Long Distance Marriage (LDM)?

longdistance_isne TN_CommuterMarriage

Setiap pasangan suami istri tentu menginginkan keadaan yang ideal dalam menjalani hari-hari setelah menikah. Berproses bersama membangun keluarga dalam satu rumah, serta saling mendukung dan menyemangati tanpa terhalang oleh jarak dan waktu. Kebersamaan dengan keluarga adalah momen yang paling membahagiakan. Namun terkadang terkadang situasi dan kondisi membuat pasangan harus terpisah dan tidak tinggal dalam satu rumah. Misalnya saat suami atau istri harus melanjutkan studi ke luar negeri. Bagaimana mereka tetap mempertahankan quality time? Apa saja faktor terberat saat menjalani LDM? Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat menjalani LDM? Bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga saat menjalani LDM?Bagaimana pendidikan karakter untuk anak bagi pasangan LDM? Berikut akan dibahas satu per satu sesuai dengan diskusi yang telah dilaksanakan.

Pada dasarnya, dalam sebuah hubungan tidak ada aturan yang baku, seperti halnya dengan Long Distance Married (LDM) atau dapat disebut juga dengan commuter marriage. Hal ini karena setiap hubungan dipengaruhi individu dan keadaan individu yang terlibat di dalamnya. Hal yang utama dalam LDM adalah menjaga komunikasi untuk terus berjalan. Apalagi saat ini tekhnologi telah berkembang sehingga banyak social media seperti whatsapp, skype, viber, dan path dapat digunakan agar komunikasi tetap berjalan. Walau terpisah ruang dan waktu, terus berupaya menjaga komunikasi dengan segala sumber daya yang ada. Bertukar cerita keseharian hingga rencana masa depan keluarga kecil layaknya pasangan yang tinggal dalam satu atap. Komunikasi, kejujuran dan keterbukaan menjadi kunci penting dalam mempertahankan quality time dengan pasangan.

Adakah factor terberat dalam menjalani LDM? Semua faktor bisa dijadikan hal terberat dalam menjalani LDM. Tergantung situasi dan kondisi orang yang menjalaninya. Sejauh dia menjalani LDM, perasaan menjadi faktor utama yang harus dijaga dalam LDM. Walau mungkin tidak sama apple-to-apple. Pandangan mengenai pengalaman LDR dengan saudara atau orang tua yang dapat menjadi modal dalam menjalani LDM dengan pasangan, ternyata berbeda. Walaupun memiliki poinnya sama, yaitu hubungan jarak jauh. Namun, kembali lagi ke individu yang terlibat di dalamnya. Seringkali rasa kangen dan ingin ditemani pasangan muncul, bila sudah seperti itu maka mencari kesibukan sebagai solusinya  agar tidak larut dalam perasaan seperti dari bersih-bersih rumah, mengerjakan tesis, atau bersilaturahim dengan kerabat. Jika masih saja rindu, maka memilih untuk menikmati rasa itu, karena rasa juga merupakan nikmat dari Tuhan.

Percayalah Tuhan sudah menyiapkan skenario terbaik untuk setiap hambaNya. Berbaiksangkalah kepadaNYA menjadi senjata dalam menjalani segala skenarioNya, termasuk saat LDM dengan pasangan. Untuk menjalani ujian terberat, bersabar menjadi jawabannya. Ketika membutuhkan suami untuk bersandar namun tidak bisa, atau saat sedang kangen-kangennya dan ingin menghabiskan waktu berbincang lebih lama, namun suami berada di tempat yang jauh. Cara lain yang dapat dilakukan bagi muslim adalah membaca ayat AlQur’an. Dengan membaca Al Qur’an hati menjadi lebih tenang. Cara ini lebih terjamin keberhasilannya.

Beberapa hal penting yang bisa dishare untuk pasangan yang akan dan sudah menjalani LDM, diantaranya:

  1. Pilihan karir dan masa depan yang harus jelas diawal

Pilihan karir dan masa depan yang jelas dapat memudahkan istri maupun suami untuk memahami pilihan masing-masing dan konsekuensinya. Buat yang jadi bapak, anaknya diurus dari sejak lahir. Jadi meskipun jauh anaknya masih dapat mengenali. Suka nangis apabila tidak ditelpon.

  1. Konsekuensi finansial

Konsekuensi finansial ini dilihat dari sudut pandang laki-laki. Nafkah itu wajib, jangan mendahulukan diri sendiri ketika jauh. Segala kebutuhan keluarga harus terpenuhi dengan semaksimal mungkin.

  1. Komunikasi

Saat jauh, segalanya harus selesai via lisan dan tulisan. Harus bisa sabar dan menahan diri.Saling menyadari bahwa setiap pasangan saling mengandalkan satu sama lain. Soal ketenangan hati, tetap bisa diraih saat jauh. Selain itu, ingat tujuan besar suami atau istri ke luar negeri dan pahala besar saat bersabar karena Tuhan.

Keharmonisan rumah tangga saat LDM dapat dicapai apabila setiap pasangan bersyukur, bersabar dan menjaga komunikasi. Membayangkandi luar sana masih banyak pasangan LDM yang tidak dapat berkomunikasi setiap hari. Misalnya suami teman ada yang berprofesi sebagai pelaut. Oleh karena itu, apapun yang dihadapi harus bersyukur. Untuk menjaga hubungan dengan anak, diusahakan sebelum berangkat ke luar negeri banyak menghabiskan waktu bersama anak. Selalu menghabiskan waktu pagi dan jalan-jalan bersama anak. Selain itu, sebelum tidur anak digendong dulu. Intinya menghabiskan waktu bersama.

