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana menangani anak yang sudah terlanjur kecanduan pornografi?Kita harus pahami bahwa kecanduan porno membuat yang bersangkutan lebih sulit mengontrol dirinya dibanding kecanduan yang lain. Hal ini dikarenakan jika anak kecanduan karena hal yang lain, napza misalnya, unsur yang menyebabkan kecanduan itu berasal dari luar dirinya. Sehingga, saat unsur itu ditiadakan maka otomatis tubuhnya akan melakukan detoksifikasi menetralkan zat-zat kimia di dalam otaknya. Namun, kecanduan pornografi akanmembuat terbentuknya mental model porno/perpustakaan porno di dalam otak yang bersangkutan. Sehingga, meskipun dia sudah tidak bisa mengakses pornografi secara langsung, ia tetap bisa mengakses dan memutar ulang adegan-adegan porno di kepalanya. Hal ini akan menyebabkan dia tetap kecanduan untuk memutar kembali memorynya tanpa perlu diminta. Dan hanya dia yang tahu mengenai hal ini.Inilah yang menyebabkan kecanduan pornografi lebih sulit untuk dihilangkan bila yang bersangkutan belum memiliki kesadaran untuk berubah/sembuh. Maka,apa saja tahapan yang harus dilakukan?

  1. Hal pertama yang harus dilakukan dan yang paling sulit adalah membangun kesadaran pada yang bersangkutanakan bahaya pornografi dan memunculkan motivasi untuk mau sembuh/ meninggalkan pornografi.
  2. Kedua, adalah memberi anak kemampuan untuk mengatasi kondisi BLAST. Dalam hal ini, bagi anak dibutuhkan dukungan positif dari orang tua. Pola asuh ya harus diubah menjadi pola asuh positif.
  3. Ketiga, diperlukan kemampuan untuk mengatasi “flash” / memory pornografi yang bisa muncul tiba-tiba, Anak harus belajar mencari alternatif kegiatan atau pemikiran positif yg dapat mengalihkan “flash”.

Mulai usia berapakah anak bisa dikenalkan tentang edukasi pornografi?

Mengajarkan anak akan bahaya pornografi memang harus bertahap sesuai dengan usia anak.  Yang harus diajarkan sejak awal adalah pemahaman bahwa tidak semua hal bisa/ boleh kita lihat, kita dengar, dan kita lakukan.Penting juga untuk mengajarkan anak-anak tentang bagian tubuh yang boleh terlihat, dilihat, dan mana yang tidak boleh.Seperti kalau kita mengajarkan makanan ada yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan. Contohnya, sejak kecil kita tidak membiarkan anak melihat bagian tubuh org lain yg privacyatau menjadi aurat seseorang. Tanamkan kepada anak rasa malu ketika melihat aurat maupun ketika auratnya terlihat.Jadi, jangan buka baju di depan anak. Jangan bawa anak ke tempat-tempat yang dia bisa melihat hal-hal yang tidak senonoh. Jangan sampai porno-aksi nya justru ia dapatkan pertama kali dari rumah secara tidak sengaja. Penting untuk memastikan tidak ada anak dan kamar sudah terkunci rapat saat melakukan hubungan seksual.Jadi, memang pendidikan seksualitas yang benar, sehat dan lurus yang harus diberikan sejak awal.  Agar anak sejak awal memiliki kesadaran dan pemahaman yang benarakan aurat dan rasa malu.

Bagaimana menanggulangi pengaruh lingkungan?Internet kanada di mana saja dan sulit dikontrol. Bagaimana jika internet sudah diproteksi di rumah, namun ia justru mendapatkan dari teman-temannya di sekolah?

Sesungguhnya yang utama adalah memunculkan kontrol internal, yakni dengan edukasi yang benar.Sampaikan bahwa hal-hal yang ia lihat dan ia dengar akan mempengaruhi dirinya. Kita tentu saja dapat menggunakan analogi-analogi dan media yg konkrit.Misalnya, kita menyiapkan 2 wadah lalu masing-masingmemasukkan benda yang bersih dan benda yang kotor/sampah. Lalu, kita minta anak membandingkan mana yang ia suka. Tentu iaakan memilih yg bersih. Nah, kita sampaikan bahwa apayang kita lihat, dengar, dan juga yang kita makan itu ada yang baik dan membuat kita sehat, namun ada juga yang merupakan sampah/hal tidak baik yang bisa membuat sakit/merusak diri kita.

Di usia dini memang kontrol eksternal masih sangat diperlukan. Kita harus memastikan mereka memang tidak bisa mengakses konten porno baik sengaja maupun tidak sengaja.Anak-anak umumnya terpapar karena ketidaksengajaan.Hal ini disebabkan karena orang tua lalai.Tidak menyadari adanya bahaya pornografi.Misalnya, guru memberikan tugas yang harus mengakses internet, padahal anak belum diedukasi.Atau orang tua yang mengakses lalu lalai/terlihat oleh anak. Atau media-media  seperti film-film anak-anak yang memiliki adegan porno. Memang kita seringkali kurang sensitif pada softporn sehingga menganggap itu adalah hal yang biasa. Padahal, ini yang membuat kita menjadi butuh untuk melihat hardporn. Oleh karena sering melihat softporn ini, kita jadi tidak menyadari hardporn, tahu-tahu sudah kecanduan.

Proses yang terjadi di otak tidak bisa kita handle karena terjadi tanpa kita sadari. Bila sejak awal anak sudah kita latih untuk mengontrol pandangannya, mengontrol pendengarannya, mengontrol apa yang dia makan dengan senang hati, bukan karena takut/terpaksa, maka akan menjadi tameng untuk tidak memperhatikan pornografi. Oleh karena itu, penting sejak awal kita membangun kemampuan berpikir memilih dan memutuskan untuk melakukan hal yang baik. Bagaimana caranya?Yakni dengan membiasakan berdialog. Lebih sering menggunakan kalimat tanya daripada kalimat perintah. Memberikan alternatif-alternatif pilihan positif dan respek pada keputusan anak, daripada sekedar menyuruh-nyuruh. Disini memang dituntut kreativitas orang tua dan kemampuan memahami karakter anak sesuai dengan usia.

Lalu, Bagaimana interaksi dengan gadget?Apakah sebaiknya anak-anak dibatasi?

