“Cinderella Complex dan Peterpan Syndrome”

cinder dan peter

“Cinderella Complex dan Peterpan Syndrome” untuk mempersiapkan diri menjadi orangtua sejak sebelum menikah dan bagi yang sudah menikah serta bagi yang sudah punya anak pun ini sangat penting untuk memperbaiki diri dan menyiapkan anak-anak agar tidak terjebak pada dua gangguan ini. Istilah Cinderella Complex (CC) dan Peter Pan Syndrome (PS) pertama kali saya dengar dari seorang psikolog senior, ibu Elly Risman saat beliau memberikan nasehat pernikahan untuk Mba Shakina (putri pembina FIM, Bapak Buchori Nasution).

The Cinderella Complex (CC) :
Wanita yang terkena Cinderella Complex (CC) pada umumnya, merasakan ketakutan yang luar biasa untuk menjadi mandiri dan cenderung mencari perlindungan dari seorang pria yang ia anggap sebagai pangeran. Cinderella Complex (CC) adalah penyakit psikologis yang umumnya diderita oleh perempuan. Masih ingatkah dengan kartun tokoh Cinderella? Tokoh yang menceritakan tentang seorang gadis yang disiksa oleh ibu tirinya dan kedua saudara tirinya. Tokoh kartun Cinderella, dalam hidupnya selalu mendambakan kehadiran penyelamat dalam wujud seorang pangeran tampan yang akan memberikan kehidupan yang lebih baik daripada bersama dengan ibu dan kedua saudara tirinya.

Ciri-ciri Penderita Cinderella Complex (CC) :
– Antara usia biologis dengan usia kematangan mental-emotional, terpaut jauh (orang dewasa yang kekanak-kanakan).
– Sangat bergantung pada orang lain, bak parasite.
– Kala mulai berpacaran dan menikah, mereka berharap hidup mereka akan selalu dilindungi dan dijaga.
– Sangat rapuh, terutama dalam menghadapi tekanan dan masalah hidup.
– Di kalangan umum, penyakit ini juga di kenal sebagai Syndrome Umur 20, Syndrome Umur 21, Syndrome Umur 22, dan seterusnya selama wanita itu addicted dengan khayalan akan bertemu dengan pangeran impiannya, sebagaimana yang terjadi di dalam dongeng Cinderella.
– Hal ini juga terjadi pada wanita yang sudah menikah yang takut sang “pangeran” yang jadi suaminya akan pergi dan ia harus “mandri” dalam mengatasi persoalan rumah tangga.

Peterpan Syndrome (PS) :
Penyakit psikologis ini pada umumnya diderita oleh laki-laki, yang mana keadaan laki-laki tersebut menolak untuk menjadi dewasa dan cenderung bersikap manja. Masih ingatkah kalian tokoh kartun Peter Pan? Tokoh kartun yang di tulis oleh J.M. Barrie (1860-1937) merupakan sosok anak kecil yang menolak untuk menjadi dewasa dan lebih memilih untuk menjadi anak-anak agar bisa terus bermain.
Peterpan Syndrome (PS), berawal dari pengaruh keturunan atau lingkungan yang membentuk/membuat pola pikirnya seperti anak anak. Pria yang terkena Peterpan Syndrome umumnya mencari pasangan wanita yang memiliki sifat ke-Ibuan, agar dengan mudah mencari perlindungan dan bermanja-manja. Apabila ia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, ia akan cenderung membanding-bandingkan dengan Ibunya atau dengan wanita lain.

Ciri-ciri Penderita Peterpan Syndrome (PS) :
– Cenderung tidak bertanggung jawab, manja dan tidak suka bekerja keras;
– Sulit untuk berkomitmen dan senang memanipulasi;
– Menyukai dirinya sendri secara berlebihan/narsis/tebar pesona;
– Dependency (bahkan hingga yang terkecil);
– Tidak bisa menerima kritik dan kurang percaya diri;
– Menolak hubungan dengan lawan jenis.
Sindrom ini biasanya mempengaruhi orang-orang yang tidak mau atau merasa tidak mampu untuk tumbuh menjadi orang dewasa, dalam hal ini pemikirannya masih seperti anak-anak. Umumnya, ia tidak mampu tumbuh dan mengambil tanggung jawab sebagai orang dewasa serta menikmati dirinya sebagai anak atau remaja bahkan ketika sudah berusia lebih dari 30 tahun. Yang paling mengerikan tampak pada pria gay yang cenderung memiliki sindrom Peter Pan. Beberapa tidak pernah menjadi dewasa (“Because gay men tend to have peterpan syndrome. Some never grow up”).

