Long Distance Marriage (LDM)?

longdistance_isne TN_CommuterMarriage

Setiap pasangan suami istri tentu menginginkan keadaan yang ideal dalam menjalani hari-hari setelah menikah. Berproses bersama membangun keluarga dalam satu rumah, serta saling mendukung dan menyemangati tanpa terhalang oleh jarak dan waktu. Kebersamaan dengan keluarga adalah momen yang paling membahagiakan. Namun terkadang terkadang situasi dan kondisi membuat pasangan harus terpisah dan tidak tinggal dalam satu rumah. Misalnya saat suami atau istri harus melanjutkan studi ke luar negeri. Bagaimana mereka tetap mempertahankan quality time? Apa saja faktor terberat saat menjalani LDM? Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat menjalani LDM? Bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga saat menjalani LDM?Bagaimana pendidikan karakter untuk anak bagi pasangan LDM? Berikut akan dibahas satu per satu sesuai dengan diskusi yang telah dilaksanakan.

Pada dasarnya, dalam sebuah hubungan tidak ada aturan yang baku, seperti halnya dengan Long Distance Married (LDM) atau dapat disebut juga dengan commuter marriage. Hal ini karena setiap hubungan dipengaruhi individu dan keadaan individu yang terlibat di dalamnya. Hal yang utama dalam LDM adalah menjaga komunikasi untuk terus berjalan. Apalagi saat ini tekhnologi telah berkembang sehingga banyak social media seperti whatsapp, skype, viber, dan path dapat digunakan agar komunikasi tetap berjalan. Walau terpisah ruang dan waktu, terus berupaya menjaga komunikasi dengan segala sumber daya yang ada. Bertukar cerita keseharian hingga rencana masa depan keluarga kecil layaknya pasangan yang tinggal dalam satu atap. Komunikasi, kejujuran dan keterbukaan menjadi kunci penting dalam mempertahankan quality time dengan pasangan.

Adakah factor terberat dalam menjalani LDM? Semua faktor bisa dijadikan hal terberat dalam menjalani LDM. Tergantung situasi dan kondisi orang yang menjalaninya. Sejauh dia menjalani LDM, perasaan menjadi faktor utama yang harus dijaga dalam LDM. Walau mungkin tidak sama apple-to-apple. Pandangan mengenai pengalaman LDR dengan saudara atau orang tua yang dapat menjadi modal dalam menjalani LDM dengan pasangan, ternyata berbeda. Walaupun memiliki poinnya sama, yaitu hubungan jarak jauh. Namun, kembali lagi ke individu yang terlibat di dalamnya. Seringkali rasa kangen dan ingin ditemani pasangan muncul, bila sudah seperti itu maka mencari kesibukan sebagai solusinya  agar tidak larut dalam perasaan seperti dari bersih-bersih rumah, mengerjakan tesis, atau bersilaturahim dengan kerabat. Jika masih saja rindu, maka memilih untuk menikmati rasa itu, karena rasa juga merupakan nikmat dari Tuhan.

Percayalah Tuhan sudah menyiapkan skenario terbaik untuk setiap hambaNya. Berbaiksangkalah kepadaNYA menjadi senjata dalam menjalani segala skenarioNya, termasuk saat LDM dengan pasangan. Untuk menjalani ujian terberat, bersabar menjadi jawabannya. Ketika membutuhkan suami untuk bersandar namun tidak bisa, atau saat sedang kangen-kangennya dan ingin menghabiskan waktu berbincang lebih lama, namun suami berada di tempat yang jauh. Cara lain yang dapat dilakukan bagi muslim adalah membaca ayat AlQur’an. Dengan membaca Al Qur’an hati menjadi lebih tenang. Cara ini lebih terjamin keberhasilannya.

Beberapa hal penting yang bisa dishare untuk pasangan yang akan dan sudah menjalani LDM, diantaranya:

  1. Pilihan karir dan masa depan yang harus jelas diawal

Pilihan karir dan masa depan yang jelas dapat memudahkan istri maupun suami untuk memahami pilihan masing-masing dan konsekuensinya. Buat yang jadi bapak, anaknya diurus dari sejak lahir. Jadi meskipun jauh anaknya masih dapat mengenali. Suka nangis apabila tidak ditelpon.

  1. Konsekuensi finansial

Konsekuensi finansial ini dilihat dari sudut pandang laki-laki. Nafkah itu wajib, jangan mendahulukan diri sendiri ketika jauh. Segala kebutuhan keluarga harus terpenuhi dengan semaksimal mungkin.

  1. Komunikasi

Saat jauh, segalanya harus selesai via lisan dan tulisan. Harus bisa sabar dan menahan diri.Saling menyadari bahwa setiap pasangan saling mengandalkan satu sama lain. Soal ketenangan hati, tetap bisa diraih saat jauh. Selain itu, ingat tujuan besar suami atau istri ke luar negeri dan pahala besar saat bersabar karena Tuhan.

Keharmonisan rumah tangga saat LDM dapat dicapai apabila setiap pasangan bersyukur, bersabar dan menjaga komunikasi. Membayangkandi luar sana masih banyak pasangan LDM yang tidak dapat berkomunikasi setiap hari. Misalnya suami teman ada yang berprofesi sebagai pelaut. Oleh karena itu, apapun yang dihadapi harus bersyukur. Untuk menjaga hubungan dengan anak, diusahakan sebelum berangkat ke luar negeri banyak menghabiskan waktu bersama anak. Selalu menghabiskan waktu pagi dan jalan-jalan bersama anak. Selain itu, sebelum tidur anak digendong dulu. Intinya menghabiskan waktu bersama.

Lantas bagaimana cara meyakinkan hati ketika tahu konsekuensi suami sering berpindah tugas? Apakah ketika setelah menikah LDM memiliki limit waktu yang jelas? Misalnya suami sudah menjadi karyawan tetap, sementara istri menjadi PNS, apakah istri harus merelakan pekerjaannya untuk ikut suami atau suami yang mengalah mencari pekerjaan baru di domisili yang sama dengan istri?Terkait limit dalam hal pindah tugas kembali ke pekerjaan dan individu masing-masing. Bagaimana situasi pindah tugas kantor (frekuensinya, lamanya) dan bagaimana situasi finansialnya terutama bagaimana rencana masa depan. Karena setiap pasangan memiliki paradigma dan rencana masing-masing. Kembali meyakinkan hati bahwa niat kita bekerja, belajar, maupun menikah karena Tuhan. Berbaik sangkalah KepadaNYA. Selain itu bisa juga mengajak pasangan berdiskusi, sampaikan hal-hal yang dikhawatirkan, rencana-rencana untuk masa depan. Setelah menikah, porsi ‘aku’ dalam hubungan semakin hari semakin mengecil, diganti dengan ‘kami’. Pada akhirnya kesepakatan masing-masing. Tergantung tujuan kerjanya apa. Bagi yang muslim kewajiban nafkah ada di suami.

Berbeda pula dengan pasangan yang menjalani LDM ketika sudah memiliki anak. Bagaimana melakukan pendidikan karakter kepada anak? Pendidikan karakter tetap bisa berjalan karena keluarga adalah pendidikan yang pertama dan pendidikan paling efektif membentuk karakter. Tidak masalah ketika salah satu berada di tempat yang cukup jauh. Misalnya ayah bekerja di luar kota, maka peran ibu akan sangat berpengaruh. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sosok ayah dan ibu sangat menentukan perkembangan anak sampai dewasa. Selain itu, komunikasi dan selalu percaya dengan pasangan. Alangkah baiknya jika pasangan update perkembangan anak. Diskusi juga terkait dengan anak ingin dibelikan apa, diajari apa.

Apakah benar jika anak-anak yang pola pengasuhannya alam dengan baby sitter atau dengan pembantu akan meniru perilakunya?Asalkan perilaku baby sitter atau pembantu baik baik saja, tidak masalah.Namun dengan caratan, ada hal yang harus dipenuhi seorang anak ketika memasuki usia awal dan usia lanjut.

  1. Untuk usia awal adalah tentang kebutuhan dasarnya. Pemenuhan kebutuhan dasar anak sebagai proses pengenalan dan pendekatan anak dengan orang tua. Maka Allah mencipatakan cairan omnion yang baunya sama dengan puting ibu, sehingga sejak bayi pun anak tidak salah ibu. Jadi anak juga bisa merasakan kalau dirinya sedang ditinggalkan.
  2. Usia lanjut adalah kemampuan mengembangkan literasi yang menstimulasi fungsi kognitif dari anak tersebut. Kemampuan literasi ini yang jarang dilatih oleh baby sitter atau pembantu.Kemampuan literasi adalah kemampuan membaca dan menulis untuk meningkatkan fungsi kognitifnya. Selepas pulang bekerja atau bepergian sempatkan malam hari membacakan dongeng untuk meningkatkan minat baca dan pada saat pagi hari diajarkan menggambar dan menulis.

Buat para orang tua yang sibuk setidaknya mengajarkan:

  • Usia 2-4 tahun
  • Belajar menarik garis dari satu titik ke titik lainnya
  • Belajar membuat lingkaran
  • Belaja mewarnai
  • Membacakan dongeng
  • Usia 4-5 tahun
  • Mulai pengenalan huruf dan angka
  • Mendongeng dengan mulai memperhatikan bagian judul, pengarang, dan gambar khasnya untuk meningkatkan minat baca
  • Belajar merangkai kata

Cara lain untuk menyiasati agar anak tidak mengikuti perilaku kurang baik dari lingkungannya adalah dengan menemani anak sebelum tidur dan mendorongnya untuk bercerita mengenai kesehariannya. Saat anak bercerita, orang tua bisa merespon cerita tersebut dan memasukkan nilai-nilai Islam, kemudian memancing si anak untuk menilai kesehariannya berdasar nilai Islam, mana yang baik, mana yang kurang baik. Kegiatan ini bisa menjadi “filter”. Selain itu, media seperti web Indonesia bertutur dan dongeng tv juga bagus untuk mengajarkan pendidikan karakter.

Niat serta pondasi kuat bahwa menikah adalah ibadah, keyakinan, kepercayaan, menjaga komunikasi, serta memahami segala konsekuensi dapat menjaga kedekatan dengan pasangan dan anak saat LDM. Pada akhirnya menikah adalah komitmen. Komitmen bukan hanya antara suami dan istri tetapi juga kepada Tuhan. Komitmen atas sunnah dan segala hal yang berkaitan dengannya. Maka segala tantangan kembali ke prinsip itu. Bahwa akhirnya semua akan bermuara karena Tuhan Sang Pemilik Cinta. Maka kita akan lebih mampu menghadapi kehidupan yang memang bukan tempatnya istirahat.

(13 Januari 2014, Diskusi FC#4)

Pemantik            :

             – Riesni Fitriani (Alumni FIM 7, Mahasiswa S2 PPM Management)

            – Sulaiman Sujono (Alumni FIM 7, Mahasiswa S2 Cranfield University International Defence and Security)

Moderator          : Mega Tala FIM 11

Notulis                 : Desi Martika Vitasari FIM 12

Ketika Buah Hati Tak Kunjung Datang

images cara-agar-cepat-punya-anak

Salah satu cita-cita dalam keluarga pastilah meneruskan keturunan dengan lahirnya buah hati tercinta dalam keluarga. Memiliki anak adalah sebuah anugerah, namun bagaimana jika anugerah yang ditunggu-tunggu tersebut belum kunjung datang?. Banyak hal yang menyebabkan pasangan belum atau sulit mendapatkan keturunan. Penelitian membuktikan bahwa walaupun faktor biologis adalah penyebab utama dari masalah ini, faktor psikologis seperti stres menempati urutan kedua sebagai faktor penyebab.

Bagaimana menanggulangi aspek psikologis yang berpotensi menyebabkan kesulitan dalam mendapatkan keturunan? Tentu saja tidak semudah mengatakan, “Tenang saja, tidak perlu kebanyakan stres. Nanti juga dikasih kok”. Di satu sisi ada langkah untuk menguatkan hati, dan tentu Ada ikhtiar yang tetap bisa dijalani. Apa saja itu?

Aspek Biologis

Usia aman bagi seorang wanita untuk hamil adalah antara 20 sampai dengan sebelum 35 tahun. Semakin bertambah usia wanita, semakin turun kesuburannya. Jika pasangan sudah menikah selama 1 tahun, tinggal satu rumah (hubungan suami istri normal), tanpa alat kontrasepsi, hubungan suami istri dalam batas normal dan masih belum hamil, maka dapat dikatakan pasangan subfertil ( dulu istilahnya infertilitas).

Jika sdh didiagnosis subfertil, dokter akan menganalis kemungkinan penyebabnya. Pertama yang dilihat tentu sperma dan ovum (telur) ada atau tidak. Jika ada hubungannya, apakah sudah di waktu yang tepat atau tidak. Jika sudah di waktu yang tepat, apakah ada sesuatu yang menghalangi pertemuan mereka atau tidak. Maksudnya pertemuan sperma dan ovum. Karena sperma akan keluar di vagina dan harus berenang menemui ovum di fimbrae saluran telur. Penyebab terbanyak ( secara biologis) penyebab subfertil adalah sumbatan di saluran telur.

Ada beberapa tahapan dalam mencari kenapa masih belum hamil. Tahapannya dapat berupa mengecek sprema atau ovum itu sehat. Pengecekkan sperma atau ovum dengan periksa ke spog untuk cek laborat. Namun, pemeriksaan-pemeriksaan lab itu biayanya cukup mahal jadi biasanya dianjurkan jika memang sudah betul-betul diperlukan. Cara mudahnya untuk perempuan jika haid setiap bulan( usia reproduksi) umumnya telur ada dan untuk laki-laki caranya dengan analisa sperma di lab.

Selain itu merencanakan kehamilan ada tips berhubungan terkait kapannya. Seperti yang kita ketahui, sperma itu bertahan di dalam rahim kurang lebih 7 hari, tapi telur 12-24 jam. Jadi pertimbangkan juga saat masa masa ovulasi. Sebelum mengetahui masa subur memang harus mengetahui dulu siklus haidnya.