Ketika anak sudah akan berinteraksi dengan gadget, maka anak sebelumnya sudah harus dijelaskan baik buruknya,  aturannya, dan kesepakatan penggunaannya. Sebaiknya sebelum baligh, anak tidak dibiarkan berinteraksi dengan gadget dan internet tanpa pengawasan orang tua. Dan saat remaja di atas 17 tahun atau setelah baligh,  pastikan bahwa anak sudah memiliki kontrol internal yang baik. Anak-anak lebih baik diperbanyak kegiatan eksplorasi di alam, kegiatan yang aktif bergerak, kegiatan keterampilan yang kreatif.Selain untuk merangsang saraf-saraf di otaknya, juga untuk melatih otot-ototnya.Hal ini juga merupakan stimulus yang baik untuk menumbuhkan minat pada kegiatan aktif, sehinggaanak tidak cenderung ke gadget. Interaksi dengan gadget membuat anak jadi “mager” / males gerak dan “lazy mind”/ males mikir.

Anak zaman sekarang banyak pegang handphone karena orangtuadan guru malas/tidak mau repot. Hanya mengambil gampangnya agar anaktenang, dengan memberikan hp /ipad.Juga karena khawatir dianggap kuno dan takut anak gaptek.Kita harus mengetahui bahwa anak memang belum bisa sepenuhnya memiliki self control, karenaPFC belum kuat sempurna. Apalagi, kalau kita lebih banyak dengan doktrin yang tidak melatih anak berpikir.“Pokoknya tidak boleh, nanti dosa, dsb.Kita hanya pernah mengatakan bahwamelihat gambar yang jelek-jelek tidak boleh.Lalu kita merasa sudah mengedukasi.Di usia awal, kita perlu mengecek seberapa besar kontrol internal anak. Misalnya, ketika kita ajarkan bahwa kalau pilek tidak boleh minum es.Nah, suatu saat ketika tidak ada kita, anak ditawari es, padahal sedang pilek.Kita dapat melihat apakah dia mau atau menolak.Kalau dia mau dengan sembunyi-sembunyi, berarti kontrol internalnya belum terbentuk.

Lalu, bagaimana caranya mengedukasi?

Saat mengedukasi, kita bisa menggunakan beberapametode :

  1. Contoh konkrit
  2. Dialog/ kalimat tanya
  3. Pembiasaan/rutin/konsisten
  4. Reward

5.Konsekuensi.

Kalau anak sudah memiliki “perpustakaan porno” di dalam kepalanya, bagaimana caranya mengedukasi?Misalkan sudah benar-benar parah memory itu berada di dalam otak. Walaupun diberikan ilmu agama sebanyak apapun, memory itu tetap ada kan?

Iya betul.Menghilangkan pornmemory nya itu yang memang sulit.Beberapa teknik terapi bisa kita lakukan untuk membantu.Jadi, kalau sudah cukup lama mengakses dan cukup parah tingkat kecanduannya, maka sesi terapinya menjadi lebih lama/panjang.Yang kami tangani saat ini bahkan ada yg sudah setahun.Baru 2 bulan ini tidak flash lagi.Namun ini juga belum selesai. Karena mungkin masih ada fase relapse. Jadi, lebih baik mencegah ya daripada mengobati.

Seperti yang disampaikan ibu sebelumnya, saat ini pornografi dengan mudahnya diakses bahkan oleh anak-anak sekalipun.Di iklan TV sehari-hari pun ada adegan yang menurut saya tidak pantas jika ditonton anak-anak. Jika orang tua memilih untuk membatasi atau bahkan tidak mengenalkan anaknya pada media digital seperti TV, gadget, dll, apakah langkah tersebut tepat di era digital saat ini ?Dan bagaimana jika lingkungan tempat tinggal anak justru sebaliknya? Di mana anak-anak lain dengan mudahnya gonta-ganti channel TV, mengakses internet, dll. Apa tidak akan menimbulkan kecemburuan dan protes pd anak ?

Untuk anak-anak, memang orang tua harus membatasi interaksi dengan gadget dan layar.Tentu saja bukan sekedar melarang atau membatasi. Jadi ortu harus bisa komunikasi dengan baik, benar, dan menyenangkan .Dan juga harus bisa menerapkan disiplin dengan kasih sayang.Harus ada bounding antara orang tua dan anaknya.Sampaikan pada anak alasan kita melarangnya.Kita juga harus menciptakan lingkungan yang mendukung pengasuhan kita.Untuk itu, kita harus menggalang kerjasama baik di keluarga maupun di masyarakat.Ambil hpnya atau tidak memberi handphone.Karena yang penting adalah edukasinya.Di sini, memang dituntut kedekatan anak dengan orang tuanya agar tercipta kepercayaan anak kepada orang tua. Bila anak tahu alasan kita membatasi gadgetnya, maka anak akan mudah menerimanya.

Lalu, bagaimana caranya mengedukasi anak secara efektif  untuk yang berumur kisaran SD dan sederajatnya? Karena tidak mungkin kita memberikan pengetahuan yang berat tentang apa bahaya pornografi dll..

Mengedukasi anak itu suatu keharusan. Memang perlu disederhanakan bahasanya sesuai dengan usia anak. Untuk anak SD,  kita bisa mulai dengan penjelasan bahwa kita semua diberi otak di dalam kepala kita. Beritahukan kepada anak gambar otaknya.Jelaskan bahwa otak ini yang membuat kita pintar, lebih pintar dan cerdas daripada binatang.Namun, otak kita bisa rusak.Kita contohkan misalkan dengan membuat lubang-lubang pada gambar otak tersebut.Lalu kita beritahukan, bahwa salah satu yang merusak otak adalahketika kita mrlihat yg tdk baik. Lalu diskusikan apa saja yang baik dan yang boleh kita lihat, dan apa yang tidak baik, yang tidak boleh kita lihat.

Bagaimana jika orang tua sibuk sehingga tidak bisa memperhatikan tanda tanda kecanduan pornografi? Bagaimana cara orang tua untuk bisa tahu?Lalu, bagaimana penanganan yg dapat dlakukan orang tua untuk anak yang kecanduan, apakah harus dengan bantuan psikolog?