Kesalahan orang tua dalam mengasuh anaknya hingga menyebabkan Peterpan Syndrome (PS) dan Cinderella Complex (CC), misalnya:
– Orang tua terlalu memanjakan anaknya;
– Orang tua yang terlalu melindungi anaknya;
– Orang tua yang tidak membangun jiwa berpikir, memilih, dan mengambil keputusan pada anaknya.
Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh :
– Ketidaksiapan pasangan muda untuk menjadi orang tua;
– Orang tua yang dulunya tidak terlalu dimanjakan orang tuanya, sehingga memilih jalan untuk memanjakan anak dengan berlebihan berharap anaknya mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
– Orang tua yang memiliki prinsip yang berbeda dalam mengasuh anak, sehingga anak cenderung mengambil jalan tengah dengan cara yang salah;
– Pasangan yang lama sekali baru dikaruniai anak.

Mengatasi Peterpan Syndrome (PS) and Cinderella Complex (CC) ?
Seseorang pria dengan Peterpan Syndrome akan mencari wanita yang bersifat keibuan, dan seorang wanita dengan Cinderella Complex akan mencari pria yang bisa mengayomi dan melindunginya. Jadi, selama mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan tentu saja itu bukan masalah untuk keduanya. Kita harus memahami sifat dari penderita penyakit psikologis tersebut. Seperti halnya ketika anda ingin diterima dalam masyarakat maka anda harus berusaha menerima orang lain. Untuk penyembuhan kedua sindrom ini, harus ada kemauan dari penderita untuk melawan penyakit psikologis tersebut. Karena, tentu saja tidak mungkin bagi mereka untuk terus bergantung pada orang lain. Penderita setidaknya harus berada pada lingkungan yang mendukung mereka untuk terlepas dari penyakit psikologis tersebut.
Bagi pasangan yang sudah menikah dan mempunyai anak, cobalah untuk tidak terlalu memanjakan anak. Karena, anak terlalu mudah untuk menyerap semua informasi yang kita sampaikan secara langsung maupun tidak langsung, sehingga akan mempengaruhi pola berpikirnya ketika ia sudah dewasa. Dan bagi pasangan yang belum menikah atau baru menikah, cobalah untuk benar-benar memahami pasangan anda dan yakinkan pada diri anda bahwa anda menerima mereka apa adanya. Satu-satunya solusi untuk kondisi ini adalah memberikan perlakuan psikologis yang tepat, dalam hal ini tidak terlalu memanjakan anak tapi harus membimbingnya sesuai dengan usianya.

Questions and Answer :
1. Prinsip pengasuhan yang berbeda yang dilakukan oleh sepasang suami istri juga mempengaruhi terjadinya CC dan PS. Apakah yang dimaksud dengan perbedaan cara pengasuhan ini hanya terkait memanjakan anak saja atau ada yg lainnya?
Yang dimaksud dengen perbedaan cara pengasuhan yakni: Perbedaan pengasuhan dari pihak-pihak yang terlibat. Misalnya gaya pengasuhan ayah otoriter yang banyak aturan dan keras sementara ibunya permisif yang serba boleh dan memanjakan. Contoh sederhana, ibu melarang anak makan es krim, ayah malah beliin. Atau sering juga datang dari pihak lain di luar orang tua. Misalnya: ayah dan bunda sudah kompak ngajarin kontrol diri ke anak dengan tidak memenuhi semua permintaan anak. Eh, nenek dan kakek malah beliin, atau malah marahin ayah dan bunda yang tidak mau membelikan permintaan si cucu. Intinya tidak kompak dalam menerapkan pola asuh atau aturan-aturan dalam pengasuhan.
Dari penerapan pola yang tidak kompak ini akhirnya anak memilih ‘jalan tengah’ yang artinya, sikap anak tidak seperti harapan keduanya. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang tidak konsisten dari orang tua atau orang-orang diluar dari orang tuanya tersebut, memiliki kecenderungan anak kurang memiliki kontrol terhadap diri mereka sendiri karena, anak menjadi bingung dengan aturan yang diterapkan berbeda.
Seperti halnya anak dalam tahap menuju dewasa atau pada waktu dewasa biasanya orang tua menaruh harapan kepada anak tersebut untuk memiliki tanggung jawab, mandiri dll. Sementara orang tua yang biasanya permisif atau memanjakan anak pada akhirnya menuntut harapannya terhadap anak yang menurut mereka ideal pada saat menuju dewasa atau pada waktu dewasa. Namun, anak merasa orang tuanya tidak lagi saying padanya (karena tuntutan-tuntutan tersebut) yang mengakibatkan anak marah terhadap orang tuanya.