Tahapan lainnya yaitu dengan suplemen atau obat subur. Walau suplemen boleh dibeli tanpa resep dokter, namun untuk penyubur harus dikonsultasikan dulu dengan dokter karena ada cara-cara penggunaannya harus atas pertimbangan dokter yaitu apakah penyubur itu perlu atau tidak, nanti dokter yang pertimbangkan. Penyubur itu ibaratnya pupuk. Jika sudah subur, maka tidak perlu lagi dikasih nanti bisa tdk berguna atau malah menimbulkan masalah lain. Jadi misal ada orang lain yang diberi resep obat subur dari dokternya, kita tidak boleh konsumsi tanpa konsultasi dengan dokter.

Mengenai Keputihan

Apakah keputihan juga dapat menyebabkan kendala blm dapat hamil? keputihan( infeksi) dapat menjadi kendala sulitnya hamil. keputihan Normal: bening, tidak bau, tidak gatal sedangkan keputihan tidak normal: berwarna dari putih-keruh-kuning-hijau, bau, menimbulkan gatal. Ibu hamil pun mengalami keputihan. Keputihan pada ibu hamil lebih banyak itu wajar, karena pengaruh faktor hormon sama pengaruh jalur perdarahan yang meningkat pada genital wanita selama hamil, untuk mempersiapkan persalinan. Yang perlu digarisbawahi coba cermati tanda tanda berikut: Jika keputihan tersebut karena infeksi jamur, rata rata muncul cairan putih kekuningan, banyak membuat gatal. Bahaya itu kalo keputihan yang sifatnya berwarna dan berbau. Jika bakteri, baunya amis dan bisa membuat nyeri juga. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi mikroba bisa menyebabkan pecah ketuban dini.

Keguguran dan Kuretase

Apakah keguguran dan kuret mempengaruhi kehamilan dan kandungan. Keguguran tidak mempengaruhi apakah seseorang bisa hamil lagi atau tidak. Begitu pula dengan tindakan kuret. Kuretase bisa saja mempengaruhi kondisi rahim, misalnya terjadi perlengketan antar dinding rahim, tanda mudahnya setelah kuretase tidak pernah haid lagi. Karena kuretase mengakibatkan terjadinya Perlengketan dinding dalam rahim bukan karena faktor biologis, melainkan karena tindakan kuretasenya. Tetapi  ini sangat jarang terjadi.

Lalu apa tips pola hidup sehat dan nutrisi yang menunjang untuk program hamil?  tipsnya sangat sedrhanan yaitu makan yang baik, sehat, bergizi, tidur cukup, hindari stres dan bersabar. Mengusahakan kehadiran buah hati dapat dilakukan dengan terus menjaga pola hidup sehat, menghindari stres, serta boleh mengonsumsi suplemen atau obat untuk kesuburan dengan sebelumnya di konsultasikan pada dokter.

Aspek Psikologis

Aspek psikologis memang mempengaruhi potensi untuk memiliki si buah hati. Seperti stres . Terlalu capek bekerja, dan banyak faktor lainnya. Saran dokter pun harus mengurangi faktor penyebab stres serta mengurangi aktifitas yang dapat menyebabkan fisik menjadi lelah. Intinya kegitan-kegiatan yang memunculkan stres harus dikurangi atau diminimalisir.

jika sudah bicara masalah stres di seputar kehamilan, ini ibaratnya lingkaran setan. 1-3 bulan nikah belum hamil, pasutri mungkin sudah mulai was-was (terutama istri). Belum lagi pertanyaan atau komentar “kapan mau punya anak?” atau “sudah isi belum?” yang dilontarkan dari teman, saudara, orang tua, dan mertua. Berusaha menenangkan diri, eh, di medsos sudah mulai banyak yang upload foto bayi-bayinya.

Apabila dukungan sosial yang kurang, bisa menyebabkan pasangan mengalami stres yang cukup tinggi. Efeknya bisa sampai membuat orang mulai sakit-sakitan (karena stres), bahkan sampai depresi dan memang dibandingkan suami, istri cenderung lebih rentan terhadap stres ini. Hal ini karena insting nurturance pada perempuan BIASANYA lebih tinggi dari laki-laki, sehingga tidak adanya anak sering kali membuat istri merasa “kosong”.

Bagaimana cara untuk menghadapi kondisi lingkungan seperti yang dipaparkan sebelumnya? Bagaimana caranya menenangkan diri dalam masa penantian ini? Pertama, sah-sah saja untuk sementara unfollow (bukan unfriend ya) teman-teman yang terlalu sering posting tentang baby-nya Dan boleh-boleh aja untuk sementara menolak untuk datang ke acara 7 bulanan atau baby shower atau semacamnya karena biasanya di acara2 ini cenderung lebih banyak yg nanya “kapan punya momongan?” (seperti para jomblo yang lebih sering ditanya “kapan nyusul?” di acara kawinan ).                 Kedua, coba cari aktivitas lain yang tidak melibatkan lingkaran orang-orang yang sering bertanya. Misal pingin lebih sering travelling sama suami (mumpung belum ada momongan, hitung-hitung bulan madu ke-2, ke-3, dst), karena sering kali perubahan suasana bisa membuat pasutri lebih rileks. Make love for the sake of love itself, bukan karena dikejar target harus punya momongan. Bisa-bisa malah merasa jadi beban dan yang ada jadi kontraproduktif. Lakukan hobi dan kegiatan yang menyenangkan. Jadikan kehamilan sebagai bonus dari hubungan suami istri, bukan target. Lakukan hobi dan kegiatan yang menyenangkan. Memang lebih mudah untuk diucapkan daripada dilakukan, tetapi tidak mudah bukan berarti tidak mungkin. sekali lagi yang harus diingat adalah hak Tuhan untuk memberi momongan/tidak, kapan akan diberi.  Mau sesubur apa pun kita, jika Tuhan bilang belum saatnya ya belum saatnya.

 

Adakah Pengaruh dari lamanya menunggu momongan dengan pola asuh?

                 Lamanya menunggu momongan tidak harus berarti berpengaruh ke pola asuh. Itu kembali ke orangnya masing-masing. Tapi memang kecenderungan orang tua yang lama dikasih momongan itu biasanya jadi lebih protektif ke anak (sama dengan anak tunggal), memanjakan, atau malah bisa kebalikan, jadi sangat strict sama anak karena banyak harapan yang ditumpukan ke anak. orang tua (tidak hanya yang lama nunggu baru dapat momongan), harus sering-sering introspeksi, bahwa anak itu bisa saja mirip dengan orang tua, tapi bisa juga berbeda. Setiap individu itu unik dan punya aspirasi masing-masing. Jadi kita harus belajar untuk menyesuaikan pola asuh dengan kepribadian dan kemampuan anak.

alangkah baiknya kalau kita bisa menyiapkan buah hati untuk bisa menyelamatkan dirinya sendiri saat kita tidak ada, karena sebagai ortu secara normatif kita akan pergi meninggalkan anak kita terlebih dahulu untuk menghadap Tuhan. Nah kita harus bisa menyiapkan anak agar bisa mandiri dan tetap aman walaupun kita sudah ngga ada. jangan jadi takut punya anak ya.

Ada lagi kasus yang anaknya jadi benci banget sama ortu karena terlalu banyak harapan ortu ke anak (karena ini anak sudah sangat lama ditunggu), sedangkan anaknya punya kemampuan, minat dan kepribadian yang sangat berbeda dengan ortu. Jika lingkungannya oke, anak bisa jadi kreatif dalam menunjukkan “pemberontakannya” dan berprestasi di bidang yang dia kuasai (walaupun ya hubungan dengan ortu tetap jelek), tetapi jika lingkungannya kurang bagus, anak menunjukkan “pemberontakannya” dengan pakai napza, dll.

kasus anak yang kreatif, untungnya ortu akhirnya memahami aspirasi anak dan mulai mendukung keinginan anak. semua kembali ke ortu sih. Yang jelas memang sekarang anak ngga bisa terlalu dikekang tapi tetap harus dibatasi dengan pemahaman agama yang baik. Jangan hanya sekedar ritual atau dogmatis, tapi benar-benar diajarkan konsep aqidah dan akhlak (yang terakhir sering sekali kelupaan nih sekarang ini).

(24 Januari 2015, Diskusi FC#4)

Pemantik:

  1. Zulvayanti, dr. SpOG-K, MKes. (Staf departemen obstetri & Ginekologi RSHS)
  2. Nurul Adiningtyas (Staf Pengajar Fakultas Psikologi Univ. Mercu Buana, Psikolog di P2TP2A DKI Jakarta & RSPP)
  3. Ranggi Nivianti (Mahasiswa profesi apoteker).

Moderator: Ragwan Al AydrusFIM 14 C

 Notulis: Zuhay R Zaffan FIM 15

Pentingkah Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi Pra-Nikah?

unduhan

Menikah tidak hanya membutuhkan persiapan metal, tetapi kondisi fisik juga perlu mendapat perhatian. Selain menjaga kebugaran menjelang hari-H, ternyata ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan oleh para calon suami dan istri. Apa saja pemeriksaan yang dimaksud? Apa fungsi pemeriksaan kesehatan reproduksi pra-nikah? Kapan waktu yang tepat dalam pemeriksaan keseharan reproduksi? Apa saja jenis pemeriksaan yang dilakukan serta biaya yang dibutuhkan? Dari segi psikologi, apakah manfaat pemeriksan kesehatan reproduksi pra-nikah?

 

Berdasarkan definisi Departemen Kesehatan, kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat menyeluruh, serta fungsi reproduksi yang normal. Jadi seseorang dengan reproduksi yg sehat, bukan hanya kondisi bebas penyakit, tetapi juga kehidupan seksual yang menyenangkan. Jika dilihat dari persiapan pernikahan, maka pemeriksaan kesehatan reproduksi (kespro) hanya sebagian dari yang dibutuhkan untuk mempersiapkan suatu pernikahan yang “sehat”.

Pernikahan bukan hanya mempersatukuan dua hati yang memiliki perasaan dan tujuan hidup yang sama, namun umumnya juga bertujuan untuk menghasilkan keturunan sebagai pewaris pasangan. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum pernikahan lebih ditujukan untuk persiapan menghasilkan keturunan yang sehat sejahtera. Selain itu pemeriksaan kespro juga berfungsi untuk menciptakan hubungan pernikahan yang aman, artinya bebas dari infeksi yang mungkin dibawa oleh salah satu atau kedua pasangan, dan menjaga kerhamonisan rumah tangga yang akan dibina kelak.

Dalam tinjauan medis, aspek-aspek yang perlu diperhatikan terkait kesehatan reproduksi, antara lain:

  1. Genetik (kondisi bawaan). Apakah calon pasutri memiliki potensi genetik penyakit tertentu misalkan diabetes melitus, thalasemia minor/mayor, hemofilia, asma, risiko keganasan dalam keluarga?
  2. Resiko penyakit seksual menular. Misal faktor pekerjaan, pola hubungan seksual, dll.
  3. Kondisi medis saat ini. Sakit yang dialami, obat-obatan yang dikonsumsi, obesitas, dll.
  4. Status imunologis. Riwayat imunisasi.
  5. Usia pasutri. Kesiapan memiliki keturunan.
  6. Kebiasaan. Rokok, alkohol, dll.

Mengapa pemeriksaan kesehatan sebelum pernikahan perlu?

Beberapa alasan perlunya pemeriksaan kespro sebelum pernikahan adalah:

  1. Untuk mengurangi kemungkinan kelaianan bawaan seperti thalasemia, diabetes mellitus type 1.
  2. Mengurangi atau mencegah penyakit yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual misalnya HIV, hepatitis B, STDs.
  3. Mengurangi atau mencegah penyakit yang bisa ditularkan atau mempengaruhi janin yg dapat menyebabkan, keguguran, kecacatan, retardasi mental, atau kematian janin.
  4. Mengatasi keresahan jika ada kemungkinan muncul penyakit bawaan tertentu, khususnya yang menikah dengan keluarga dekat.
  5. Mengurangi beban psikologis dan finansial keluarga melalui penanganan dan konseling yang tepat.

Kapan waktu yang tepat dalam pemeriksaan keseharan reproduksi? Apa saja jenis pemeriksaan yang dilakukan?

Pemeriksaan kesehatan reproduksi sebaiknya dilakukan sebelum melaksanakan pernikahan. Setidaknya dalam satu bulan sebelum pernikahan, pemeriksaan telah selesai dilakukan. Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan menjelang persiapan pernikahan adalah:

  1. Riwayat kesehatan dan keluarga calon pasutri, terutama yang diketahui memiliki penyakit bawaan tertentu (penyakit genetik).
  2. Pemeriksaan darah sesuai dengan yg dibutuhkan (berdasarkan riwayat kesehatan)
  3. Rujukan ke spesialis jika dibutuhkan
  4. Riwayat vaksinasi terutama MMR (mumps, measle, rubella) dan hepatitis B
  5. Skrining penyakit genetik
  6. Pemeriksaa thalasemia
  7. Pemeriksaan kelainan hb atau kelainan darah lainnya
  8. Pemeriksaan golongan darah/resus
  9. Skrining penyakit metabolik
  10. Gula darah untuk skrining Diabetes mellitus
  11. Kolestrol untuk skrining hiperkolestrolemia
  12. Tyroid untuk skirining hiper atau hypotiroid
  13. Skrining penyakit infeksi
  14. HIV (yg berisiko tinggi)
  15. STD (yg berisiko tinggi)
  16. Hepatitis B (disarankan)
  17. Skrining penyakit keganasan
  18. Pap smear pd wanita yg sudah menikah
  19. USG payudara
  20. Skrining penyakit jiwa (depresi, anxietas/cemas, gangguan emosional, prilaku)
  21. Skrining infertilitas (lebih disarankan setelah 5 tahun menikah)

Pemeriksaan kespro dapat dilakukan di Rumah Sakit oleh dokter umum, atau dokter SpOG, atau ke klinik fertilitas, atau dapat juga melakukan pemeriksaan langsung ke laboratorium. Akan tetapi pemeriksaan kespro ini tidak memiliki patokan yang baku, karena harus disesuaikan dengan kondisi atau riwayat medis dari calon pasangan suami istri.