Lantas bagaimana cara meyakinkan hati ketika tahu konsekuensi suami sering berpindah tugas? Apakah ketika setelah menikah LDM memiliki limit waktu yang jelas? Misalnya suami sudah menjadi karyawan tetap, sementara istri menjadi PNS, apakah istri harus merelakan pekerjaannya untuk ikut suami atau suami yang mengalah mencari pekerjaan baru di domisili yang sama dengan istri?Terkait limit dalam hal pindah tugas kembali ke pekerjaan dan individu masing-masing. Bagaimana situasi pindah tugas kantor (frekuensinya, lamanya) dan bagaimana situasi finansialnya terutama bagaimana rencana masa depan. Karena setiap pasangan memiliki paradigma dan rencana masing-masing. Kembali meyakinkan hati bahwa niat kita bekerja, belajar, maupun menikah karena Tuhan. Berbaik sangkalah KepadaNYA. Selain itu bisa juga mengajak pasangan berdiskusi, sampaikan hal-hal yang dikhawatirkan, rencana-rencana untuk masa depan. Setelah menikah, porsi ‘aku’ dalam hubungan semakin hari semakin mengecil, diganti dengan ‘kami’. Pada akhirnya kesepakatan masing-masing. Tergantung tujuan kerjanya apa. Bagi yang muslim kewajiban nafkah ada di suami.

Berbeda pula dengan pasangan yang menjalani LDM ketika sudah memiliki anak. Bagaimana melakukan pendidikan karakter kepada anak? Pendidikan karakter tetap bisa berjalan karena keluarga adalah pendidikan yang pertama dan pendidikan paling efektif membentuk karakter. Tidak masalah ketika salah satu berada di tempat yang cukup jauh. Misalnya ayah bekerja di luar kota, maka peran ibu akan sangat berpengaruh. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sosok ayah dan ibu sangat menentukan perkembangan anak sampai dewasa. Selain itu, komunikasi dan selalu percaya dengan pasangan. Alangkah baiknya jika pasangan update perkembangan anak. Diskusi juga terkait dengan anak ingin dibelikan apa, diajari apa.

Apakah benar jika anak-anak yang pola pengasuhannya alam dengan baby sitter atau dengan pembantu akan meniru perilakunya?Asalkan perilaku baby sitter atau pembantu baik baik saja, tidak masalah.Namun dengan caratan, ada hal yang harus dipenuhi seorang anak ketika memasuki usia awal dan usia lanjut.

  1. Untuk usia awal adalah tentang kebutuhan dasarnya. Pemenuhan kebutuhan dasar anak sebagai proses pengenalan dan pendekatan anak dengan orang tua. Maka Allah mencipatakan cairan omnion yang baunya sama dengan puting ibu, sehingga sejak bayi pun anak tidak salah ibu. Jadi anak juga bisa merasakan kalau dirinya sedang ditinggalkan.
  2. Usia lanjut adalah kemampuan mengembangkan literasi yang menstimulasi fungsi kognitif dari anak tersebut. Kemampuan literasi ini yang jarang dilatih oleh baby sitter atau pembantu.Kemampuan literasi adalah kemampuan membaca dan menulis untuk meningkatkan fungsi kognitifnya. Selepas pulang bekerja atau bepergian sempatkan malam hari membacakan dongeng untuk meningkatkan minat baca dan pada saat pagi hari diajarkan menggambar dan menulis.

Buat para orang tua yang sibuk setidaknya mengajarkan:

  • Usia 2-4 tahun
  • Belajar menarik garis dari satu titik ke titik lainnya
  • Belajar membuat lingkaran
  • Belaja mewarnai
  • Membacakan dongeng
  • Usia 4-5 tahun
  • Mulai pengenalan huruf dan angka
  • Mendongeng dengan mulai memperhatikan bagian judul, pengarang, dan gambar khasnya untuk meningkatkan minat baca
  • Belajar merangkai kata

Cara lain untuk menyiasati agar anak tidak mengikuti perilaku kurang baik dari lingkungannya adalah dengan menemani anak sebelum tidur dan mendorongnya untuk bercerita mengenai kesehariannya. Saat anak bercerita, orang tua bisa merespon cerita tersebut dan memasukkan nilai-nilai Islam, kemudian memancing si anak untuk menilai kesehariannya berdasar nilai Islam, mana yang baik, mana yang kurang baik. Kegiatan ini bisa menjadi “filter”. Selain itu, media seperti web Indonesia bertutur dan dongeng tv juga bagus untuk mengajarkan pendidikan karakter.

Niat serta pondasi kuat bahwa menikah adalah ibadah, keyakinan, kepercayaan, menjaga komunikasi, serta memahami segala konsekuensi dapat menjaga kedekatan dengan pasangan dan anak saat LDM. Pada akhirnya menikah adalah komitmen. Komitmen bukan hanya antara suami dan istri tetapi juga kepada Tuhan. Komitmen atas sunnah dan segala hal yang berkaitan dengannya. Maka segala tantangan kembali ke prinsip itu. Bahwa akhirnya semua akan bermuara karena Tuhan Sang Pemilik Cinta. Maka kita akan lebih mampu menghadapi kehidupan yang memang bukan tempatnya istirahat.

(13 Januari 2014, Diskusi FC#4)

Pemantik            :

             – Riesni Fitriani (Alumni FIM 7, Mahasiswa S2 PPM Management)

            – Sulaiman Sujono (Alumni FIM 7, Mahasiswa S2 Cranfield University International Defence and Security)

Moderator          : Mega Tala FIM 11

Notulis                 : Desi Martika Vitasari FIM 12

Tinggalkan komentar