Sesibuk apapun, orang tua seharusnya tetap perhatian pada anak.Harus tahu aktivitas anak dan bahasa tubuhnya. Beberapa indikator anak yg kecanduan porno :

– senang menyendiri dengan gadgetnya.

– tertutup. Hpnya juga tidak boleh dilihat kecuali oleh yang memang sama minatnya.

– main hanya dengan teman tertentu yang sama2 suka gadget

– “mager” atau tidak suka aktivitas outdoor, yg aktif atau yang terdapat interaksi sosial.

– tidak suka diajak bicara

– kalau di kamar mandi lama

– senang melihat detail tubuh orang.

– mata terlihat kosong.

Memang bila tidak teliti, secara fisik tidak terlihat tanda-tanda kecanduan porno.Ini juga yang membuat agak sulit mendeteksinya.Tidak seperti kasus kecanduan napza yang terlihat jelas perubahan fisik yang mencolok.  Padakasus kecanduan porno biasanya terdeteksi pada stadium yang tinggi yaitu bila sudah muncul “acting out” atau menampilkan  perilaku seksualnya seperti masturbasi, memperkosa, mensodomi dll.

Penjelasan lebih lanjut tentang pornografi dan dampaknya serta perlindungannnya  bisa dibaca di dalam buku “The drug of The New Millennium karya Dr. Mark Kastlemen, seorang psikiater di Amerika . Bukunya sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Yayasan Kita dan Buah Hati.

Maka, mengingat bahaya dari pornografi ini, sebagai orangtua kita seharusnya menjadi lebih waspada.Bagaimanapun, lebih baik mencegah daripada mengobati.

 

(26 Maret 2016, Diskusi FC#4)

Pemantik         : dra. Perwitasari (Psikolog, konselor, trainer di YKBH dan RSIA KMC)

 

Moderator      : Zuhay Ratuz Zaffan FIM 15                   

Notulis            : Melinda Nurimannisa FIM 13

Penyakit TORCH

torch

Notula Diskusi FC#4 PenTing tentang TORCH

🔷🔶🔷🔶🔷🔶🔷🔶

🔊Boomber:  Isti Anindya (Founder Komunitas Peduli TORCH)

🔉Momod: Yulia L FIM 16

🔉Notulis: Taufik A FIM 13

WHAT ????? 🔥🔥🔥

TORCH➡Gabungan dari beberapa infeksi yang berasal dari beberapa protozoa dan virus. Jenis infeksinya merupakan satu kesatuan berdasarkan alasan:

  1. Gejala hampir sama
  2. Memiliki dampak serupa pada pasien dengan positif TORCH
  3. Jenis pasien terutama perempuan jadi ciri penyakit ini

WHEN  🕗🕗🕗

Kapan waktu yang tepat memeriksa TORCH sebagai upaya pencegahan??

⚠ sebelum menikah untuk calon pengantin. Pemuda pasa usia prosuktif yang memiliki keluhan sakit kepala yg tidak dapat diatasi dengan penanganan biasa  dan anak-anak dengan ortu yang sudah dipastikan terinfeksi TORCH.

WHY 🚺🚺

Mengapa TORCH identik dengan penyakit ibu hamil???

⚠ Ibu hamil masih dengan risiko tinggi terkena TORCH karena berkaitan dengan  calon anak yang akan dilahirkan. Selain itu, karena infeksi pada janin juga  dapat terjadi selama kehamilan yg dapat memberikan efek keguguran,  meninggal atau lahir kongenital.

WHO 💂👷🏻💁🏼🙆

Siapa saja yang berpotensi terinfeksi TORCH???

⚠ Berdasarkan pengamatan lapangan siapapun dapat terinfeksi tidak mengenal usia dan jenis kelamin. Padahal dahulu infeksi hanya milik perempuan terutama ibu. Tapi saat ini kasus bisa terkena laki-laki, perempuan, bayi, sampai manula. Semua tetap rentan terinfeksi

WHERE 🏣🏥🏦

Dimana dapat dilakukan pemeriksaan TORCH?

⚠ Jika sebelum pemeriksaan anda konsultasi dengan dokter, ada baiknya meminta rujukan. Jika langsung sendiri, bisa mengunjungi laboratorium swasta yg terstandar nasional untuk hasil yg valid.

HOW 🐹🐭🐱

Bagaimana penularan TORCH??

⚠ TORCH dapat ditularkan melalui transfusi darah, seksual, ASI, makanan yang tidak matang, sayuran yang tidak dicuci bersih, kotoran hewan pembawa TORCH, dll

Infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella Virus, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus) dikelompokkan berdasarkan manifestasi klinik dan gejala yang hampir sama pada setiap penderitanya.

Kelompok infeksi ini terdiri dari protozoa dan virus yang masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia. Infeksi TORCH  dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin, serta kecatatan pada anak. Infeksi ini dapat pula menyerang saraf pusat dan semua jaringan organ tubuh pada bayi dan anak (Sofoewan, 1997).

Pada populasi dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, kurang lebih 60-70% orang dewasa menunjukkan seropositif terhadap infeksi TORCH, sedangkan pada keadaan ekonomi yang buruk atau di negara berkembang, kurang lebih 80-90% masyarakat dapat terinfeksi (Griffiths and Emery, 2002).

Prevalensi infeksi TORCH di negara berkembang tergolong tinggi dan pada umumnya menyerang kelompok usia produktif. Di Indonesia, prevalensi seropositif infeksi Toxoplasma gondii diantara orang sehat bervariasi. Yogyakarta menduduki angka yang tertinggi kedua, setelah Surabaya (63 %) dengan 51% sedangkan Provinsi yang lain di pulau Jawa berkisar 20-63% (Sofoewan, 1997).

Prevalensi infeksi Cytomegalovirus (CMV) di Indonesia mendapatkan angka lokal di tahun 2004 sebesar 87,8 %  (Lisyani, 2007). Prevalensi infeksi Rubella Virus (RV) di Indonesia pada 1996 yang diteliti oleh Rachimhadhi, ditemukan sejumlah 568 kasus (Bandung dengan 102 kasus dan Surabaya 101 kasus. Dari keseluruhan kasus, 76,6%  penderita positif untuk IgG dan  0,9% kasus positif untuk IgM anti-Rubella (Prabowo, 2013). Di Indonesia prevalensi Herpes Simplex Virus lebih kurang 1% dalam setahun, sangat jauh berbeda pada negara berkembang penganut seks bebas yang memiliki prevalensi sangat tinggi (Hernawati, 2008).