2. Jika CC dan PS ini terjadi pada pasangan bagaimana mengatasinya?
Kalau belum menikah, coba tanya diri sendiri. Sanggupkah menghadapinya? Dan bagi yang sudah menikah, mau tak mau harus terima dulu keadaaannya. Baru pelan-pelan ajak diskusi untuk memperbaiki diri dan yang paling penting adalah: harus ada kesadaran dari yang bersangkutan untuk berubah. Kalau tidak mempunyai kesadaran untuk berubah akan sulit. kalau ada kemauan, pasti ada jalan. Akan tetapi biasanya gangguan ini baru disadari setelah usia dewasa (diatas 20 tahun). Biasanya butuh penanganan klinis, artinya butuh terapi psikologis.

3. Apakah setiap orang dengan CC/PS itu menderita? karena, biasanya ada yang mengalami CC/PS tapi dirinya tidak menyadari.
“Orang yang mengalami gangguan ini tidak akan merasakan penderitaan. Asalkan kebutuhan mereka untuk dilayani dan dimanjakan dengan baik serta tidak dituntut untuk memenuhi tugas-tugas yang mereka tidak sukai. Pada dasarnya, mereka memang cenderung tidak menyadari bahwa mereka terkena PS/CC tersebut, sehingga ketika tidak bisa mengerjakan sesuatu atau memenuhi tugas mereka bakal menyalahkan keadaan atau menghindari dan berharap ada penyelamat yang akan menyelesaikan masalah mereka.”

4. Bagaimana cara menyikapi seseorang dengan CC/PS yang memiliki adversity quotion baik, akan tetapi dalam keadaan tertentu dapat berbalik 180 derajat lebih buruk ketika ia teringat hal-hal yang membuatnya berada pada kondisi CC/PS?
“Seseorang yang mengalami CC/PS Pastinya akan kambuh kalau belum tuntas penanganan. Itulah makanya dalam penanganan psikologi ada istilah harus berdamai dengan masa lalu.”

5. Sebagai orang tua pasti tidak mau anaknya menderita/kekurangan sehingga berusaha memberikan apapun terbaik yang dibutuhkan. Pertanyannya, pada umur berapakah (atau saat momen seperti apa) tepatnya seorang anak perlu mendapatkan ‘pelayanan’ orang tua sehingga menghindari CC/PS dimasa mendatang? Mengapa disaat umur/momen itu?
Untuk Pengasuhan sesuai Tahap Usia Anak berdasarkan Nasehat Ali bin Abi Thalib: Usia 7 tahun pertama perlakukan lah anak sebagai raja, tapi jangan kebablasan. Pada 7 tahun ke dua (7 sampai 14) perlakukan anak sebagai tawanan yang artinya si anak perlu dikontrol, diajarin tentang kemandirian dan bertanggung jawab atas dirinya dan peduli pada sekelilingnya. Sehingga pada 7 tahun berikutnya dan seterusnya, anak menjadi dewasa seutuhnya. menjadi sahabat orangtua, tempat berbagi dan bisa menjadi tempat bertanya juga.