Selain melakukan rangkaian pemeriksaan secara medis, ada beberapa langkah pencegahan sebagai bentuk antisipasi terhadap gangguan kesehatan reproduksi yang dapat dilakukan untuk persiapan pernikahan. Pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya:

  1. Mengonsumsi asam folat

Asam folat dapat dikonsumsi dengan dosis 400mcg sebulan sebelum menikah hingga hamil trimester pertama. Asam folat dapat dibeli tanpa resep dokter, ada beberap ahli yang menyatakan bahwa selama konsumsi makanan seseorang baik, maka tidak perlu menkonsumsi asam folat sebagai suplemen. Tetapi ada pula ahli yg menyarankan untuk konsumsi asam folat tambahan jika seseorang memang merencanakan kehamilan.

  1. Melakukan imunisasi pra-nikah

Beberapa imunisasi yang dapat dilakukan sebelum menikah adalah imunisasi Hepatitis B (3 dosis), MMR (1 dosis), Varicella (2 dosis), dan TT (1 dosis).

  1. Melakukan imunisasi kanker

Imunisasi pencegahan kanker yang dimaksud adalah imunisasi HPV (3 dosis). Imunisasi HPV sebaiknya dilakukan sebelum aktif secara seksual, karena belum ada paparan sehingga hasil antibodi yang dihasilkan lebih besar. Adapun Jarak imunisasi HPV diselesaikan minimal dalam 6 bulan. Rata-rata regimennya (0-2-6) atau hari ini – 2 bulan berikutnya – 4 bulan berikutnya. Dampak yang terjadi karena imunisasi HPV yang dilakukan pada pasangan yang belum menikah mungkin hanya risiko efek samping yang ditimbulkan, misalkan demam atau bengkak ditempat suntikan. Imunisasi dapat pula dilakukan setelah menikah, akan tetapi efektivitasnya mungkin tidak sebesar jika diberikan sebelum menikah.

Selain melakukan imunisasi untuk pencegahan, salah satu hal yang seringkali mungkin diabaikan adalah menjaga berat badan sebagai persiapan untuk kesehatan reproduksi, khususnya wanita. Berat badan yang terlalu kurus atau terlalu gemuk dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi khususnya yang berhubungan dengan hormonal. Ada baiknya pasutri mempersiapkan berat badan ideal secara bertahap bukan drastis, demi kesehatan tubuh. Meski badan masih gemuk atau belum cukup gemuk saat hari H, jika dilakukan secara bertahap efeknya jauh lebih baik daripada perubahan yg drastis.

Berapa biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi?

Selain membutuhkan biaya yang cukup besar, terutama skrining kelainan genetik, dalam pemeriksaan kespro juga terdapat konsekuensi ketika diketahui hasil pemeriksaan, yang akan berdampak pada hubungan calon pasutri atau pengambilan keputusan untuk memiliki keturunan atau tidak. Adapun kisaran biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan kespro adalah:

  1. Pemeriksaan skrining thalasemia sekitar 150.000 – 300.000 (tergantung laboratorium)
  2. Pemeriksaan apus darah tepi sekitar 50.000 – 100.000
  3. Pemeriksaan golongan darah/rhesus kurang lebih 50.000 (biasanya dibawah itu)
  4. Pemeriksaan gula darah 20.000 – 40.000 tergantung metode
  5. Pemeriksaan kolestrol 30.000 – 60.000 tergantung metode
  6. Skrining HIV sekitar 1,5 juta (terkadang ada program gratis dr PMI atau Depkes)
  7. Skrining STD (paket) 1 – 2 juta
  8. Skrining Hepatitis B 100.000 – 200.000
  9. USG payudara 250.000 – 500.000

Biaya yang diperlukan untuk pencegahan, yaitu:

  1. Asam folat, generik sekitar 10.000/strip
  2. Imunisasi Hepatitis B kurang lebih 80.000/dosis diluar jasa medis
  3. Imunisasi MMR 125.000 diluar jasa medis
  4. Imunisasi Varicella 400.000 – 450.000 diluar jasmed
  5. Imunisasi TT gratis di Puskesmas
  6. Imunisasi HPV 500.000 – 800.000/dosis tergantung brand diluar jasa medis

Rangkaian pemeriksaan kespro tentu saja tidak perlu dilakukan semuanya, hanya untuk yang berisiko saja. Itupun bersifat saran jika memang siap secara fisik, psikologis, dan finansial. Namun jika memang diketahui ada yang memiliki penyakit genetik yang berat, misalkan ada riwayat thalasemia mayor di kedua belah pihak sebaiknya diperiksakan apakah calon pasutri keduanya memiliki gen thalasemia minor, yang jika bertemu maka risiko memiliki anak dengan thalasemia mayor 50%. Atau calon pasutri terinfeksi penyakit STD (sexually transmitted disease), sebaiknya diperiksakan sebelum terlanjur, karena akan menginfeksi bukan hanya pasangannya, tetapi mungkin calon keturunannya.

Permasalahan kesehatan reproduksi

Kejujuran sangat dibutuhkan dari calon pasangan suami istri. Jika sebelum menikah seorang laki-laki pernah melakukan hubungan intim dengan perempuan yang terkena kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi HPV maka dia akan menularkan virus HPV kepada isterinya. Akan tetapi belum tentu infeksi HPV akan menjadi kanker serviks, tetapi bisa menjadi inveksi lain misalkan condiloma akuminatum (jengger ayam), walaupun kemungkinan besar menjadi kanker serviks ada. Kanker serviks bukan semata-mata disebabkan oleh virus HPV, oleh karena itu wanita dianjurkan rutin melakukan pemeriksaan papsmear 2-3 tahun sekali. Perempuan yang terinfeksi virus HPV seringkali tidak memiliki gejala tertentu. Kecuali jika penyakit sudah memasuki tahap lanjut. Misalkan ada nyeri saat berhubungan, ada perdarahan, keluar keputihan yang tidak biasa. Sedangkan untuk laki-laki yang gejala yang paling mudah dikenali adalah adanya kutil didaerah kemaluan, atau sering disebut jengger ayam.

Sebelum memutuskan melakukan pemeriksaan kespro, ada beberapa tanda khusus yang mengindikasikan bahwa terjadi gangguan pada sistem reproduksi. Seperti pada perempuan terdapat gangguan haid seperti siklus haid, jumlah haid, ada perdarahan memanjang, perdarahan diluar siklus, tidak haid dalam waktu sekian bulan, nyeri saat haid, PMS yang sangat menggangu aktivitas, gangguan pertumbuhan payudara, ada cairan keluar dari puting, bentuk payudara yang tidak normal atau terdapat benjolan pertumbuhan pubis dan rambut pubis, adanya keputihan yang tidak normal. Tanda pada pria diantaranya ukuran gland/buah zakar yang tidak biasa, ada nyeri, ada bengkak, keluar cairan, gangguan berkemih.

Perbedaan golongan darah pasutri terkadang menimbulkan masalah dalam rumah tangga. Wanita asing (rh -) yang menikah dengan pria asia (rh +) memiliki faktor risiko untuk terjadinya kematian janin atau bayi lahir mati, akibat sel-sel darah yang dihancurkan oleh tubuh bayi karena dianggap musuh. Sehingga untuk memperkecil risiko tersebut dilakukan hal-hal lanjutan berikut:

  1. Skrining

Pada tiap kehamilan harus dilakukan pemeriksaan golongan darah berikut Faktor Rhesus dan skrining antibodi dilakukan pada kunjungan pertama dengan tes COMB indirect

  1. RhoGAM :

Bila ibu Rhesus negatif terpapar dengan darah janin Rhesus [+], maka ibu harus diberi RhoGAM ; RhoGam adalah RhIgG (iGG akan menempel pada antigen Rhesus) dan mencegah terjadinya respon imunologi ibu.

  1. Penatalaksanaan Ibu Rhesus [-] yang tidak tersensitisasi (pasien Rhesus [-] dengan skrining antibodi [-])

Skrining antibodi dikerjakan pada kehamilan 0 – 24 – 28 minggu. Bila negatif, berikan 300 µg RhIgG untuk mencegah terbentuknya antibodi dalam tubuh ibu. Saat persalinan, tentukan status Rhesus neonatus, bila Rhesus (+), berikan RhIgG pasca persalinan. RhoGAM diberikan pada ibu Rhesus [-] yang terpapar dengan darah janin  Pada kehamilan yang mengalami sensitisasi pertama kali, komplikasi terhadap janin rendah.

Jika seorang ayah menderita asma dan ibu menderita diabeter melitus, bagaimana kemungkinan penyakit bisa menurun pada anaknya? Penyakit asma umumnya diturunkan, tetapi mungkin belum tentu berupa asma, akan tetapi bisa kondisi atopi/alergi lain misalkan rhinitis alergi (bersin/hidung berair jika terkena zat-zat tertentu), konjungtivitis alergi (mata merah, berair, gatal jika terpapar zat tertentu), atau dermatitis atopi/eksim. Bisa menurun salah satu, kombinasi, atau bahkan keempatnya, tapi bisa juga tidak diturunkan. Diabetes mellitus yang dikhawatirkan dalam mempersiapkan keturunan adalah yang tipe 1, dimana dari kecil sudah membutuhkan insulin. Badan cenderung kurus. Diabetes tipe 2 umumnya muncul saat dewasa, bisa berupa faktor keturunan (risiko lebih besar), juga gaya hidup  (pola makan yang salah dan aktivitas sedenter) dan obesitas. Skrg ini diabetes tipe 2 muncul bukan krn semata2 faktor genetik, akan tetapi lbh kepada gaya hidup. Bahkan anak2 kecil dgn obesitas pun rentan terkena diabetes melitus tipe 2.

Apakah penyakit hepatitis B tidak dapat disembuhkan secara total? Penyakit Hepatitis B memiliki beberapa tingkatan. Penyembuhan Hepatitis B tergantung pada tingkatannya. Tahap awal skrining hepatitis B adalah pemeriksaan HbsAg. Jika seseorang positif HBsAg maka dia terinfeksi virus hepatitis, dan terinfeksi belum tentu sakit. Agar tahu status infeksinya apakah aktif atau tidak bisa dilihat dari HBeAg. Jika aktif (sakit) maka akan diberi terapi dgn antivirus atau interveron. Jika dia tdk aktif (carier) maka diobservasi berkala. Untuk anak yang dilahirkan dari ibu dengan HBsAg positif maka akan diberi imunoglobulin segera setelah lahir serta vaksin hepatitis B. Jika seseorang sudah memiliki HBsAg positif maka tidak bisa diimunisasi lagi.

Apakah manfaat pemeriksan kesehatan reproduksi pra-nikah dari segi psikologi?

Ada beberapa kasus pasangan suami istri, terutama yang berkaitan dengan anak yang berujung pada marital conflict. Saling menyalahkan, menyesal, dan sebagainya, yang sebenarnya bisa dihindari jika sebelumnya mereka melakukan pemeriksaan pra-nikah. Kasus-kasus seperti anak yang terlahir deaf (tuna rungu) karena infeksi Torch dan Rubella saat kehamilan, kemudian kasus istri sulit hamil karena kondisi pasutri yang mungkin kurang sehat secara medis, dapat memicu masalah rumah tangga di kemudian hari. Uniknya, pemeriksaan pra-nikah ini lebih banyak dipahami secara medis. Sebetulnya secara mental, kesehatan jiwa (keswa) calon pasangan suami istri juga perlu pemeriksaan terlebih dahulu.

Pemeriksaan kesehatan jiwa dapat dilakukan dengan tes kepribadian dan kecenderungan potensi gangguan jiwa, seperti MMPI, tes grafis, dan wawancara. Adapun fungsi pemeriksaan keswa adalah untuk memahami kondisi kesehatan jiwa dan kepribadian secara umum, memahami kondisi psikologis calon pasangan, dan riwayat kesehatan jiwanya. Problem psikis yang dapat menjadi potensi konflik antara lain manajemen stres yg buruk, pribadi yang obsesif, riwayat depresi, riwayat psikotik dan skizofrenia baik pada individu maupun keluarga besar, riwayat kekerasan dalam rumah tangga, ekspresi emosi dan impulsivitas. Deteksi dini terhadap problem psikis pun dapat dilakukan, misal calon pasangan mudah berubah mood tanpa sebab atau tanpa bisa mengendalikan, ekspresi emosi yg berlebihan atau ada unsur impulsif ke arah agresi.

Obsesif adalah pikiran yang secara terus-menerus muncul tanpa terkendali dan memaksa indvidu harus menuruti, jika mengabaikan akan muncul rasa cemas yg luar biasa sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Contoh obsesif adalah orang yang perfeksionis. Jika parah dapat berkembang menjadi gangguan obsesi kompulsif, dimana pikiran obsesif mengendalikan perilaku-perilaku ritual aneh pada indvidu untuk mengurangi cemasnya.

Skizofrenia adalah gangguan psikotik (split antara pikiran, emosi, dan perilaku) pada individu yang dikenali degan gejala hendaya (berkekurangan) pd fungsi-fungsi kehidupannya, halusinasi dan waham. Secara awam sering menyebut “sakit gila”. Skizofrenia berbahaya karena penderita tidak dapat membedakan realita dengan halusinasi dan wahamnya.