1⃣ Saya (perempuan, 22th) pernah mengalami infeksi torch pada taun 2012. Saat terkena torch saya masih single (sampai sekarang masih single sih 🙈). Di rumah tidak memelihara burung ataupun kucing, kalau dulu dokter bilangnya dimungkinkan karena sayuran yang kurang matang. Apakah ada kemungkinan terinfeksi kembali? Dengan riwayat pernah terkena torch, apakah akan ada pengaruhnya nanti ketika hamil? Adakah persiapan-persiapan khusus yang harus dilakukan orang yg memiliki riwayat torch? Terimakasih

⏩ Infeksi TORCH, dibagi umumnya atas 4 jenis infeksi yang karakteristik hampir sama. Kemungkinan terinfeksi kembali selalu ada, karena memang pola makan sehat, menjadi kunci kita terhidar dari infeksi. Penularan tidak melulu via hewan. Pengaruhnya teehadap kehamilan ada, tapi tergantung tingkat keparahan infeksi. Persiapan utama adalah jaga kekebalan tubuh, terapkan pola hidup sehat dan selalu bahagia dengan menerima infeksi tersebut

2⃣🅰 Untk periksa apa qt terkena torch ato tdk it biasanya kisaran biayanya berapa? Periksanya ke bidan jg apa smua lab di RS bs?

⏩ Kisaran harga bervariasi, untuk pemeriksaan lengkap up to 2 juta

2⃣🅱 Kenapa gejala torch lebih dominan terlihat ketika qt hamil?

⏩ Karena saat hamil secara alami sistem imun tubuh kita akan diturunkan. Namanya keseimbangan T helper 1 dan 2. Jadi saat sistem imun diturunkan, virus dan parasit merajalela.

2⃣🆎 Kalo sudah terlanjur terdiagnosa torch saat hamil, apakah janin bs diselamatkan? Apa qt bs disembuhkan?

⏩ Tergantung hasil pemeriksaan obgyn. Jika sudah terlanjur, sebaiknya tes Aviditas, utk memastikan fungsi antibodi kita thd torch dan melakukan terapi medis atau herbal.

3⃣ Apakah inang sementara virus virus tsb hny mamalia liar,spt kucing? Jika pencegahannya lewat memasak daging dg  matang, apakah mempengaruhi kandungan protein dalam daging tsb? *nb, mengingat bahwa protein akan denaturasi dalam suhi tinggi

⏩ Kucing, famili felidae, khususnya pada T.gondii, sedangkan virus lainnya bisa hewan apa saja. Sebaiknya masak disekitar 67 derajat, dimana mematikan virus dan parasit, tapi mempertahankan protein

4⃣🅰 Torch adalah singkatan untuk toxoplasma, others, rubella, cmv, herpes. Apa yang dimaksud dari ‘others’ disitu? Apakah virus lain yg juga bisa menyebabkan masalah pada kehamilan? Jika memang ada, apa saja selain torch yg juga berbahaya?

⏩ Others itu beberapa akronim menyatakan bahwa itu adalah jenis infeksi lain, HIV dan Sipilis termasuk. tapi saya lebih memakai yang TOxo Rubella Cmv Herped

4⃣🅱 Untuk mencegah dan menanggulangi torch bagaimana ya? pernah baca saran untuk periksa torch sebelum hamil, bagaimana cara periksanya dan kalau hasilnya positif apa yang harus dilakukan?

⏩ Pemeriksaan di lab, bsa atas rujukan dokter atau mandiri. Jika (+), yg pertama dilakukan adalah menera dgn ikhlas, dan melihat kemungkinan terapi yg diambil.

5⃣🅰 Pencegahan beberapa virus “yang diturunkan” mungkin diantaranya torch sejauh yang saya pahami bisa juga dilakukan dengan cara vaksin bagi pasutri dengan catatan belum melakukan hubungan suami istri.(cmiiw ya) pertanyaanya, sejauh apa perkembangan vaksin seperti ini di Indonesia? Adakah program dari pemerintah atau lembaga-lembaga sosial yg memberikan pencerdasan terkait pengetahun ini?

⏩ Vaksin untuk TORCH, sependek saya tau, di Indonesia belum ada, tapi di Inggris, dan luarsana sudah ada. Program pemerintah NOL, saya sudah sounding saat PKM, tapi masih belum didenger, barusan kemaren pas LPDP saya coba sounding juga. Memang kerja komunitas belum keras, terkait pendanaan.

5⃣🅱 Adakah efek samping yang akan dialami oleh (calon) pasutri yang suntik  vaksin ini? (Sebagai contoh mudah, kalau bayi di imunisasi kadang ada gejala demam dsb, kalau untuk vaksin ini, ada gejala sampingnya)

⏩ Kalau soalan Vaksin, mungkin bab tersendiri. Yang jelas, menurut saya vaksin TORCH tidak akan terlalu efektif, karena prevalensi infeksi ini saja di Indonesia tidak ada datanya. Jika mau mengembangkan vaksin. Harusnya negara tsb sudah banyak melakukan program deteksi TORCH.

Mari menjaga kesehatan dan segera periksakan diri kamu jika memang sudah ada tanda-tanda diri kita terkena TORCH.

Salam sehat‼

🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻

 

MENYEMAI CINTA DALAM RUMAH TANGGA

“ Karena Saat Bersamamu Cintapun Perlu Ilmu. Ilmu Tentang Cinta “

Rumah tangga adalah  madrasah cinta yang tak pernah mengenal kata wisuda. Kelas yang tak pernah usai sampai bel akhir hayat berbunyi. Berumah tangga merupakan suatu keputusan yang sangat penting dalam mengarungi bahtera kehidupan. Mereka ibarat perjalanan dalam sebuah kapal ditengah lautan dengan berbagai cuaca dan keadaan yang tidak menentu. Lama dan panjangnya perjalanan yang dilalui tidak selalu berjalan mulus, Akan ada batu karang yang menganggu, bisa juga menimbulkan kekosongan dan kebosanan didalam mengarungi perjalanan.