6. Sebenarnya terminologi dua hal ini saya temui dulu di suatu artikel, tapi belum pernah saya baca di PPDGJ maupun DSM. Di pendekatan psikologi sendiri apakah pernah melakukan psikoanalis dan psikoterapi pada penderita kedua hal ini? Kalau pernah bagaimana prosesnya?
Sebelum masuk kepertanyaan (agar pembaca lebih mengerti terhadap kedua istilah tersebut), DSM merupakan singkatan dari Diagnostic and Statistical Manual dan PPDGJ merupakan singkatan dari Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa. Keduanya merupakan kitab manual atau panduan untuk psikolog membuat diagnosis terhadap klien.
Dan untuk jawaban terkait pendekatannya menggunakan Prinsip Cognitive Behavior Therapy. Pada Prinsipnya CC dan PS mirip dengan gangguan dependent. Jadi, untuk penanganannya mirip. Setidaknya ini yang saya pakai ke klien saya waktu itu namun berhubung tidak tuntas di saya maka, klien saya rujuk ke psikolog dewasa yang memakai Prinsip tersebut juga.

7. Kalau kita punya hubungan sama anak pengidap CC/PS maka pendekatan apa yang harus dilakukan agar orang tersebut menjauhi sifat tersebut sebelum ke psikolog? Misalnya punya pacar tapi ternyata diketahui dia CC/PS Penanganannya seperti apa? karena tidak mungkin kita meninggalkan mereka hanya karena ini.
Kalau masih statusnya berpacaran maka, masih memungkinkan untuk meninggalkan hubungan pacaran karena ini. Ada hal yang lebih ekstrem, yakni dimana Klien saya sampai bercerai karena tidak tahan dengan suami yang memiliki PS ini. Kalau kita kuat, siap dan tabah menghadapi segala harapan para cinderella dan peterpan ini, maka kita perlu pelan-pelan memberikan pengertian dan semangat untuk menyadari bahwa dia mengalami gangguan ini dan selanjutnya berikan motivasi mereka untuk jalani terapi/berubah. Akan sangat baik jika dari pribadi kita dulu ngecek, apakah kita termasuk CC atau PS. Jika kesadaran datang dari penderita, maka kekuatan untuk sembuh akan lebih tinggi. Motivasi intrinsik lebih baik daripada motivasi ekstrinsik.

8. Bagaimana cara self-diagnose kita termasuk CC/PS?
Self awareness harus kuat dulu. Coba aja dikira-kira terlebih dulu apakah karakteristik CC / PS ada pada diri kita atau tidak. Selanjutnya perlu bertanya kepada orang-orang terdekat misal teman atau saudara terdekat.
Kalau dari pengalaman klien saya yang Cinderella Complex (CC): dia merasa tidak becus dalam urusan rumah tangga. Padahal di sekolah sampai kerja dia selalu berprestasi. Dia takut suaminya benci sama dia karena dia gak tau apa-apa dalam mengurus rumah dan mengasuh anak. Dia merasa dirinya kayak anak kecil. Bahkan saat saya bertanya, kalau memang dia merasa kayak anak kecil, setara usia berapakah dia? Dia menjawab 8 tahun, padahal waktu itu dia berumur 32 tahun.
Sedangkan, untuk pengalaman klien Peter Pan Syndrome (PS): tepatnya seorang bapak-bapak yang diceraikan oleh istrinya. Dengan alasan karena mantan suaminya itu dalam memutuskan urusan rumah tangga selalu bertanya pada ibunya. Apa-apa tanya ibunya. Jadi, istrinya makan ati. Dalam budaya Minang, suami tinggal dirumah isteri akan tetapi, suami terikat banget dalam hal pengambilan keputusan bersama ibunya bukan isterinya.

9. Tadi disebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi Cinderella Complex dan Peter Pan Syndrome adalah lamanya orang tua memiliki anak. Memang yang namanya anak merupakan amanah yang tidak bisa diminta. Namun akhir-akhir ini saya menemui beberapa keluarga baru yang berniat menunda. Saya percaya dari masing-masing mereka memiliki alasan yang kuat. Misal: karena keadaan ekonomi, masih mengejar impian, atau ada juga karena takut melahirkan. Bahkan menggunakan kontrasepsi (pil dan suntik) sejak awal pernikahan.

a. Hal yang demikian ini, apakah salah satu akibat yang dulunya mereka (para pasangan baru) terkena CC dan PS?

Bisa jadi. Kalau tidak mau punya anak karena tidak mau repot alias tidak mau tanggung jawab. Tapi kalau alasan kesehatan, berbeda ya.

b. Atau penundaan seperti itu nanti memungkinkan akan menyebabkan CC dan PS pada anak-anak mereka?