Sedangkan impulsif adalah ketidakmampuan mengendalikan dorongan berperilaku seperti mudah agresi, mencuri, judi, hiperseks, main game online makan, bahkan belanja. Intinya tidak bisa dikendalikan sehingga mengganggu kehidupan normalnya. Adapun Neurosis biasanya terkait pada gejala cemas berlebih. Berbahaya jika sudah sampai mengganggu aktifitas keseharian, seperti takut keluar rumah, takut bergaul dll, atau diiringi dengan gejala putus asa atau keinginan bunuh diri.

Orang yang sembuh dari gangguan jiwa khususnya psikotik dan skizofrenia tidak berarti tidak akan terjangkit lagi. Problemnya kerentanannya terhadap stres sudah terpicu tekanan lingkungan. Kemampuan problem solving dan manajemen stres-nya sudah pernah runtuh, ibarat tentara yang sudah pernah kalah dalam mempertahankan bentengnya. Kesembuhannya terjadi karena menghindari penyebab stress dan mengkonsumsi obat-obatan antipsikotik yang menekan gejala positif (halusinasi dan delusi). Jika orang tersebut hendak menikah, maka calon pasangannya harus mengetahui dengan jelas riwayat gangguan jiwa yang pernah dialaminya, dan juga konsekuensi-konsekuensi mendukung dia agar terhindar dari stres berat, memperhatikan lebih, dan membantu dalam mengelola stres-nya. Tidak ada jaminan bahwa orang yang sudah sembuh akan sembuh selamanya.

Pemeriksaan kespro atau keswa bukan utk menyalahkan atau menjudge seseorang  tetapi sebagai bentuk antisipasi dan meminimalisir masalah yang mungkin muncul dalam pernikahan. Calon suami dan istri keduanya perlu melakukan pemeriksaan, terutama jika ada riwayat medis dan psikologis yg menonjol. Jadi yg dicari adalah potensi masalah agar bisa dicarikan ‘win-win solution’nya.

Potensi KDRT bisa muncul jika seseorang mempunyai riwayat kekerasan di keluarganya baik sebagai korban, saksi, atau malah pelaku. Ekspresi emosi yg meledak-ledak atau malah hilang sama sekali (tampak tidak bisa marah atau menyampaikan ide) sering terkait dengan perilaku agresi di kemudian hari. Perilakunya yang berubah kasar baik verbal atau non verbal ketika ada masalah menimpa atau tertekan, bisa menjadi deteksi dini. Riwayat keluarga dan budaya terkait agresi juga dapat menjadi poin perhatian.

Kasus: Seorang anak terlahir tuna rungu karena ibunya terinfeksi rubella. Hal ini mengakibatkan kakak-kakaknya (usia sekolah atas dan sekolah menengah) sering merasa malu untuk membawa adiknya bermain dan akhirnya kemampuan sosialisasi adiknya tersebut berkurang. Adakah saran supaya si adik ini tidak terganggu perkembangan sosialnya?

Jika anak diketahui sedini mungkin mengalami gangguan pendengaran sebaiknya segera diterapi, sehingga proses adaptasinya lebih mudah. Keluarga anak tersebut dapat kita ajak berdiskusi bahwa meski terlahir tuna rungu anak tersebut juga mempunyai hak yang sama untuk hidup dan berkarya bahkan banyak yang bisa berprestasi. Sejak dini diberi pengertian kepada saudara-saudaranya untuk men-support adiknya. Jika ternyata saudara-saudaranya kurang memberikan dukungan, maka penting peran orang tua untuk selalu memberi support. Untuk menunjang perkembangan sosial, orang tua berperan aktif mendukung anak berhubungan dgn teman-teman sebayanya (misal di sekolah, di lingkungan tempat tinggal), mengajari anak dengan kemampuan-kemampuan sosial misalkan mengajari bagaimana bersikap terhadap orang yang lebih tua, bersikap kepada teman sebaya, bagaimana menyapa, dll.

Simpulan

Sepasang insan yang menikah bukan berarti mereka hanya berdua selamanya, namun ada pula konsekuens yang harus ditanggung. Sebaiknya pernikahan dipersiapkan secara matang baik secara fisik, psikologis, dan finansial. Tidak semua pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan, hanya untuk orang-orang dengan faktor resiko saja.  Pemeriksaan dilakukan agar jika ditemukan masalah dapat diatasi lebih dini baik secara medis, psikologis, dan finansial. Pencegahan sebisa mungkin dilakukan untuk mendapatkan kualitas pernikahan dan keturunan yang sehat sejahtera.

Idealnya jika kita sudah mencintai calon pasangan, kita dapat menerima pasangan kita apa adanya. Tetapi, alangkah baiknya jika kita bisa memuluskan perjalanan pernikahan dan menyiapkan generasi penerus yg sehat lahir dan batin. Pada dasarnya pemeriksaan pra-nikah bukan ajang menghakimi seseorang. Semua insan berhak untuk menikah. Namun dengan pemeriksaan pra-nikah baik medis dan kesehatan jiwa, kita akan dapat memetakan potensi masalah di kemudian hari, melakukan perencanaan yang lebih matang dan penyesuaian yang sifatnya win-win solution. Memang tidak ada pernikahan yang sempurna. Karena pada dasarnya, pernikahan dibangun antara dua insan yang mau bersama-sama menjadi insan pembelajar dan menjadi lebih baik dengan menghadapi bersama-sama setiap masalah yang muncul, dimana kebahagiaan menanti sebagai bonusnya.

(Diskusi FC#4, 17 Januari 2015)

Pemantik:

  1. Farian, M.Si. (Dokter Keluarga, Owner Rumah Labeeba (Praktek Umum dan Imunisasi))
  2. Kartika Sari Dewi, S.Psi., M.Psi (Dosen Psikologi Undip, Psikologi Klinis Dewasa dan Keluarga)

Moderator: Dokter Fina FIM 13

Notula: Gema Sukmawati FIM 12

Nikah Beda Usia

images pasangan3

Seringkali rentan usia yang jauh menjadi kendala buat seseorang memutuskan menikah, apalagi dilema ini dirasa oleh perempuan yang lebih “tua” dibanding pasangannya. Karena seperti yang kita tahu, Menikah adalah menyempurnakan setengah agama. Menikah adalah sebuah perjanjian berat yang menggetarkan bumi dan isinya. Menikah adalah pertautan hubungan yang membahagiakan Allah, menggembirakan malaikat dan membuat patah hati para setan. Menikah menyatukan dua keluarga menjadi keluarga besar.

Ada tiga hal mendasar yang perlu dipertimbangkan sematang mungkin bagi  pasangan yang berbeda umur sangat jauh sebelum mengambil keputusan untuk menikah.

  1. Wawasan Pemikiran Yang Jauh Berbeda.

Menikah bukan sekedar hubungan intim dan sepanjang waktu dihabiskan diatas ranjang dengan bisikan dan belaian mesra. Faktor terpenting meskipun bukan satu satunya adalah selarasnya komunikasi dan wawasan hidup suami dan istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga bersama sama. Pada perbedaan umur yang jauh, maka yang umurnya jauh lebih tua harus mampu bersikap lebih sabar dan lebih bisa menerima dinamisnya perubahan pasangan.

Sebagai manusia, menerima dan mencoba untuk terus menerus menjadi pihak yang memahami bukanlah hal yang mudah. Manusia memiliki emosi yang naik turun. Ada batasannya ketika seseorang yang terus menerus berperan sebagai pihak yang harus mengalah akan merasa lelah.

  1. Lingkungan Sosial Dan “Culture” Yang Jauh Berbeda.

Menikah bukan berarti kedua pasangan suami istri otomatis memutuskan diri dari pergaulan sosial mereka. Pada pasangan umur yang jauh berbeda, maka dua dunia bagaikan Utara dan Selatan, Timur dan Barat perlu dicari titik temunya. Generasi berbeda tentu memiliki selera dan polemiknya masing masing.

Faktor sosial ini lambat laun akan memiliki potensi besar untuk membuat pasangan merasa “terasing” diantara kerumunan sosial pasangan hidupnya. Lama kelamaan perasaan terasing ini menimbulkan rasa kesendirian dan akhirnya kebosanan, yang akhirnya menjadi pemicu keretakan rumah tangga.

  1. Kemampuan Fisik Yang Tidak Seimbang.

Fenomena tante girang dan brondong dalam tulisan saya sebelumnya, merupakan satu sisi menarik ditinjau secara seksual. Bahwa dari sudut pandang seksual, wanita pada sekitaran umur 37- 45, akan berimbang dengan gairah seksual pria 17-25.

Namun apa yang terjadi jika katakanlah sang suami berumur 65 tahun sementara sang istri baru 40 tahun ?. Faktor gairah dan kemampuan seksual yang tidak seimbang , menyebabkan potensi besar bagi salah satu pasangan untuk mencari kepuasan seks diluar rumah tangga.

Karena “menikah adalah sebuah anugerah”.  Karena cinta sejati kita itu bukan tentang lebih tua, seumuran atau lebih muda, Namun, tentang bagaimana menyeimbangkan hidup dan yang bisa berjalan beriringan. Ketika dunia begitu kejam, dia menjadi tempatmu untuk selalu pulang menerima kamu apa adanya meskipun kamu hanya seadanya.

Pada dasarnya perbedaan usia tidak menjadi penghalang bagi suami isteri untuk mendapatkan kebahagiaan. Sebab, kebahagiaan bersumber dari bagaimana cara kedua belah pihak (suami isteri) untuk membina dan menumbuhkan nuansa agama dalam kehidupan mereka. Syariat hanya memberikan pesan kepada mereka untuk bisa saling bersikap ridha dan menerima antara yang satu dengan yang lain.

Nabi saw bersabda, “Wanita adalah saudara kandung laki-laki. Hanya laki-laki mulia yang memuliakan mereka dan hanya laki-laki tercela yang menghinakan mereka.”

Nabi saw juga bersabda, “Menjadi isteri yang baik sama dengan jihad di jalan Allah.”

Jadi kehidupan suami isteri harus tegak di atas sikap saling menerima dan saling ridha. Termasuk kesiapan menerima segala konsekwensi dari perbedaan usia tersebut. Sebab perbedaan usia biasanya akan melahirkan perbedaan minat, kecenderungan, kekuatan fisik, mental dst. Selama suami isteri siap menerima perbedaan tersebut sambil saling melengkapi, memaklumi, dan memperbaiki maka perbedaan usia tidak akan menjadi masalah.

Memang usia yang jauh antar lelaki dan wanita dalam pernikahan akan memiliki banyak perbedaan baik secara fisik maupun psikologis. Perbedaan tersebut memang rentan terhadap konflik ketika masing-masing tidak menyikapi perbedaan tersebut dengan pengertian. Seperti gaya hidup saja, ketika jarak usianya jauh maka hal yang menyenangkan bagi yang lebih tua bisa jadi merupakan hal yang membosankan bagi yang lebih muda. Namun ketika perbedaan tersebut dinikmati maka akan menyemarakkan kehidupan rumah tangga.

(6 Desember 2014, Diskusi FC#4)
Pemantik:
1. Hartati Qamar (pasangan menikah wanita lebih tua)
2. Adil Quarta FIM 5 (pasangan menikah pria lebih tua)
Moderator: Siti Fatimah FIM 7
Notulis: Mohamad Riyan Kamil FIM 11

Ketika Jodoh tak Kunjung Datang

sad-teddy-bear-wallpaper-631x473

“Cinta adalah perjalanan, setiap orang memiliki jalannya masing-masing kadang jalan terjal dan berlubang, kadang jalan mulus tanpa hambatan.”

Pernikahan itu adalah salah satu fragmen kehidupan yang tidak terpisahkan dari kisah hidup kita. Juga erat kaitannya dengan berbagai hal yang harus kita siapkan, diantaranya bagaimana kita membangun diri, menyiapkan karir, merencanakan masa depan, ibadah, pendidikan, orangtua, teman, dan pekerjaan.

Pernikahan adalah satu fase setelah penantian bertemu jodoh. Yang penting dalam penantian itu adalah memperbaiki tujuan menikah, menyiapkan diri untuk membangun keluarga, dan menyelaraskannya dengan aspek hidup kita yang lain seperti keluarga, pekerjaan, teman, dan hal lainnya yang kita anggap penting. Dalam persiapannya, menghindari potensi konflik dalam keluarga itu juga penting, seperti beda keyakinan, beda ideologi, anggota keluarga yang bermasalah,patut menjadi pertimbangan dalam mencari jodoh.

Pernikahan memang misteri Tuhan. Jadi tidak perlu dibedakan mana yang telat nikah mana yang nikah cepat karena ini bukan lomba cepat atau tidak. Tapi ini adalah usaha kita melengkapi fase hidup kita. Jika dalam Islam pernikahan itu ibadah. Percayalah Allah memberikan balasan setimpal dengan usaha kita.

Pernikahan bukan melulu cinta tapi ada komitmen. Komitmen seumur hidup, jadi pastikan jodoh kita adalah mitra yang bisa kita ajak kerjasama seumur hidup. Tampang memang bukan yang utama, tapi jika kita harus berjengit setiap kali melihatnya itu adalah siksaan. Jadi pilihlah jodoh yang membuat kita nyaman bahkan bersyukur setiap kali bersamanya.

Ada yang berpendapat “Jodoh itu seperti kematian; tidak ketebak, tidak bisa dimajuin atau dimundurin waktunya”.  Setelah menikah baru merasa “it is the right time” dan setiap orang beda waktunya. Cause everyone has their own story.

Kita akan dipertemukan dengan jodoh yang baik jika kita mencari yang baik. Logisnya, kita tertarik dengan orang yang nyaman. Kenyamanan itu biasanya timbul salah satunya dari komunikasi yang nyambung. Ini berkaitan juga dengan kesetaraan/sekufu yang sudah pernah kita bicarakan pada pembahasan sebelumnya.

Kesetaraan ini berkaitan dengan keharmonisan, serasi dalam komunikasi, dan kesamaan pandangan. Dengan demikian kita bisa berkomunikasi dengan baik dan bekerja sama membangun keluarga. Masa lalu seseorang bisa menjadi handicap juga. Kalau masa lalunya buruk kita harus pastikan dia sudah berubah. Perlu waktu untuk memastikan itu karena untuk berubah butuh waktu dan usaha.