Berangkat dari pengalaman rumah tangga sang founder Forum Indonesia Muda, Bunda Tatty Elmir dan suami (re :pa E), mari kita belajar bagaimana menyemai cinta dalam rumah tangga .

bunda dan Pak e

Kami dulu adalah pasangan konvensional. Dulu sebelum menikah tidak begitu detail membicarakan masa depan. Kecuali pernak pernik romantisme sepele. Bahkan juga tidak terpikir tentang pembagian peran dalam rumah tangga yang kami angankan. Waktu itu kami malah belum kenal istilah ; Ketahanan keluarga parenting skill atau strengthening the family dsb. Kami berdua masih sangat muda .

Bunda masih berusia 20 tahun saat menikah dulu, masih kuliah, sambil bekerja sebagai wartawan radio ARH jakarta dan paE (re:suami bunda) berusia 26 tahun masih menjadi pegawai orang, sebagai professional pemula di Surabaya. Kami jarang ketemu, jadi kurang ada kesempatan diskusi panjang lebar. Intinya hanya bisa bicara garis besar, samar-samar pula.

Sebelum menikah kami memang sempat membahas tipe rumah tangga dan pola pengasuhan termasuk pembagian peran itu sekilas. Namun tidak rinci. Boro-boro tentang pembagian peran-peran yg sangat tehnis. Usai menikah kami hidup terpisah. Bunda tetap kuliah di Jkt dan PaE tinggal di Surabaya. Secara alamiah pula ketika suatu hari bunda sakit dirawat 1 bulan di sebuah RS di Jakarta, lalu PaE mengajak Bunda pindah ke Surabaya lalu Bunda bekerja di salah satu radio di sana (radio Suara Surabaya). Semua terjadi secara alamiah saja. Tidak ada saling tuntut atau membuat kesepakatan pembagian ruang, bahkan juga waktu akhirnya bunda memutuskan berhenti kuliah. Padahal saat itu Bunda terikat kesepakatan dengan lembaga pemberi beasiswa.

Ketika PaE pindah ke Kalimantan, dan Bunda hamil, bunda juga ikut dan berhenti bekerja. Sama sekali tak ada kegiatan. Kecuali mengurus rumah tangga dan jalan-jalan. Bunda jadi punya banyak waktu mempraktekkan resep masakan dan mengasuh anak-anak Karang Taruna di komplek kami tinggal di Kalsel. Lagi-lagi itu naluriah. Lalu bekerja kembali saat pindah lagi ke Jakarta tahun 1988. Dan PaE juga mendorong dan ikut mempersiapkan saat bunda dapat kesempatan belajar ke Amerika tahun 90. Semua ijin tesebut Bunda terima dan diberi PaE ikhlas tanpa kesepakatan apa-apa sebelumnya. Bunda juga memilih berhenti bekerja (fulltime) setiap melahirkan, menyusui juga karena naluri seorang Ibu saja. Lalu beraktivitas macam-macam di luar rumah sesuai minat. Nah tentu itu bukanlah sesuatu yang ideal. Mengingat kami punya anak banyak yang tidak boleh ditinggal hanya dengan pengasuh. Beruntungnya, rumah kami selalu ramai dengan adik, ponakan, sanak saudara dan orang tua kedua belah pihak. Kami membesarkan anak beramai-ramai. Saat mereka bayi, jika ada kegiatan bayinya diajak, tapi sekali lagi itu mungkin tidak ideal, karena semua terjadi alamiah tanpa rencana karena saat itu kami belum tahu ilmunya.

“SEKARANG KALIAN YANG HIDUP DI DUNIA YANG BEGITU KAYA ILMU DAN INFO, MESTINYA JAUH LEBIH SIAP, LEBIH TERENCANA DAN LEBIH TERBUKA”

Alangkah baiknya segala keputusan yang diambil merupakan hasil mufakat antara suami dan isteri. Bila terjadi perselisihan pendapat, jangan saling ngotot, didiskusikan secara baik-baik, jika suami mengeras, isteri melembut begitupun sebaliknya. Perselisihan terjadi mungkin karena suatu pasangan tidak ingin saling mengalah, maka dari itu mengalah saja untuk sesuatu yang lebih besar.

Ketidak cocokan seringkali menjadi salah satu alasan menjadikan pernikahan itu goyah bahkan berujung pada perceraian.  Sebenarnya tidak ada orang yang selalu cocok satu dengan yang lain. Bahkan kembar identikpun juga tidak. Namun ketika kita memutuskan untuk menikah, maka jangan diperuncing dengan ketidak cocokan, yang dipandang adalah komitmen, apalagi jika sudah memiliki anak. Soal panggilan kepada istri atau suami itu membawa dampak pada perilaku rupanya, terkadang pasangan suka cekcok dan tidak ada saling menghormati karena saling memanggil “Lo gue”. PaE dlm keadaan marahpun belum pernah sekalipun memanggil bunda “Kamu” apalagi yang buruk, selalu memanggil bunda Say, atau sebut nama dalam semarah apapun.

Ketika pasangan masih dalam fase berkenalan (bahkan setelah nikah pun perkenalan masih selalu berlanjut), dan timbul keinginan-keinginan atau ketidaksukaan, apakah perlu disampaikan? Atau ditahan (sabar) agar sang kekasih tidak luka hatinya? Tentu tergantung prinsip atau tidaknya persoalan yang akan disampaikan. Kalau cuma soal potongan rambut atau warna baju boleh-boleh saja diungkapkan tapi tidak terlalu serius.Tapi kalau persoalan yang sangat penting seperti kebiasaan buruk ya harus dirubah. Tentu disampaikan dengan baik. Seperti bunda dan pa’E lakukan pada 10 tahun pertama pernikaahan terutama 5 tahun pertama yaitu dengan saling evaluasi diri. Kita menulis surat, berisi poin-point, apa yang kami sukai dari pasangan dan apa yang tidak. Dengan menulis, semua uneg-uneg bisa disampaikan dengan bahasa yang lebih tertakar dan terjaga. Sementara lisan dikhawatirkan sulit dikontrol.

lalu mengenai “me time”, apakah dalam pernikahan itu benar-benar perlu? Keadaan dimana menjauh dari keluarga untuk menjalankan peran yang sebelum menikah? Setiap orang sebaiknya memiliki “me time”, yang perlu dikomunikasikan pada pasangan masing-masing. Seperti isteri tahu persis kapan jadwal suami badminton, atau kegiatan lainnya khususnya yang membawa kebaikan. Begitupun sebaliknya bagi isteri untuk selalu berusaha melibatkan suami dalam berbagai kegiatan di luar kewajiban. Harapannya kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk ventilasi sebuah rumah tangga agar tidak pengap atau jenuh serta agar suami paham dan mendukungnya. Namun tetap berusaha semaksimal mungkin bersama keluarga. Karena KELUARGA ADALAH HARTA YANG PALING BERHARGA.