Kalau ditunda terus dan pada saat mereka mempunyai anak jadi over memanjakan anak, iya bakal jadi faktor resiko penyebab CC dan PS. Tapi kalau menunda dengan alasan mempersiapkan diri dan pada saat mempunyai anak bisa memberikan pengasuhan yang tepat dan patut sesuai usia anak, justru ini bagus. Artinya mereka matang sebagai orangtua.

c. Sebenarnya, kita bisa memberikan pemahaman kepada anak-anak kita kelak, tentang fitrah mereka masing-masing itu semenjak kapan? Misal anak kita perempuan, kita mulai memberikan pemahaman bahwa sudah fitrahnya mengandung juga melahirkan, begitu juga dengan laki-laki, kelak dia adalah tulang punggung keluarga yang harus bertanggungjawab.

Semenjak dia bisa bicara, artinya otak manusia alias neocortex udah berfungsi. Rajin lah mengajak anak untuk mengobrol dan jangan males menjawab pertanyaan anak. Pastinya pertanyaan anak tidak langsung rumit, biasanya berkembang sesuai dengan stimulasi yang diberikan orangtua dan lingkungan.

10. Apakah dari ciri-ciri penyakit Cinderella Complex (CC) dan Peter Pan Syndrome (PS) yang sudah disebutkan tadi harus semua unsurnya terpenuhi dulu atau salah satu/dua perilaku kita seperti indikasi penyakit tadi kita sudah disebut sebagai Cinderella Complex (CC) / Peter Pan Syndrome (PS)?
Nah itulah kelemahan gangguan CC dan PS ini. Tidak ada di DSM (Diagnostic and Statistical Manual) atau PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa) yang ada aturan untuk mendiagnosis. Tetapi ketika ada ciri-ciri lebih dari dua dari penyakit CC/PS, silahkan mewaspadai keadaan tersebut. Segera diperbaiki diri. Karena pada dasarnya semua ciri-ciri CC dan PS ini tidak ideal untuk orang dewasa. Artinya, hal ini merupakan jiwa anak-anak yang belum tuntas dalam diri kita. Mungkin ini lah yang dikatakan innerchild.
11. karena CC dan PS ini tidak ada di dalam DSM / PPDGJ, bagaimana cara seorang psikolog mendiagnosis kliennya yang terkena CC dan PS ini? Apakah psikolog menilai klien yang terkena CC dan PS berdasarkan pada cerita kliennya pada saat proses konseling?
Sebelum konseling, biasanya psikolog akan melewati proses assesment seperti wawancara, observasi maupun menggunakan alat-alat tes psikologi. Jadi, lewat assesment hasilnya akan dikaitkan pada ciri-ciri CC / PS dengan gejala yang muncul.

12. Pada teman-teman kita yang sudah terlanjur mengalami Cinderella complex (CC) / Peterpan Syndrome (PS), apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka keluar dari gangguan tersebut?
Jika dekat dengan mereka coba aja sharing tentang gangguan ini, trus tanya masukan nya apakah diri pribadi kita menurut dia memenuhi kriteria ini kah? Karena kalau kita langsung nembak dia nya yg terindikasi gangguan ini, mereka bakal tersinggung dan justru menghindari. Jangan pernah menasehati kalau tak diminta, pada dasarnya orang dewasa gak siap dinasehati kalah gak dari dirinya sendiri yg memintanya. Maksud baik kita justru bisa dianggap jelek.”