Untuk mendapatkan jodoh yang baik, minimal dua usaha berikut ini kita lakukan sebagai langkah awal.

  1. Berada di komunitas yang benar. Jika Kita sulit menemukan pasangan yang baik dalam ibadah di klub malam, maka kita cari di komunitas yang dekat dengan ibadah.
  2. Membentuk diri sesuai dengan jodoh yang kita inginkan. Sadar atau tidak, jodoh kita adalah cerminan diri kita. Maka bentuk diri kita harus sepadan dengan apa yang kita cari.

Menikah dengan Seorang Difabel?

Tidak ada yang salah jika menikah dengan seorang yang memiliki kondisi difabel. Lalu bagaimana kalau kita akan menikahi seseorang yang kondisinya difabel? Pertama, pastikan kita benar-benar siap menghadapinya. Karena jika tidak, hal ini akan sangat menyakitkan dan menghadirkan trauma yang sulit sembuh. Terkait kontra dari keluarga tentang hal ini, perlu lobi keluarga dan membuktikan tidak ada apa-apa alias baik-baik saja. Maksudnya, ketika kita tidak siap dan keluarga kita berpisah, sulit lagi untuk pulih karena pernikahan menimbulkan ikatan emosi yang sangat kuat. Jadi perpisahan itu bisa meninggalkan luka yang sulit sembuh. Jika sudah yakin, tapi orangtua belum setuju, coba komunikasikan baik-baik dengan orangtua. Mereka itu tidak setuju karena khawatir dengan diri kita, akankah kita bahagia nantinya, akankah kita bertahan nantinya. Jika kita bisa menunjukkan itikad baik dan kesungguhan, mereka akan mengerti. Jika tetap menentang, doakan dan kembalikan pada Tuhan, manakah yang terbaik.

Sebaiknya pernikahan dibentuk dengan penuh kesadaran. Seimbang antara emosi dan logika. Keterampilan/kecerdasan emosi itu dibentuk dari pengalaman hidup dan berinteraksi dengan dunia pendidikan, pekerjaan, kerelawanan, dll, sehingga fase itu baik untuk pematangan persiapan sebelum menikah.

Hal yang paling ‘berbahaya’ di sini adalah, karena sudah lelah mengurusi sekian banyak hal, maka temperamen menjadi mudah naik, tingkat keikhlasan berkurang, dan rasa ketaatan, pengabdian, dan berterimakasih kepada suami pun menjadi berkurang, hal ini memang jadi tantangan tersendiri jika ingin menempuh jalan yang begitu, karena poin penting menjadi seorang istri adalah ketaatan dan rasa berterimakasih kepada suami.

Buruknya perempuan, menurut Saya dan dari beberapa buku, adalah mudah sekali menjadi kurang berterimakasih atau menghargai suami ketika merasa sedikit “lebih” dari suami.

Jika memang merasa yakin dengan orangnya,  merasa mampu bisa mengatasi perasaan-perasaan semacam itu dengan baik, dan yakin bisa tetap mengabdi dengan tulus meski menemui beberapa hal yang mungkin kurang ke depannya, tidak masalah.

Bukan bermaksud mengkontaminasi pikiran, hanya ingin memberikan gambaran dari kisah terdekat yang ada di lingkungan.

“Tidak sesuai dengan ekspektasi” itu memang kerap dirasakan dalam pernikahan, tapi jika semua bisa dikembalikan saat niat awal menikah, maka bisa diterima dan diatasi. Niatnya itu sejak awal harus kokoh. Sebagaimana kata pepatah, cinta memang harus selalu diperjuangkan dan selalu dikembalikan ke niatan awal agar terus bertahan.

 Bagaimana bersikap dengan teman yang belum bertemu jodohnya atau dengan pertanyaan yang berkaitan dengan jodoh?

Bersikap dengan teman yang belum ketemu jodohnya, Ya..biasa saja. Itu bukan suatu prestasi atau aib. Fase itu memang ada di setiap hidup orang, hanya jangka waktunya yang mungkin berbeda-beda.

“Kita akan bertemu dengan jodoh yang baik jika mencari yang baik”. Apakah yang baik itu selalu yang tepat? Tidak juga, “baik” dan “tepat” disini menurut pandangan siapa, tentu yang Maha Menjodohkan. kita diberi kebebasan untuk memilih dan mengusahakannya, tapi yang tahu exactly “baik” dan “tepatnya” adalah Tuhan. Cinta akan datang seiring berjalannya waktu.

Selain itu mungkin di usia sekarang kalian sedang berada dimasa yang namanya “galau” ditambah lagi temen-temen yang selalu bertanya: “Kapan kamu nikah?”, “Kok betah banget seh hidup sendiri”, atau mungkin pernyataan temen-temen kalian yang ngegemesin “kamu sih cari jodoh kok milih-milih”. Ya..Saya paham kok sama perasaan kalian, tidak sedikit orang yang “curhat” terkait pertanyaan-pertanyaan tersebut, Saya pun pernah merasakannya bahkan terlalu sering ditanyakan, apalagi jika usia kita sudah cukup matang untuk membina rumah tangga.

Tidak sedikit orang-orang yang akhirnya memutuskan “buru-buru” menikah karena pertanyaan dan pernyataan yang bikin kalian makin hari makin resah untuk segera memiliki status bernama istri atau suami. Budaya di Indonesia kadang “memaksa” perempuan mengakhiri masa lajang. Takut dibilang perawan tua dan lain-lain. Tapi, pria pun punya problem yang hampir sama. Mereka ingin menikah lantaran khawatir disangka mengidap kelainan seksual atau diejek tidak “jantan”. Menikah memang impian semua orang tapi please guys jangan menikah karena 5 hal:

  1. Iri liat teman nikah

Melihat teman menikah memang sering bikin mupeng (muka kepengen/iri). Apalagi, jika hanya kita seorang yang belum “laku”. Namun, pernikahan bukan ajang lomba. Tanya hati nurani, sudah siapkah?? Jika belum, buat apa nikah karena ikut-ikutan??

  1. Sudah bertahun-tahun pacaran

Pacaran bertahun-tahun, lalu memutuskan menikah, merupakan hal yang wajar jika keduanya punya niat dan motivasi yang sama. Jika hanya karena “sudah lama” (kok tidak nikah-nikah) tapi nyatanya belum mengenal kepribadian masing-masing, maka menikah hanya indah pada saat seremonialnya saja.

  1. Didesak orang tua

Jangan biarkan norma-norma sosial mempengaruhi keputusan kalian menikah. Menikah itu cuman sekali seumur hidup, jadi pertimbangkan baik-baik. Jika memang belum siap, kalian bisa menjelaskan pada orang tua dengan cara santun.

  1. Dikejar” umur

Idealnya, wanita menikah di usia produktif agar bisa hamil dan melahirkan dengan selamat. Namun bukan berarti harus memaksakan keadaan. Bagaimana jika jodohnya belum ada?  Atau mental yang belum siap? Saya percaya pernikahan itu akan terjadi diwaktu yang tepat.

  1. Untuk menyelesaikan masalah

Menikah adalah jalan keluar untuk mengatasi masalah baik keuangan, kesehatan, atau apapun. Ini persepsi yang salah besar. Menikah jauh lebih rumit dari masalah sendiri itu. Mengapa menikah tidak segampang yang kita kira? Karena banyak hal yang harus dipertimbangkan, gimana kalau ditengah jalan pernikahan kalian menemukan masalah baru, apakah kalian akan menikah lagi? Pikirkan baik-baik. Ini tentang komitmen seumur hidup.

Jika ditanya kenapa Saya belum nikah. Alasan kenapa masih sendiri karena belum ketemu jodohnya. Ikhtiar sama doa sudah pasti. Terus gimana menghadapi kesendirian selama ini?. Bersyukur dan menikmati hidup. Caranya. nikmatin hidup? Perbanyak silaturahim, lakukan hobi, bekerja, berkumpul dengan keluarga.

Karena sesungguhnya jodoh itu unik

Seringkali yang dikejar-kejar menjauh, Dia yang tak sengaja, mendekat. Seakan sudah pasti menjadi ragu. Awalnya diragukan menjadi pasti. Dia yang selalu diimpikan, tak berujung pernikahan. Dia yang tak pernah terpikirkan, bersanding dipelaminan. seperti itulah prosesnya. Proses sebelum Saya bertemu suami Saya itu yang “sesuatu” banget. Setelah stuck sama seseorang selama 9 tahun lalu selesai dengan tidak happy ending. Sempat down karena sudah suka dari lama, gimana dong?

Ketika akhirnya memutuskan untuk move on nah from middle of nowhere munculah dia, si (calon) suami itu. Kebetulan dia kakak tingkat di jurusan, tapi jarang ngobrol soalnya dulu dia nyebelin. Tidak sengaja ngobrol lagi karena sesuatu hal, yang kemudian kata suami Saya saat itu dia lagi iseng aja nyari temen ngobrol. Kira-kira ngobrol-ngobrol sebulan, Dia bilang serius suka dan ngerasa nyaman. Saya tembak, mau nyari pacar atau istri. Dia jawab “istri”. Saya minta waktu untuk istikharah dan meminta dia untuk istikharah juga. Kira-kira dua minggu kemudian Saya ngasih jawabannya, “oke, inSayaa Allah. Minggu depan ketemu Ayah ya dirumah”. Dan Dia beneran datang ke rumah. Kemudian proses berlanjut, Dia sering ke rumah ngobrol sama ayah Saya, mulai ngobrol seriusan. Alhamdulillah tidak ada halangan dari keluarga, lalu sekitar 6/7 bulan kemudian Kami menikah.

Maka, jodoh itu bukan masalah seberapa lama kamu mengenalnya. Tapi, seberapa yakin kau padaNYA, seberapa ikhlas saat kau gagal mendapatkannya. Lalu digantikan dengan yang lebih baik versiNYA. Kalian masih muda, janganlah melulu galau tentang sebuah pernikahan banyak hal yang bisa dilakukan. Jika sudah ada jodohnya dan siap, menikahlah. Jika belum ada jangan sedih dan bermuram durja, ini hanya perkara waktu. Karena sejatinya Tuhanlah yang tau kapan kamu akan bertemu jodohmu. Galau itu merupakan bisikan setan yang melemahkan imanmu. Jodoh pasti bertemu di waktu yang tepat. Jika belum datang-datang mungkin dia masih ada urusan di jalan. Selama nungguin dia, ya kita perbaiki diri terus menerus.

Menerimamu apa adanya meskipun kamu cuma seadanya.

Tentang dia yang kamu ikhlas seumur hidup menjadi makmum atau imam. Setiap orang memiliki cerita dan jalannya masing-masing. Hal terpenting adalah bagaimana kita menapaki jalan tersebut dengan penuh makna. Kalo kata D’Masiv: “Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik”.

Kalo kata Afghan: “Jodoh pasti bertemu”.

Hanya orang-orang yang bersabar ketika menghadapi kesendirianlah yang akan dipertemukan dengan jodoh yang tidak akan saling menyakiti, karena kematangan dalam memilih adalah kunci untuk mencegah rasa sesal di kemudian hari.

 Kapan merasakan it’s the right time?

Kalau sudah siap dan punya komitmen untuk menghadapinya. Pernikahan itu bukan cuma rasa tapi juga tanggung jawab.

  1. Ingin merawat orangtua dan cara mendapat pasangan yang juga punya keinginan yang sama?

Masukan dalam Syarat memilih jodoh bahwa ia siap membantu merawat orang tua kita. Pernikahan bukan cuma bersatunya 2 orang tapi bersatunya 2 keluarga. Kita dan pasangan harus menerima dan menyiapkan diri untuk berinteraksi dengan keluarga besar. Maka memilih jodoh jugaharus mempertimbangkan keluarganya.

  1. Bagaimana mengomunikasikan jodoh yang kita inginkan dengan orangtua?

Saya butuh waktu panjang untuk meyakinkan Ibu Saya bahwa jodoh Saya tidak harus orang jawa. Sejak 2005 Saya dalam banyak kesempatan coba bicara santai tentang jodoh. Intinya jodoh yang baik itu dinilai dari imannya, bukan soal suku atau ras. Saya juga meyakinkan Ibu Saya bahwa jodoh Saya nanti tidak akan berkonflik dengan keluarga. Penting juga menilai apakah jodoh kita akan cocok dengan keluarga kita sehingga keluarga kita juga nyaman berinteraksi dengan pasangan kita.

  1. Bagaimana menyiapkan diri dan mental/emosi untuk berkeluarga?

Orang yang paling kuat adalah yang bisa menahan nafsu amarah. Jadi berlatihlah mengelola emosi. Senang, sedih, kecewa, patah hati, semua rasa itu sdh pernah Saya alami. Terimalah rasa itu dengan Syukur dan hadapi dengan sabar. Ingat bahwa tujuan hidup kita, termasuk menikah, adalah karena Sang Pencipta. Maka sandarkan dan kembalikan emosi kita kepada tujuan hidup dan pernikahan kita.

Kunci keutuhan keluarga itu adalah sabar. Menghadapi pasangan kita tiap hari tentu ada saja yang salah, kecewa, sebal, dll. Buatlah itu menjadi hal yang menyenangkan. Juga tidak malu untuk senantiasa saling mengungkapkan Sayang, berterima kasih, dan ucapan maaf.