Saat menikah tentu akan mengalami masa kejenuhan. Bukan jenuh dengan pernikahannya melainkan pada kegiatan rutinitas seperti saat 2 tahun masa menyusui bayi. Oleh karena itu buatlah kesibukan lain yang bisa sembari mengasuh anak sehingga rasa jenuh itu akan hilang. selain itu bagi laki-laki ada yang beranggapan bahwa laki-laki itu punya masa puber kedua, di usia 40 an sehingga apakah seorang isteri harus selalu cantik dan menwan di mata suaminya. Hal ini dikembalikan lagi kepada suami. Suami itu pemimpin. Merekalah yang bisa menjadikan isterinya seperti apa. Kalau suami ingin istrinya bidadari maka dialah yang menciptakannya. Begitu juga yang buruk. Jika suami menginginkan istrinya cantik, wangi, terawatt maka dialah yang harus mengikhtiarkan dahulu dengan mengalokasikan dana untuk itu. Bukan hanya untuk kecantikan tapi lebih kepada kebersihan.

Mengenai perbedaan usia dengan pasangan mungkin ±10 tahun, bagaimana caranya agar cinta itu masih terjaga? Bukan hanya usia, kita semua itu berbeda. Tapi Allah yang satukan dalam mitsaqan ghalidza. Perbedaan usia hanya masalah angka-angka, banyak suami lebih muda tapi hidup mereka sangat bahagia dan ada juga sebaliknya. Tapi memang secara umum, wanita lebih cepat dewasa sehingga banyak ahli berpendapat sebaiknya laki-laki lebih tua daripada perempua. Sesungguhnya perbedaan usia sangat tergantung pribadi dan kedewasaan masing-masing, jadi sangat personal.

 

Bagaimana menjaga keromantisan dalam rumah tangga ?

Tidak perlu menjaga keromantisan, yang perlu dijaga dan dirawat terus-menerus itu adalah cinta. Bukan roman-romantisnya. Mungkin karena ada kesadaran menjaga/merawat cinta, lalu orang menyebutnya romantis. Padahal itu hanya tool, bukan tujuan, yang harus dijaga adalah bahan bakunya, yaitu :

1.Tanggung jawab

2.Kepedulian

3.Kepercayaan

4.Kehormataan

5.Keikhlasan

6.Kasih sayang

Tak ada suami atau istri yang terlihat hina dan direndahakan saat menunjukkan kepedulian, dan kasih sayang kepada keluarganya. Contoh peduli itu bisa dari hal-hal yang sangat sederhana. Selalu jadi orang yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun kepada pasangannya misalnya, atau bagi suami bisa dengan dibuatkan masakan favorit, disiapkan bacaan kesayangan.

 

“HAL YANG PALING PENTING ADALAH UNTUK TIDAK MENUNTUT MACAM-MACAM SATU SAMA LAIN”

 

Lantas bagaimana menyemai cinta dalam rumah tangga ?

Rumah tangga itu adalah madrasah cinta yang tak pernah mengenal kata wisuda, ketika berumah tangga, tidak hanya masa kini dan masa depan pasangan yang kita terima, tapi seutuh-utuhnya pasangan kita. Saling melengkapi, membersamai dan memahami kekurangan serta kelebihan. Saling mendukung satu sama lain. Rumahku adalah istanaku, tidak ada istana tanpa kerajaan, bangunlah rumah tangga  kalian dengan penuh semangat agar tercapai kebahagian dunia dan akherat

“Untuk MEMBANGUN ketahanan BANGSA harus dengan KETAHANAN DIRI  dan RUMAH TANGGA. Untuk MEMBANGUN ketahanan RUMAH TANGGA harus diawali dengan MENCARI JODOH yang BAIK dengan CARA yang BENAR pula”

 
Dear ananda,

Menikahlah Nak manakala dirimu sudah benar-benar siap. Siap di sini bukan hanya faktor usia, pendidikan dan finansial. Tapi benar-benar siap menerima orang lain untuk menjadi bagian dari diri kita. Seperti daging dengan darah.Ilmu mengenal diri harus benar-benar diamalkan.Kalau kita seorang pencemburu, posesif, sangat mengagungkan privasi, jangan menikah dengan aktifis populer dan relawan yang murah hati lapang segala.Jika kita seseorang yang mau benar sendiri tak mau dibantah, jangan bermimpi punya pasangan cerdas, dan sehat yang pastinya kritis.Banyak orang sesumbar ingin punya pasangan shalih/shalihah, cerdas, sehat, kaya, pemurah, dari keluarga “Intelek”. Lalu setelah menikah stress sendiri karena tak mampu mengimbangi gaya hidup orang “Intelek” karena masih suka sembarangan.Jadi ya mari mengukur dan memantaskan diri.Pernikahan bukan “Kamar Sakti” yang membuat orang berubah.Jadi jangan bermimpi setelah menikah bisa merubah pasangan.Yang paling bisa kita lakukan hanya penyesuaian, pemaafan, dan pengikhlasan yang tiada akhir.Karena nenek moyang kita dari jaman baheula sudah berulang-ulang mengingatkan, bahwa cinta adalah pengorbanan. Terdengar sangat klise. Namun sangat benar adanya.”Jadi mari kita terus memantaskan diri..” tidak hanya dalam proses pencarian jodoh, tetapi juga mempertahankan jodoh agar langgeng dunia akhirat.