13. Misalkan tanpa kita sadari saat kita menikah dengan seseorang dan ternyata orang tersebut menderita syndrome seperti yang di jelaskan sebelumnya, langkah apa yang perlu kita lakukan terhadap pasangan kita tersebut?
Terima keadaannya, karena kalau kita tidak siap menerima segala kekanak-kanakannya dan langsung menuntut mereka dewasa, yang ada malah menimbulkan permasalahan. Kalau kita sudah menerima, pelan-pelan ajak ngomong dari hati ke hati ketika suasana lagi tenang dan bahagia. Jangan pernah membahas ini jika suasana hati pasangan sedang tidak baik. Jika pasangan sudah menyadari, ajak pasangan untuk berubah, kalau perlu cari bantuan psikologis profesional.
14. Apakah jika pasangan kita terkerna syndrome tersebut dapat mempengaruhi pola pikir kita sebagai pasangannya sehingga kita terkena syndrome yang sama?
CC dan PS tidak menular. Karena ini merupakan gangguan kepribadian yang proses pembentukan dan perkembangan kepribadian dalam waktu yang lama.
15. Kalau kita sadar akan ada kendala CC di kita karena aturan keluarga yang rumit sedangkan mereka (keluarga) tiak sadar dengan itu, malah melakukan tekanan lebih ketika si calon CC mau memutuskan sesuatu. Akhirnya memilih menjadi CC namun ada kekhawatiran yaitu: pertama, berkelanjutan dari CC itu sendiri dan kekhawatiran yang kedua, keluarga tidak berubah dalam mendidik. Apa yang harus CC lakukan ?
Perkuat kesadaran diri (self awareness). Kembangkan diri di lingkungan diluar keluarga, misalnya di rumah tidak pernah kerja beres-beres atau selalu dilayani. Coba hidup mandiri jika memungkinkan nge-Kos. Kalau berteman, sesekali silaturahmi ke keluarga teman yang dia tidak dimanjakan dirumahnya. Nah, belajar untuk mengamati pola interaksi di keluarga tersebut, berempatilah. Jalin hubungan yang akrab dengan orang tua teman-teman kita yang pola asuhnya beda (tidak memanjakan anaknya) dengan orang tua kita.
Latih lah kepekaan terhadap lingkungan sosial. Biasanya CC dan PS ini jiwa atau keinginan untuk melayani rendah. Inisiatif untuk menolong kurang. Nah, hal ini akan terasah jika kita bersedia ikut magang atau kerja dibidang pelayanan. Jadi bekerja sambil kuliah untuk pekerjaan pelayanan tidak saja demi memenuhi kebutuhan finansial, disisi lain magang atau kerja di bagian pelayanan akan membuat kita lebih peka.

16. Bagaimana Cara melatih diri supaya lepas dari CC/PS itu? Karena bagaimanapun sangat mungkin lingkungan tidak mengerti Kita atau tidak mendukung Kita (misal orang tua masih anggap Kita sebagai anak kecil). Akan tetapi, secara personal Kita sudah sadar tiak kecil lagi dan merasa perlu berubah. Apa saja yang perlu dilatih oleh diri sendiri? Kemampuan leadership ? Kemampuan ambil keputusan sendiri ? Atau hal apa?

CC dan PS justru butuh kemampuan jadi follower. Latih diri untuk bekerja pekerjaan yang melayani orang lain. Peduli dan berempati. Tingkatkan kemampuan inisiatif dan bertanggungjawab untuk hal-hal yang diminta. Jangan tunggu disuruh dan diminta orang lain untuk mengerjakan suatu pekerjaan sederhana.
Jika ada kesalahan, bertanggungjawab lah, jangan pernah menyalahkan orang lain atau keadaan diluar diri kita. Latihlah diri untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan atau kerja yang mungkin membuat kita tidak nyaman. Jangan mau yangg enak-enaknya saja.

17. Apakah bisa orang yang merasa terkena CC/PS menterapi secara mandiri sampai tuntas, tanpa harus ke psikolog ?
Bisa saja. Asalkan dia memiliki kesadaran diri yang kuat akan dirinya yang tidak ideal tersebut. Sehingga ketika berusaha berubah, ia pun menyadari hal-hal detail apa saja yang harus diubah.
18. Semisal kalau sudah tahu orang tuanya mendidik anak berbeda pendapat dalam mendidik anak, sebagai kakak yang memiliki adik berusia masih kecil yang tahu di didik seperti itu, bagaimana cara untuk agar adiknya tidak terkena CC/PS?
Coba komunikasikan dengan orang tua. Karena peran orang tua sangat signifikan dalam membentuk jiwa dan kepribadian anak. Selanjutnya, di keluarga harus kompak dalam menerapkan pola pengasuhan dari orang tua atau pun orang dewasa lainnya yang terlibat dalam pengasuhan.

quotes cinder dan peter

(Senin, 20 November 2017; Diskusi FC#4)
Pemantik: YOSI MOLINA, S.Psi. (FIM 2, Dosen Psikologi Universitas Negeri Padang dan Owner Klinik Inspirasi Konsulting Bukittinggi)
Moderator: Ishom Muhammad Drehem – FIM 15
Notulensi: Yuni Amalia – FIM 19

Tinggalkan komentar