(11 Oktober 2014, Diskusi FC#4)

Pemantik:

  1. Adil Q. Anggoro FIM 5
  2. Siti Fatimah FIM 7
  3. Retno Mustikaweni (Praktisi Pemberdayaan Masyarakat)

Notulis: Dindin Wahidin FIM 15

Moderator: Gema Sukma FIM 12

Menikah dan Kuliah

menikah-atau-kuliah partai_nikah_muda_indonesia

Setiap insan menginginkan hidup yang bahagia. Salah satu fase yang akan dihadirkan dalam perjalanan hidup untuk memperoleh kebahagiaan adalah dengan melakukan pernikahan. Harapannya, dapat menikmati hidup bahagia bersama pasangan. Terlebih lagi apabila seorang insan sudah berada pada usia dewasa, angan untuk menikah pastilah sering terngiang. Namun, dilema tetap akan terjadi. Bagi kalangan mengetahui dan menikmati pendidikan tinggi, prioritas antara pernikahan atau pendidikan seringkali dipertaruhkan. Apakah akan menyelesaikan kuliahnya dahulu, baru kemudian menikah? Atau menikah di kala menjalani masa kuliah? Atau bahkan menjalani fase kuliah bersama pasangan?

Jika dipertanyakan apakah menikah atau kuliah yang harus didahulukan, Abdiansyah yang akrab dipanggil dian berpendapat bahwa kuliahlah yang seharusnya didahulukan. Meskipun keduanya bisa saja dilakukan secara simultan. Pengalaman Dian yang menikah setelah lulus S1 dan belum melanjutkan jenjang berikutnya, dapat dijadikan model bahwa tidak mustahil ketika sudah menikah untuk kita memutuskan melanjutkan kuliah. Ia dan istrinya sepakat untuk tetap melanjutkan kuliah bersama-sama. Ternyata, akhirnya mereka lulus jua. Bukan hanya itu, mereka bahkan menyandang predikat cumlaude. Dian berkesimpulan bahwa menikah sambil kuliah bukanlah masalah, justru bisa menjadi tambahan penyemangat ketika kuliah.

Pandailah Mengatur Keuangan

Keputusan melanjutkan pendidikan akan mengorbankan banyak waktu, yang semestinya bisa untuk menghasilkan uang. Mengapa hal ini penting? Karena salah satu tantangan yang dihadapi ketika memutuskan berkuliah sambil menikah atau sebaliknya, adalah tentang kondisi keuangan. Ketika sudah berpasangan, kita dituntut untuk mandiri dalam segala hal, termasuk pembiayaan kuliah. Berkuliah bukanlah hal yang murah, perlu pengalokasian pendapatan untuk mencapai cita-cita tersebut.

Memenuhi kebutuhan dari segi biaya hidup dan kuliah bisa didapat dari berbagai macam cara, yang penting halal lagi baik. Upi yang merupakan pasangan dari Dian, Ia menjalankan studi S2 di kala sudah menikah, memanfaatkan di paruh waktunya sebagai mahasiswa dan ibu rumah tangga untuk mengais rizki dengan berwirausaha. “Mencari penghasilan sampingan”, katanya. Jikalau sudah ada dukungan dari suami dan orang tua, serta kita yang mau berusaha, pasti ada jalan untuk menutupi kebutuhan. Waktu kuliah pun tidak setiap hari, masih ada yang bisa digunakan untuk berbisnis, tetapi jangan sampai berganti orientasi. Kuliah tetap harus diutamakan, bekerja sampingan ini hanya sebagai elemen pendukungnya. Tuhan-lah yang akan menjadi penjamin rizki bagi mereka yang memutuskan untuk menikah.

Selain itu, beasiswa yang tersedia untuk kuliah cukup banyak. Mulai dari yang ditanggung sepenuhnya sampai beasiswa yang dalam bentuk bantuan sebagian. Jangan segan untuk menyiapkan dan mencari beasiswa dengan memberikan proposal riset ke lembaga pendidikan, misalnya ke kampus, tempat kerja, ataupun ke DIKTI. Bahkan Dian “sebar-sebar” proposal setiap bulannya demi mendapatkan tambahan biaya kuliah. Menjadi nilai tambah ketika kita sudah bekerja menjadi dosen di kampus kemudian melanjutkan kuliah di kampus tersebut, akan ada bantuan biaya kuliah bagi calon dosen dari kampus yang bersangkutan. Ketika kita mengincar beasiswa, perlu diperhatikan juga prasyarat yang harus dipenuhi ketika hendak mendaftar dan selama perkuliahan berlangsung. Umumnya beasiswa juga mengharuskan nilai kita yang di atas standar, baik ketika mendaftarkan diri maupun setelah terdaftar menjadi penerima beasiswa tersebut. Oleh karena itu, jadikan hal ini pelecut untuk sungguh-sungguh menjalani perkuliahan.

Tips lain untuk mengatur keuangan keluarga adalah serahkan semuanya kepada istri. Perempuan memiliki kemampuan manajerial finansial yang lebih baik daripada laki-laki. Seberapapun yang didapat oleh suami, lebih baik diberikan kepada istri, dan percayalah untuk pengalokasiannya kepadanya. Namun, komunikasikan sebaik mungkin kebutuhan keluarga dan pribadi bersama pasangan. Mengurangi pengeluaran juga bisa dilakukan dengan bertempat tinggal di dekat kampus loh.

Peranku dan Peranmu

Niscaya, ketika sudah menikah, suami dan istri akan menjalani perannya masing-masing. Suami yang mengemban peran untuk menjadi ayah, pencari nafkah kehidupan, serta pengayom keluarga. Sang istri menjalani sebagai ibu rumah tangga, pengatur keuangan keluarga, juga pendidik paling dekat dengan anak-anak. Suami istri harus saling memahami dan menyadari tentang posisi sebagai mahasiswa. Tidak serta merta peran di atas menjadi berkurang ketika disibukkan dengan kuliah.

Bukan main banyaknya kegiatan perkuliahan itu. Setiap di kelas ada materi yang harus diserap, tugas bertumpukan setiap pekan, belum lagi kalau ada ujian, dan yang tidak kalah menyibukkan adalah menyiapkan tugas akhir, entah itu Skripsi, Thesis, maupun Disertasi. Sibuk sibuk sibuk.. Tapi tidak boleh sama sekali meninggalkan peran dalam rumah tangga. Kunci yang utama untuk tetap bisa menjalankan semua peran adalah kesungguhan ikhtiar dan manajerial waktu. Waktu kita yang sedikit, banyaknya amanah yang menghimpit, perlu kejelian dalam pengaturannya. Terbukti, Upi dan Dian yang berhasil membuktikannya. Bahkan, Upi dianugerahi momongan ketika menjalani fase kuliah sambil menikah. Luar biasa sekali. Hal ini tidak ia anggap menjadi beban karena kemampuannya mengatur waktu dan ikhtiar yang dibarengi keridhoan kepada Allah. Keluarga tetap harmonis, kuliah lancar, nilai pun bagus.

Mending Nikah, Daripada Pacaran 😛

Sudah tak asing lagi bahwa banyak pertimbangan yang harus dipikirkan sebelum memutuskan untuk menikah, apalagi sambil kuliah. Huh… Pertanyaan tentang kapan kondisi ideal untuk menikah sering dilontarkan para bujang yang masih melajang. Apakah gaji, kesiapan mental, atau pertimbangan orang tua dan pasangan. Tidak ada patokan khusus berapa kuantitas gaji yang menjadikan seseorang itu pantas, sangat pantas, atau tidak pantas untuk menikah. Berapapun itu, selama bisa menunjukkan kemandirian kita di depan orang tua dan calon mertua, sudah lebih dari cukup. Jangan sampai ketakutan akan tidak cukupnya penghasilan menjadikan kita enggan untuk menikah. Kapan nikahnya dong? Upi dan Dian menjalani perkuliahan dengan masing-masing pasangannya tidak dengan gaji yang melimpah ruah loh.

Mempelajari cara untuk mengatur waktu dengan menikah dan kuliah juga tidak ada standarnya. Setiap pasangan memiliki polanya masing-masing. Cara termudah untuk mempelajarinya adalah nikah. Terapkan pada kenyataan yang ada. Tentu, ketika bersama pasangan sama-sama sedang kuliah, jadikan waktu kuliah menjadi prioritas utama. Selesaikan. Sisihkan waktu juga untuk bersosialisasi dengan rekan sejawat atau handai taulan dan kerabat. Silaturahmi adalah pintu rizki, bukan? Dengan sendirinya kita akan memahami bagaimana pengaturan waktu yang ideal dalam keluarga dengan berbagai prioritas yang diampunya.

Menikah juga bukan berarti mengekang kebebasan. Seakan tersiar stigma bahwa kalau sudah nikah lenyaplah kebabasan, lupakanlah untuk bisa bermain di luar. Oh tentu tidak. Semua bisa tetap dilakukan asal dikomunikasikan. Bahkan kita bisa menjalaninya bersama pasangan halal kita. Hehe. Tentu ada hal yang bisa dilakukan dan hal yang tidak bisa dilakukan. Kita, pada fase dewasa ketika menikah nanti, juga akan memahami hal tersebut. Jadi yaa enjoy aja.

 

(19 Desember 2014, Diskusi FC#4)

Pemantik:

  1. Abdiansyah Linge
  2. Upi Sopiah Ahmad

Notulis: Arif Rahman Hakim FIM 16

Moderator:Dhian Nurma FIM 14 C

Family Financial Planing

uang keluargasiklus-keuangan01
Keuangan dan pengelolaannya selalu menjadi hal yang sangat menarik untuk dibahas. Dimana uang berada, tata kelolanya perlu dilakukan secara khusus dan alangkah baiknya memiliki perencanaan keuangan keluarga. Perencanaaan Keuangan adalah hal yang sebenarnya biasa kita lakukan seperti memiliki cita-cita pergi haji, ingin memiliki rumah dan sebagainya. Mulai dari kita punya niat, kemudian menabung, dan pada akhirnya membeli apa yang diinginkan.
Perencanaan keuangan akhirnya memperjelas semua niat tersebut. Lalu, mengapa kita semakin perlu untuk memiliki “perencanaan keuangan”? Hal itu dikarenakan oleh paparan INFLASI yang selalu terjadi. Dalam sebuah keluarga, terlebih adalah keluarga yang baru, perencanaan keuangan sudah pasti harus ditanamkan sejak awal. Perlu ada prinsip dasar dan “pakem” yang harus diketahui dan disepakati antara pasangan suami-istri.
Prinsip dasar dalam keuangan keluarga adalah “Ridho”. Pembagian peran antara suami dan istri harus dilandasi keridhoan kepada Sang Pencipta, termasuk dalam pembagian porsi keuangan keluarga. Pada dasarnya, setiap keluarga mempunyai mekanisme yang berbeda-beda dalam hal keuangan. Pakem di sini harus dipahami terlebih dahulu, diantaranya adalah:
1. Suami haruslah menafkahi istri, kecuali ada term condition di antara keduanya
2. Aset dan utang pasangan suami istri, haruslah saling tahu satu sama lain. Kenapa? Karena hal ini berkaitan dengan tujuan keuangan keluarga, pelaksanaan kewajiban berbagi, zakat, dan warisan.
Tentu, pengelolaan keuangan antara individu yang sudah menikah dengan yang belum menikah akan berbeda, yang sudah memiliki buah hati dan yang belum akan berbeda sama sekali. Jika dilihat dari sisi keuangan, maka menikah adalah menjalin hubungan dengan keluarga besar pasangan kita yang mana akan sedikit banyak ini akan mempengaruhi casflow. Menikah artinya berkumpulnya dua orang yang cara memandang uangnya bisa sangat berbeda. Terkadang hal ini menimbulkan percekcokan. Pernikahan dalam pandangan keuangan juga menyatukan, bukan hanya dua needs, tetapi juga dua wants. Wants atau keinginan inilah yang mempengaruhi cashflow.

Dana Untuk Anak
dana anak
Salah satu cita-cita dalam keluarga pastilah meneruskan keturunan dengan lahirnya buah hati tercinta dalam keluarga. Memiliki anak adalah sebuah anugerah, maka perbesarlah kapasitas diri salah satunya adalah dengan kesiapan keuangan. Apakah anda juga sudah memikirkannya dalam sisi keuangan? Memiliki anak berarti memiliki amanah yang membutuhkan D.A.N.A…. Ulang sekali lagi, DANA.
Memiliki anak diiringi dengan kewajiban untuk menuntunnya menghadapi kehidupan. Bandingkan saja hidup anda dan anak anda kelak. Kita mungkin dulu berkompetisi dengan sesama orang indonesia saja. Di masa depan, apa yang akan dihadapi oleh anak-anak kita? Tahun 2015 nanti saja sudah dimulai MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Ketika anak kita dewasa apa yang akan dihadapinya??? Bayangkan kompetisi yang akan terjadi. Mereka harus dipersiapkan untuk menghadapi semua itu. Tentu saja, ini butuh dana!
Apakah perlu sang anak juga diasuransikan pendidikannya? Selalu seru kalau bicara tentang Asuransi Anak. Prinsipnya, kalau asuransi tersebut dapat menutup biaya sekolah, semua orang akan mengambilnya. Namun, sampai saat ini kebanyakan jasa asuransi tidak dapat menutupi biaya pendidikan anak karena Inflasi menjadi dasar penghitungannya. Jadi, tidak perlu kita meluangkan dana untuk asuransi pendidikan anak. Ketika anak kita lahir, anggaplah biaya pendidikan sarjana menghabiskan 80 juta, dan voila!! Ketika anak kita sudah berusia 17 tahun untuk mengenyam pendidikan sarjana, biayanya sudah meledak sampai 900 juta. Belum pernah ada asuransi pendidikan yang memberikan dana hingga 900 juta. Kalaupun ada, pasti premi yang harus ditanggung sangat besar sekali. Lebih baik INVESTASI langsung tanpa melalui asuransi.
Bekali anak dengan lie skill. Jangan berkata banyak anak banyak rejeki kalau kita tidak mencarinya. Jangan juga berkata, “lihat saja nanti”, karena hidup yang mengalir begitu saja tanpa perencanaan, let it flow life, akan seperti berada dalam sebuah pertarungan tanpa perbekalan. Oleh karena itu sebagai manusia WAJIB mengusahakannya, berikhtiar sepenuh hati. Mereka yang memiliki Planning saja kadang gagal, apalagi mereka yang tidak memilikinya!