 

(29 Februari 2016, Diskusi FC#4)

Pemantik         : Bunda Tatty Elmir dan Pak Elmir (Founder Forum Indonesia Muda)

 

Moderator      : Ragwan Al-Aydrus FIM 14C                  

Notulis            : Robiyanti Saputri FIM 17

 

Manajemen Pengasuhan Single Parent Terhadap Kesuksesan Anak

single-mum1

Pengasuhan hampir selalu melibatkan peran ibu dan ayah yang saling melengkapi. Namun realitanya tak semua anak mendapat sentuhan sempurna dari kedua pihak ibu dan ayah. Perceraian atau kematian salah satu pasangan membuat ayah atau ibu mau tak mau membesarkan anaknya seorang diri (single parent). Oleh karena itu, tugas pengasuhan tentu menjadi lebih berat. Namun, bukan tidak mungkin kesuksesan setiap anak dapat diraih dengan pendidikan yang diperoleh dari seorang ibu atau ayah.

Agustina Djakfar, seorang ibu yang memiliki 5 (lima) buah hati, berhasil membuktikan bahwa menjadi seorang single parent bukan halangan untuk mendidik anak-anaknya menuju gerbang kesuksesan. Tante Agustin, begitu ia akrab disapa, menyampaikan serta mengingatkan kepada calon ibu dan ayah atau yang telah menjadi ibu atau ayah akan landasan yang selama ini beliau jaga dalam mendidik anak-anaknya.

“Didiklah anak-anakmu agar siap menghadapi zamannya, karena mereka kelak akan hidup di zaman yang berbeda denganmu” –Ali Bin Abi Thalib Radhiallahuanhu–

 

Dari Abu Hurairoh, ia berkata, Rasulallah saw bersabda, “Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani, dan Majusi, sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan sempurna, apakah padanya terdapat telinga yang terpotong atau kecacatan lainnya?. Kemudian Abu Hurairoh membaca, Jika engkau mau hendaklah baca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus”

Dengan berpegang pada dua dasar tersebut, kewajiban orang tua ialah membekali diri dengan ilmu yang dibutuhkan untuk menjalankan perannya, baik ketika menjadi seorang ayah atau ibu. Segala sesuatunya harus dimulai dengan memiliki ilmunya, bahkan sejak sang buah hati masih di dalam kandungan. Orang tua yang berilmu akan menuntun anak-anaknya untuk menghadapi masalahnya dengan ilmu pula. Berbekallah dengan ilmu yang cukup dan sesuai, dengan demikian akan mempermudah kita, sebagai orang tua, mengasuh anak-anak hingga dewasa meskipun dalam keadaan sendiri atau single parent.

KPK( Kehangatan, Perhatian, dan Komunikasi )
Ikatan antara sang ibu dan buah hati terjalin sejak dalam masa kandungan hingga anak-anak bertumbuh kembang, dengan berbekal ilmu, akan membangun tiga hal yang menurut Tante Agustin sangat penting untuk pendidikan anak. Tiga hal pokok tersebut adalah Kehangatan, Perhatian, dan Komunikasi (KPK). Lalu, ketika takdir menghampiri beliau untuk menjadi single parent, modal ini lah yang kurang lebih sangat membantunya.

Bagaimana pun juga, seorang anak akan memiliki karakter seperti apa yang orang tua berikan atau ajarkan. Mereka cenderung meniru orang tua baik dalam karakter maupun sikap. Misalnya, ketika orang tua mendidik dengan kata-kata lembut dan positif, nilai-nilai positif tersebut bias melekat pada sang anak. Hal tersebut hanya bisa kita lakukan apabila ada ilmu yang cukup untuk dimiliki seorang ibu yang positif. Jika tidak ada ilmu, tentu akan percuma. Ilmu yang diterapkan dalam jangka waktu selama interaksi dengan anak sejak dalam kandungan akan sangat melekat erat.

Fitrah

Setiap anak dilahirkan adalah fitrah atau suci. Anak juga dilahirkan dengan kemampuan berpotensi sama dengan anak-anak lainnya. Tante Agustin menambahkan bahwa setiap anak sesungguhnya disiapkan untuk menjadi baik. Misalnya memiliki sikap kepemimpinan yang jujur,peduli, rendah hati, dan lain sebagainya. Kalau kemudian dia menjadi nakal atau punya sifat buruk, maka semuanya adalah karena pola asuh orang tuanya yang mungkin belum membekali dirinya dengan ilmu ketika menerima amanah tersebut.

Tentu, bukan tidak mungkin seorang anak akan terpengaruh terhadap tingkah polah yang ada di lingkungannya. Manusia merupakan makhluk social, tentu akan berhubungan dengan manusia lainnya. Bagaimana bila ada pengaruh negatif dari lingkungan anak? Perlindungan orang tua terhadap kontaminasi luar haruslah dimulai sejak dalam kandungan. Misalnya dengan menjaga emosi, mengontrol gizi kandungan, dan ilmu yang dibaca oleh sang ibu.

Kemudian ketika anak mulai mempelajari sikap dan perilaku di sekitarnya, kita sebagai orang tua harus menunjukkan bagaimana perilaku yang baik. Dengan perlahan, mereka akan menjadikan orang tuanya sebagai role model. Segala yang kita lakukan akan dijadikan acuan oleh anak. Oleh karena itu pastikan sikap yang kita lakukan dan yang mereka tiru adalah perilaku yang baik. Dengan demikian mereka akan cukup terlindungi dari pengaruh negatif lingkungannya.

Lakukanlah tindakan “pembersihan” apabila ternyata pengaruh negatif itu tetap terbawa. Misalnya anak kita berkata-kata kasar di rumah sesudah pulang sekolah, lalu kita berikan penjelasan terkait apa yang mereka lakukan. Larang ia untuk mengulanginya lagi dan berikan penjelasan dengan lembut.
Orang Tua, Idola Anak

Anak umumnya menjadikan orang tua mereka sebagai idola dan akan ditiru ketika hendak melakukan sesuatu. Namun, bagaimana untuk seorang single parent?Apakah harus berusaha menggantikan peran yang lainnya? Agustina Djakfar menjelaskan bahwa ia tidak pernah mencoba mengganti peran ayah anak-anaknya. Ia tetap menjalankan sebagai seorang ibu bagi mereka, menjadi teman diskusi untuk berbagai topik sejak kecil, dan tidak lupa menguatkan peran ayah dengan menceritakan sosok atau karakter baik sang ayah dan menetralisir pandangan miring mereka. Jadi, ada kalanya mereka bangga akan sosok ibunya, sesekali mereka bangga akan sosok ayahnya.