Wahai Pasangan Muda
Bagaimana tips dan trik untuk pasangan muda dalam membuat perencanaan keuangan mereka? Investasi dalam bentuk apa sebaiknya? Pasangan muda oh pasangan muda.. Sudahkah kalian berbicara satu sama lain? Pertama, pasangan muda sangat baik apabila memulai perjalanan hidupnya dengan “ngobrol” tentang banyak hal secara terbuka. Berbicara mengenai hutang, aset, amanah keuangan lain (misal masih harus membantu adik dan orang tua). Ingat, kita bertemu pasangan kita ketika sudah “besar” dan dewasa, fase dimana perilaku dan karakter sudah terbentuk. Samakan pola pikir dahulu, selanjutnya catat pola tersebut. Misal, berapa pengeluaran kalian berdua tiap bulan. Ketiga, catat mimpi-mimpi jangka pendek, menengah, dan panjang. Tunggu dulu bicara tentang investasi, belum saatnya karena kalian masih “Jalan kaki”.
Apakah peluang investasi yang dapat dilakukan oleh sebuah keluarga? Ada banyak investasi selain properti. Ketahuilah, properti itu masuk dalam kategori aset aktif bukan investasi untuk mencapai tujuan finansial. Tujuan memiliki properti adalah agar properti kerja keras menghasilkan duit dan menutupi pengeluaran kita, bukan memiliki properti untuk mencapai dana. Instrumen keuangan dihadirkan untuk memudahkan dan “melayani” kita, bukan sebaliknya, malah menyulitkan keluarga. Oleh karena itu, penting sekali untuk menentukan tujuan keuangan terlebih dahulu.

Bentuk Perencanaan Keuangan Keluarga.

lifestyle-financial-planning
Keuangan keluarga, dikelola oleh keluarga. Suami dan istri bersama berjibaku mengelolanya. Bagaimana idealnya Perencanaan Keuangan Keluarga? Suami punya gaji, istri punya gaji, yang disebut uang keluarga itu apakah “100% Gaji Suami ditambah 100% Gaji Istri” atau “sekian persen Gaji Suami senilai X + sekian persen Gaji Istri senilai X, lalu sisanya milik masing-masing”, atau ada rumusan lain? Setiap keluarga memiliki mekanisme pembagian keuangan keluarganya masing-masing. Ada yang dari istrinya full 100% untuk istri saja, 50% gaji istri untuk keluarga, 50% buat pribadi, dan sebagainya. Maka rumusan menjadi hak teman-teman semua asalkan tetap memegang prinsip dasar yang sudah dijelaskan sebelumnya, RIDHO.
Pembagian porsi dalam keluarga sangat kasuistik seperti gaji istrinya full keep untuk keperluan istrinya. Ada juga yang justru 100 persen keperluan keluarga ditopang oleh istri dan 0 persen dari suami karena suaminya baru memulai berbisnis. Ini sah-sah aja. Selama kedua belah pihak RIDHO. Bukan karena sang suami malas untuk menafkahi istrinya. Idealnya 100%suami+100% istri. Sebagai contoh pembagian di keluarga kecil mba Kikau, suami memenuhi bagian kebutuhan primer (makan, pendidikan, inevstasi, belanja bulanan, listrik dll), istri memenuhi bagian kebutuhan sekunder (pekanan, belanja tambahan bulanan, tambahan investasi, dll).
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suami wajib menafkahi istrinya. Namun, sebagai Financial Planner yang sering dimintai pendapat oleh banyak keluarga, Kaukabus Syarqiyah menambahkan ada poin persetujuan antara suami dan istri. Apakah suami masih harus menanggung hutang orang tuanya, membiayai adik-adiknya, atau bahkan ada posisi dimana sang istri yang menafkahi keluarga 100 persen karena suaminya baru merintis bisnis. Semuanya lumrah dan wajar asal masing-masing RIDHO. Ini bukan tentang rumus, porsi, atau perbandingan, tetapi tentang keterbukaan pikiran, hati, dan komunikasi dalam keluarga.
Untuk suami, istri, atau keduanya yang bekerja, pakem angka yang biasa digunakan untuk menabung adalah 10 persen dari total pendapatan. Kalau masih “nebeng” sama orang tua bisa nabung 20 sampai 30 persen. Sedangkan untuk cicilan bulanan jikalau ada keinginan yang ingin dimiliki dengan cara mencicil, porsi yang dikeluarkan maksimal 35 persen dari total pendapatan bulanan.

Uang Itu Pasti Bisa Habis
Kekayaan berupa uang perlu pengelolaan yang baik agar tidak hangus begitu saja tanpa ada daya guna yang maksimal. Seberapapun banyaknya uang yang kita miliki, tanpa pengelolaan yang baik, hangus.. ngus.. ngus.. Mau sekaya apapun, kalau tidak mumpuni dalam menjaganya, the end. Oleh karena itu sering kita jumpai seseorang yang kakek dan neneknya orang paling tajir di kampung, ayah ibunya mulai menurun ekonominya, lalu kemudian ketika giliran dia dewasa keadaan ekonominya lebih anjlok lagi.

Bentuk Mempertahankan Ketahanan Finansial.
Untuk mempertahankan ketahanan finansial, perlu adanya perencanaan untuk menginvestasikan sebagian kekayaan. Jika kita ingin investasi yang kiranya uang itu akan dipakai atau diperlukan dalam jangka waktu dua tahun, kita bisa menggunakan investasi dalam bentuk tabungan, deposito (dapat diperpanjang di kemudian hari), Reksadana Pendapatan Tetap, dan emas.
Tidak hanya simpanan yang harus kita miliki, instrumen keuangan yang bertujuan untuk mengamankan kesejahteraan keluarga juga perlu kita siapkan. Simpanan untuk hal ini dalam bentuk Dana Darurat (DD) berupa tabungan dan Premi Asuransi, baik kesehatan maupun pendidikan. Dana darurat dalam perencanaan keuangan harus dibangun sebesar 3-6 kali biaya kehidupan perbulan. Asuransi dan DD ditujukan untuk memberikan kita rasa aman ketika adanya peristiwa yang tidak diinginkan membutuhkan uang dari keluarga semua.

Dana Darurat ?
Dana Darurat dibutuhkan sebagai watchdog apabila terjadi hal-hal yang membutuhkan dana cukup besar. Tapi, kita tetap membutuhkan asuransi untuk menambah ‘perbekalan’ ketika menghadapi kesulitan. Keberadaan asuransi tidak dapat digantikan dengan DD. Walaupun kita memilih untuk tidak menggunakan jasa asuransi, DD yang harus digunakan sangatlah besar. Bayangkan ketika suatu saat kita membutuhkan biaya opname berhari-hari, hingga harus bayar operasi dan lain-lain. Besar sekali dana yang harus disiapkan kalau tanpa asuransi. Hal lainnya boleh tidak DD atau tabungan dan investasi yang sudah kita sediakan untuk keperluan darurat dan mendadak, dipergunakan untuk membeli keperluan seperti kendaraan, properti, atau perlengkapan lainnya?
Penggunaan Dana Darurat untuk menambah kekayaan dalam bentuk aset bergerak harus dipastikan kebermanfaataannya. Misalnya, kalau kita ingin membeli mobil, pastikan adanya si mobil menambah produktifitas keluarga, seperti mengurangi pengeluaran transportasi, lebih sehat jika pakai mobil, atau bisa disewakan. Lantas juga tidak serta merta Dana Darurat dihabiskan semuanya. Sisakan sebagian untuk jaga-jaga dan di kemudian hari DD itu harus dikembalikan lagi.

Bang Bing Bung Heii.. Ayo Nabung..
menabung
Tabungan adalah instrumen keuangan untuk Jangka Pendek. Keperluan-keperluan dalam jangka pendek akan dipersiapkan dengan membentuk tabungan. Salah satu contoh kebutuhan jangka pendek adalah dana pendidikan. Maka untuk keperluan pendidikan, kalau akan digunakan dalam waktu kurang dari 2 tahun, simpan saja dalam bentuk tabungan. Contoh kasusnya adalah kalau sekarang anak kita berusia 4 (empat) tahun dan syarat masuk Sekolah Dasar 6 tahun. Perkiraannya dana tersebut akan dipakai dalam 1,5-2 tahun lagi, maka tabungan menjadi instrumen yang tepat. Penyimpanan dana lainnya adalah dalam bentuk Reksa Dana Saham. Instrumen berbentuk RDS disiapkan apabila kita ingin melakukan simpanan dalam jangka panjang di atas 15 tahun.

Rencanakan Sekarang Juga

index

Selagi muda, membuat perencanaan sangatlah baik. Selain melatih untuk menyiapkan masa depan, juga diperlukan untuk mencapai tujuan hidup. “Tujuan saya apa ?” adalah pertanyaan yang mesti kita ajukan kepada diri sendiri. Ketika tujuan sudah ditentukan, buatlah perencanaan untuk mencapainya, termasuk perencanaan keuangan keluarga sebagai instrumen untuk mencapai tujuan kelaurga. Betapa banyak orang yang kehilangan waktu dan kehilangan uang karena tidak tahu hendak kemana tujuan hidup keluarga mereka.
Begitu kita sudah memiliki tujuan, aturlah uang masuk dan uang keluar dengan bijak. Dengan demikian, hidup kita menjadi lebih teratur. Jangan pernah lupa, sertakan Tuhan dalam setiap tujuan keuangan kita. Doakan tujuan keuangan kita tersebut, misalnya ingin pergi haji tahun sekian, atau ingin anak kita sekolah S1 di Eropa, atau apapun permintaan kita, katakan semuanya kepada Tuhan. Kita membuat rencana, kemudian berikhtiar dengan menabung dan investasi, sisanya biarlah Tuhan yang bekerja dengan segala kekuasaannya. Buktikanlah bahwa kita dapat mengelola rizki dengan baik. Ingat, pendapatan itu rizki dari Tuhan. Jika diberikan rizki sedikit saja masih kesulitan mengaturnya, bagaimana Tuhan mau memberikan yang lebih besar lagi? Bisa jadi kita malah tidak bersyukur. Jadilah orang yang teratur dan terencana dalam mengelola keuangan keluarga.

(15 November 2014, Diskusi FC#4)
Pemantik: Kaukabus Syarqiah, CFP (Dosen FE UI, Advisor Madani Goldink)
Moderator: Ragwan FIM 14 C
Notulis: Arif Rahman Hakim FIM 16

Menikah Dini

akibat-pernikahan-dini c58b61963ffa3b17068dd31ac1930d71_how-young-is-too-young-to-get-married

Apa yang anda bayangkan ketika ada seseorang yang menikah dini? Beragam pertanyaan mendadak bermunculan. Bagaimana bisa? Bagaimana menafkahi keluarga sementara masih kuliah? Bagaimana membagi waktu antara keluarga dan kuliah? Bagaimana restu dari keluarga? Dan sederet pertanyaan lainnya.

Haekal Siregar, pemuda yang mantap menikahi istrinya saat ia berusia 18 tahun. Saat menikah, ia masih menempuh semester ke-2 di MIPA Universitas Indonesia. Tentu Haekal Siregar menjadi pemuda langka, karena keberaniannya. Di saat teman-teman seusianya sama sekali belum terpikirkan menikah.

Perempuan yang menjadi istri dari Haekal Siregar saat menikah juga di usia yang sama, yaitu 18 tahun. Haekal dan Istri memang teman satu SMA. Awal mula ia menikah di usia yang sangat belia itu, adalah kedekatan yang terjalin dengan calon istrinya (pada saat itu). Keduanya adalah peraih NEM tertinggi di SMAnya, dan sama-sama diterima di FMIPA UI. Karena faktor inilah keduanya menjadi dekat. Semakin dekat, ternyata calon istrinya mulai risih. Inilah awal mula pengambilan keputusan untuk menikah.

Haekal menanggapi tantangan ini dengan mendatangi rumah orang tua calon istrinya. Hanya saja, Haekal datang sendirian, untuk melamar. Lamaran pun diterima, dengan catatan minggu depannya harus datang kembali dengan membawa orang tua. Lalu bagaimana respon orang tua dari kedua belah pihak? Respon dari kedua orang tua pihak perempuan memang positif, karena orang tua pihak perempuan memang menikah dini juga. Sayangnya, niat baik Haekal menemui rintangan. Ibu Haekal, tetapi tidak dengan Ayahnya. Bahkan sempat Haekal akan diusir dari rumahnya, tetapi tidak sampai terjadi karena Ibunya berhasil melobi Ayahnya. Proses pernikahan pun berlangsung tanpa kehadiran sang Ayah.

Bukan hanya dari sisi Ayahnya Haekal saja yang belum merestui pernikahannya, saat Haekal mendaftar diri untuk menikah di KUA, hakim KUA pun menanyakan beberapa hal. Hal ini karena pada saat itu berdasarkan Pasal 7 Ayat 1 UU Perkawinan, usia minimum perkawinan untuk perempuan 16 tahun dan laki-laki 19 tahun. Pertanyaan-pertanyaan dari hakim KUA “Kamu mau nikah? Memang anak orang mau kamu kasih nafkah apa? Haekal menjawab: “Pak hakim, yang memberi rezeki istri bukan saya, tapi Allah. Tugas saya hanya berusaha semampu saya. Soal hasilnya ya tunggu keputusan Allah. Kalaupun sekarang saya punya rumah, siapa yang jamin rumah saya tidak kebakaran setelah menikah? Seandainya sekarang saya punya pekerjaan, Siapa yang jamin saya tidak dipecat setelah menikah? Dengar jawaban dari Haekal yang seperti itu, hakim pun pusing.