Bagaimanapun juga, kekosongan salah satu sosok orang tua dalam keluarga, mesti diisi atau dilengkapi oleh yang lainnya. Bukan bermaksud menggantikan, tetapi mengkomunikasikan tentang pribadi ayah atau ibu agar terbentuk karakter orang tua di benak anak sebagai idola mereka.

Pun ketika seorang ibu terpaksa mengurus anak seorang diri karena suami bekerja jauh dari rumah, komunikasi ini sangat penting dibentuk. Anak akan tetap merasa dekat dengan ayah dan ibunya. Sang ayah tetap harus mengisi perannya dengan memberikan perhatian yang dikomunikasikan ke anak, misalnya sun atau peluk jauh anaknya. Perhatian kecil juga bias diberikan ayahnya dengan menanyakan kegiatan anak di sekolah, pelajaran yang didapatnya, atau aktifitas keseharian anak. Jangan coba ingin tahu aktifitas anak-anaknya melalui istrinya saja. Tanyakan langsung kepada mereka. Hal itu akan membuat ikatan ayah dan anak tetap erat dan hangat.

Kebutuhan Batin Anak

Perhatian dan komunikasi di jaman sekarang, tidak terbatas pada jarak. Jika memang terpaksa harus pergi jauh, orang tua tetap dapat memberikan perhatian kepada anaknya. Tidak lupa ketika kembali berjumpa dengan anak, berikan pelukan dan perhatian itu secara langsung. Kebutuhan anak akan perhatian orang tua mereka tidak akan pernah bias digantikan dengan hal lainnya. Misalnya orang tua memberikan mainan, atau uang jajan yang banyak.

Posisikan anak sebagai sosok yang mengerti setiap hal yang terjadi dan komunikasikan dengan Bahasa yang sesuai umur anak. Misalnya ketika mengkomunikasikan kepergian ayahnya untuk bekerja di tempat yang jauh, jelaskan dengan bahasa yang sederhana. Cukup bilang bahwa ayah pergi kerja jauh agar bias membelikan anaknya mobil atau hal-hal sederhana lain yang mereka mengerti.

Stay Hungry

Kehangatan, Perhatian, dan Komunikasi dari orang tua kepada anak mestilah dilakukan dengan penuh keikhlasan dari hati. Hal itu dilakukan dengan tetap menimba ilmu untuk membekali diri sebagai orang tua. Tidak ada kata cukup untuk mencari ilmu apalagi ilmu yang digunakan untuk mengasuh anak sendiri. Tetap cari ilmu dengan mengikuti pelatihan parenting, membaca buku, dan berdiskusi dengan orang tua lain agar membuka cakrawala lebih untuk menguatkan karakter kita sebagai orang tua.

Orang yang berilmu akan semakin rendah hati. Tidak pernah malu untuk belajar dari mana pun sumbernya. Tidak sombong dengan ilmu yang dimiliki, serta tidak sungkan berkata “tidak bisa”. Karena diri terus haus akan ilmu yang baru. Kita juga akan menjadi orang yang mampu menghargai setiap kritik dan saran dari orang lain.

Jangan Berharap Jadi Single Parent

Pertikaian dalam rumah tangga mungkin adalah hal yang biasa terjadi. Namun, jangan sampai hal itu membuat perceraian dan akhirnya terbentuklah pola pengasuhan dengan single parent. Sesungguhnya, tidak ada yang diuntungkan ketika keputusan bercerai dan menjadi single parent kecuali egoisme orang tua, ayah dan ibu, itu sendiri. Sedangkan anak adalah pihak yang sangat dirugikan secara psikologis. Suami istri harus mencari penyebab semua masalah yang terjadi dan bersama-sama mengatasinya dengan melibatkan pihak ketiga yang bisa membantu menyelesaikan masalah mereka. Keduanya harus meluruskan niat hidup bersama,mengakui dengan jujur banyak hal-hal apa saja yang belum dilakukan dan berusaha bersama-sama melakukannya dengan komitmen. Dan yang peling penting, menghilangkan ego masing-masing.

Jika kita memang berilmu dan berpikir matang, tidak pernah kita akan terbersit untuk menjadi seorang single parent. Menjadi singleparent harus menjadi pilihan akhir setelah segala upaya perdamaian telah dilakukan maksimal. Namun, jika kondisi tersebut harus terjadi, maka ilmu-ilmu yang kita pelajari sebelumnya akan sangat berguna. Menerapkan tiga konsep utama, Kehangatan, Perhatian, dan Komunikasi, dalam setiap prosesnya. Hal ini mau tak mau harus dilakukan dengan ikhlas seorang diri. Hasil yang luar biasa pasti akan muncul di kemudian hari. Agustin biasa menguatkan dirinya dengan memandang anak sebagai sebuah bentuk amanah dan titipan Allah kepadanya.

 

(30 Januari 2016, Diskusi FC#4)

Pemantik            :

Agustina Djakfar,54 th.
Domisili                :Pangkalpinang

Anak ke 7 dari 7 bersaudara

Alumnus Fakultas Hukum Parahyangan Bandung

Menikah selama 19 tahun, mempunyai anak 5 orang yaitu:

  1. Laila Qhistina (jaksa),menikah,punya dua orang anak
  2. Shally Pristine sedang S2 di London,Inggris
  3. Shabriwa Shalat,S1,pekerja di perusahaan IT di Penang,Malaysia
  4. Chaikal Amrullah S1 Geodesi ITB
  5. Isla Madina kelas 3 SMA.

Hobbi    : membaca dan memasak.

Kegiatan yang pernah diikuti :

  • Peserta terbaik Pelatihan PET (Parent Effective Training) yaitu metode didik efektif dan revolusioner tahun 1997
  • Ketua posyandu selama 5 tahun dan menjadi posyandu terbaik se-Kabupaten Bandung tahun 1992
  • Mengikuti berbagai seminar dan pelatihan tentang pendidikan keluarga dan anak di berbagai tempat sejak thn 1992 -2010
  • Ketua lembaga RIKSA yaitu suatu kegiatan yang berusaha mengembalikan hak anak pada fitrahnya khususnya anak jalanan.

Moderator          : Shendy Alberta Lamandau FIM 15

Notulis                 : M. Arif Rahman Hakim FIM 16