Bagaimana dengan resepsi pernikahan?
Haekal Siregar mengatakan tidak adanya resepsi pernikahan. Pernikahan berlangsung sederhana di KUA Beji Depok. Bahkan setelah akad nikah selesai, Haekal kembali ke kampus, karena di hari itu ada jadwal kuliah.
Karena Ibu Haekal Siregar sering sakit, maka Haekal lebih sering tinggal di rumahnya. Begitu juga dengan istrinya, masih sering tinggal di rumah orang tuanya, karena ada urusan yang harus diselesaikan. Tanpa sengaja, terbangun pola yang seperti itu. Seperti halnya remaja yang berpacaran, Haekal dan istri bertemu satu minggu sekali di malam Minggu, hanya bedanya bagi Haekal dan istri malam Mingguan mereka bisa sampai Subuh.

Terkait soal nafkah, Alhamdulillah ada aja rezekinya. Mulai dari instalasi warnet, asisten dosen UI, pembicara di seminar, hingga honor penulis. Jadi, tanpa kesepakatan, semua yang dihasilkan ia setor ke istri. Sampai sekarang.
Melihat apa yang dilakukan Haekal dengan menikah di usia yang masih muda belia, reaksi keluarganya beragam. Dari keluarga istrinya biasa-biasa saja. Sedangkan dari keluarga Ibunya, semuanya mencibir serta dari Ayahnya mengatakan untuk tidak cerita ke keluarga Ayahnya. Sedangkan prinsip Haekal memang kuat, Haekal mengatakan “Soal hidup, cita-cita, dan cara saya menjalani hidup sampai pernikahan, itu adalah urusan saya sendiri. Jadi mau sekampung ngejek pun ya saya cuek. Bahkan saya digosipkan MBA (Married by Accident). Namun, kenyataannya Saya baru punya anak setelah 6 tahun menikah, pas setelah kami lulus kuliah. Kuliah saya pun tidak terganggu, alhamdulillah bisa sampai S2. Jadi, menurut saya tidak perlu khawatir dengan pendapat orang. Khawatirlah dengan apa yang akan dicatat di buku amal kita.”

Tentu menikah perlu adanya kesiapan. Kesiapan menikah bukanlah pada faktor usia dan harta. Melainkan pada pemahaman dan pengetahuan tentang hak dan kewajiban ketika sudah menikah nanti. Sehingga, ketika seseorang sudah baligh dan mampu secara pengetahuan, maka sah-sah saja untuk menikah dan mengetahui dasar hukum menikah. Pada dasarnya hukum menikah terbagi menjadi wajib, sunnah, makruh, sampai haram. Kalau memang sudah sama-sama membutuhkan, kemampuan (mampu secara pengetahuan) sudah ada, maka calon itu sudah mampu dan siap.

Dari segi usia, ternyata menikah di usia 18 tahun dengan menikah di usia 30 tahun sebenarnya sama saja. Tantangan yang dihadapi adalah masa penyesuaian. Dalam pasangan suami-istri, keduanya adalah pribadi tersendiri, dengan latar belakang keluarga yang berbeda. Masa penyesuaian ini merupakan masa-masa kritis. Dalam melewatinya, sebaiknya kita berpegang pada anjuran Rasul, yaitu berdiam diri ketika emosi. Karena tidak ada kata-kata yang bagus yang keluar dari kondisi emosi. Kemudian ambil wudhu, shalat, jika memang emosi sedang tinggi sekali, pada akhirnya semua bisa dibicarakan. Segala sesuatunya butuh untuk dikomunikasikan dengan komunikasi yang baik dan tepat.

Sebelum menikah tentu kita perlu meluruskan niat, yaitu untuk melengkapi setengah agama. Dalam artian, banyak aspek agama yang akan dipraktekkan dalam sebuah pernikahan. Pelajaran dari Haekal Siregar, mencari nafkah akan menjadi alasan awal. Perjuangan selama perjalanan itulah yang akan menjadi perjalanan berharga.

Pernikahan pada dasarnya adalah perjalanan. Berapa pun usia pada saat pernikahan, perjalaan tersebut akan dimulai dari awal. Dan seperti semua perjalanan, beban terberat adalah langkah pertama. Tanggung jawab terbesar adalah melanjutkannya. Jalan tanpa pengetahuan, bodoh. Jalan dengan tahu resikonya tanpa persiapan, nekat. Jalan dengan pengetahuan dan persiapan, berani.

(23 Agustus 2014, Diskusi #FC4)
Pemantik: Haekal Siregar (Penulis Nikah Dini Keren 1 & 2, Anugerah Cinta)
Notulen : Asri Nuraeni (Achi) FIM-Rescue

Yuk Cari Pasangan Sekufu!

akad-nikah 28733115_yEhEGriW_c

“Wahai Ali ada tiga perkara jika tiba waktunya tidak boleh ditunda-tunda : shalat jika telah masuk waktunya, jenazah jika telah hadir untuk dishalatkan dan wanita jika telah datang jodoh yang sekufu’ dengannya.” (HR.Tirmidzi)

Secara harfiah sekufu memiliki arti sederajat atau setaraf. Sedangkan dalam istilah agama sekufu berasal dari kata kafa’ah yang artinya kesetaraan atau keseimbangan. Dunia ilmiah memiliki sebutan lain untuk kata sekufu yakni similarity effect atau efek kesamaan Bagaimana jika kata sekufu dikaitkan dengan kata pasangan? Seperti apasih pasangan yang “sekufu”itu? Dan keseimbangan sperti apa yg diperhatikan saat ingin menemukan pasangan jiwa kita?

Berbicara mengenai sekufu atau similarity effect biasanya mencakup keseimbangan atau kesamaan dalam hal agama, ras, status sosial, system nilai, sikap, usia, pendidikan maupun inteligensi. Adanya kesamaan yang dimiliki oleh pasangan terkait hal-hal tersebut sifatnya menjadi penting dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya konflik dalam pernikahan. Sekufu dalam hubungan pernikahan menitikberatkan pada penyamaan visi dan misi dalam membangun keluarga antara seseorang dengan pasangannya. Dalam proses penyamaan tersebut perbedaan pendapat atau pandangan pasti akan terjadi. Namun sejatinya manusia memiliki dua komponen yakni komponen berfikir dan komponen perasaan, dimana ketika kedua komponen tersebut sudah merasa cukup maka perbedaan akan dapat ditolelir atau bahkan menjadi hilang.

Proses penyeimbangan atau penyamaan pandangan terkait dengan visi dan misi membangun keluarga dari masing-masing pihak lebih baik dituntaskan pada saat sebelum pernikahan terjadi. Sehingga saat sudah menikah kedua belah pihak dapat langsung terfokus pada pencapaian visi dan misi yang sudah dirancang dan disepakati bersama. Penanaman kedewasaan dapat menjadi salah satu kunci yang baik agar visi dan misi yang sudah dirancang dan disepakati tetap tegak dan dapat tercapai.

Dalam pencarian pasangan yang sekufu faktor keluarga juga akan menjadi sebuah pertimbangan tersendiri. Ada banyak kasus yang terjadi ketika pasangan sudah mampu menyatukan visi dan misinya namun terdapat penolakan dari pihak orang tua disalah satu pihak yang menyebabkan proses menuju pernikahan menjadi terhambat bahkan gagal. Komunikasi dan proses mediasi antara orang tua dan pihak yang ditolak dapat menjadi salah satu kunci untuk menyelamatkan proses yang sudah berjalan. Namun jika potensi konfliknya besar maka lebih baik untuk memulai proses yang baru. Hal-hal yang biasanya dapat menjadi pemicu konflik adalah pada saat proses penyatuan karakter dan latar belakang keluarga.

Proses mencari pasangan sekufu penuh dengan tantangan. Berbagai tantangan tersebut ada untuk dihadapi bukan untuk dihindari karena mencari pasangan sekufu sangat penting demi keharmonisan sebuah pernikahan atau rumah tangga.

(20 Juli 2014, Diskusi FC#4)
Pemantik: Bune Sukmasari (Dosen Psikologi UII dan Konsultan Psikologi Remaja)
Notulis: Elis Siti Toyibah (FIM14B)

Benarkah Dia Pasangan yang Tepat Untukku?

misteri-jodoh-benarkah-cari-jodoh-itu-susah
“Sukses dalam pernikahan tidak hanya datang dari mendapatkan pasangan yang tepat, tapi juga melaluinya sebagai pasangan yang tepat.” (Barnett R Brickner)

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, atau dengan kata lain membutuhkan orang lain dalam menjalani dan mempertahankan kehidupannya. Untuk membagi kedekatan emosional dan fisik serta berbagai macam tugas dan sumber-sumber ekonomi melalui komitmen emosional dan hukum dari dua orang yaitu dengan pernikahan.1 Pasangan seorang pria dan seorang wanita yang membentuk rumah tangga atau keluarga dalam suatu ikatan pernikahan pada dasarnya merupakan naluri manusia sebagai makhluk sosial guna melangsungkan kehidupannya.2

Keberhasilan membangun suatu keluarga dalam ikatan pernikahan tidak terlepas dari keberhasilan setiap individu dalam melalui berbagai tahap sebelum pernikahan. Salah satunya adalah menentukan pasangan hidup yang tepat. Pasangan hidup yang tepat menjadi faktor yang penting dalam keberhasilan sebuah pernikahan untuk membangun keluarga harmonis. Keluarga bisa harmonis apabila diawali dengan memilih pasangan yang tepat sehingga dapat menjalani sebuah kehidupan keluarga yang rukun serta bisa dilanjutkan dengan proses memelihara keharmonisan keluarga.3

Beberapa faktor yang perlu untuk dipertimbangkan dalam menentukan pasangan hidup yang tepat diantaranya terdiri dari prinsip hidup dan visi hidup (impian). Dua hal tersebut penting untuk diketahui dari masing-masing individu sebelum bersatu sebagai satu pasangan, karena keduanya merupakan faktor yang utama untuk dapat melihat visualisasi kehidupan ke depannya. Dalam hal ini biasanya masing-masing orang sebelumnya sudah memiliki kriteria tertentu terkait prinsip dan visi ideal yang diharapkannya ada pada calon pasangannya sehingga bisa membandingkan antara kriteria yang ada dengan kenyataan yang ditemui. Sebagai individu yang menganut agama dan kepercayaan tertentu biasanya faktor agama juga menjadi pertimbangan tersendiri dalam menentukan pasangan.

Penentuan pasangan yang tepat juga tidak lepas dari peran orangtua sebagai pihak yang dapat memberikan pertimbangan pada anaknya tentang kriteria ideal dari pasangan. Pada beberapa kasus terdapat orangtua yang memiliki pengaruh dominan terhadap anaknya dalam menentukan pasangan hidup. Namun ada juga orangtua yang hanya menjadi pihak fasilitator untuk anak-anaknya dalam proses menentukan pasangan yang tepat untuk masa depan mereka. Seringkali terdapat perbedaan signifikan diantara pandangan orangtua dan anak mengenai perspektif pasangan yang tepat atau kriteria ideal dari pasangan. Komunikasi menjadi hal penting disini untuk mencapai suatu mufakat di antara orangtua dan anak mengenai hal tersebut. Proses komunikasi yang terencana dan tidak dibumbui emosi negatif akan berpengaruh baik pada pencapaian mufakat antara orangtua dan anak.

Tahap yang tidak kalah penting dalam menentukan pasangan yang tepat adalah tahap meyakinkan diri sendiri. Biasanya tahap ini menjadi tahapan yang cukup sulit karena masing-masing individu sering terjebak dalam penilaian terhadap kelebihan dan kekurangan calon pasangannya. Terjebak dalam penilaian yang berlebihan terhadap calon pasangan dapat menjelma menjadi sebuah obsesi yang nantinya memunculkan kekecewaan saat berbagai kekurangan dari calon pasangan baru diketahui setelah menikah. Maka dari itu setiap individu perlu untuk mengenali calon pasangannya dengan lebih mendalam melalui cara yang baik untuk membantu proses meyakinkan diri dalam menentukan pasangan yang tepat. Dalam proses mengenali calon pasangan, aspek perasaan akan melibatkan dirinya sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi penilaian individu terhadap calon pasangannya. Biasanya perasaan yang mengandung kecenderungan tertentu dari seseorang pada calon pasangannya dapat dengan mudah menipu penglihatan objektif individu tersebut dalam menilai calon pasangannya. Oleh karena itu perlunya dilibatkan juga pendengarannya untuk menilai calon pasangan melalui reputasinya di mata teman-temannya, keluarganya, dan orang-orang yang sudah mengenal si calon lebih baik. Sifat dari sebuah reputasi dalam menilai seseorang itu lebih teruji keobjektifannya dan bertahan lama.

Pergulatan antara logika atau penalaran dan perasaan biasanya akan terjadi dalam proses menentukan pasangan hidup yang tepat bagi masing-masing orang. Terkadang perasaan yang berkecenderungan menjadi pemantik awal bagi seseorang untuk menyadari keberadaan calon pasangannya yang kemudian akan berlanjut pada tahap mengenal lebih dalam dan menilai si calon pasangan dengan keterlibatan penalaran atau logika. Namun ada juga yang mendahulukan penalaran dan logikanya dalam menilai calon pasangan yang ideal dan percaya bahwa kecenderungan perasaan akan muncul seiring meningkatnya intensitas komunikasi di antara keduanya. Logika dan perasaan, keduanya merupakan alat yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan perlu dikombinasikan secara optimal dalam mengambil keputusan mengenai penentuan pasangan yang tepat.

(21 Juni 2014, Group #FC4)
Pemantik: Maghleb Yudinna Elmir FIM 1
Qadr Jatsiyah Elmir FIM 4
Notulis: Elis Siti Toyibah FIM 14B

1Olson, David H, John DeFrain.1994. Family strengths and coping strategies. In Marriage and the family: Diversity and strengths. Mountain View, CA: Mayfield, 563-575.
2Yuniati, Rini. 2013. Karir sebagai Motivasi dan Pengembangan Diri Wanita yang Menunda Menikah. Universitas Pendidikan Indonesia.
3http://www.balikpapanpos.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=88884